Laporan BHT Penghitungan Aras Luka Ekonomi (ALE)

PENGHITUNGAN ARAS LUKA EKONOMI (ALE)
( Laporan Komulatif Bioekologi Hama Tumbuhan)




Oleh Kelompok 4:

Trio Fajar S                 1214121219
Triono                          1214121220
Ulfah Lutfia                1214121221
Umi Solikhatin            1214121222
Vany Unjunan Sari     1214121223








LABORATORIUM HAMA PENYAKIT TUMBUHAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013


I.                   PENDAHULUAN


1.1.Latar belakang

Pada bubdidaya tanaman, organism pengganggu tanaman adalah suatu kendala yang dapat menyebabkan penurunan populasi hasil yang secara langsung karena menimbulkan kerusakan fisik, gangguan fisiologis dan biokimia, atau kompetisi hara terhadap tanaman budidaya. Perkembangan serangan organism pengganggu tanaman yang tidak dapat dikendalikan akan beerdampak kepada timbulnya masalah-masalah lain yang bersifat sosial, ekonomi, dan ekologi.

Dalam memahami kerusakan ekonomi, kita dapat menentukan kapan tindakan pengendalian harus dilakukan, sehingga kerugian akibat penyakit dapat meminimalkan. Konsep kerusakan ekonomi ini akan berdampak pada besarnya hasil yang akan diperoleh petani yang diselamatkan dari tindakan pengendalian dapat dihitung dengan rumus. Perhitungan ini diharapkan dapat menentukan kapan tindakan pengendalian harus dilakukan agar biaya pengendalian yang dikeluarkan tidak melebihi nilai kehilangan hasil akibat penyakit yang dapat diselamatkan.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dalam kegiatan praktikum ini adalah untuk mengetahui proses perhtungan Aras Luka Ekonomi (ALE) berdasarkan konsep titik impas.


II.                TINJAUAN PUSTAKA


Kerusakan ekonomi merupakan komponen dasar dari konsep aras luka ekonomi.  menurut Stern et all. Kerusakan ekonomi adalah jumlah atau tingkat kerusakan yang dapat kita gunakan ssebagai dasar untuk mengeluarkan biaya melakukan tindakan pengendalian.  Kerusakan ekonomi ini dimulai pada saat besarnya kerugian akibat kerusakan sama dengan biaya pengendalian yang dikeluarkan.
Dalam memahami kerusakan ekonomi ini, kita harus bisa membedakan pengertian antara luka (injury) dan kerusakan (damage).  Luka lebih diartikan pada efek keberadaan penyakit pada tanaman inangnya (misal menyebabkan bercak, layu, dll), sedangkan kerusakan lebih pada pengukuran (lebih pada dampak ekonomi) efek keberadaan penyakit pada tanaman inangnya (misal menurunkan hasil dan kualitas) (Stern, 1959).

Tingkat/level xt tertinggi yang dapat menimbulkan kerusakan ekonomi disebut juga dengan aras luka ekonomi atau dalam entomologi “jumlah kepadatan populasi terendah yang dapat menyebabkan kerusakan secara ekonomi”.  Secara matematika pengukuran ALE dapat modelkan sebagai berikut
Yang mana;
C = Biaya pengendalian
P = harga komoditi
e = intensitas penyakit (ALE)
d = koefisien proporsi kehilangan hasil
k = keefektifan tindakan pengendalian.
Bila besarnya nilai d dan k tidak dapat diukur/ditentukan secara langsung, maka digunakan analisis regresi dengan persamaan. Sehingga nilai ALE dihitung dengan rumus dimana nilai b didapat dari persamaan regresi diatas. Nilai ambang


kerusakan ini bervariasi bergantung pada tanaman, penyakit, dan ekonomi lokal, sehingga dari musim ke musim atau dari daerah ke daerah bisa saja berbeda-beda nilai ambang kerusakan ini, meskipun penyakitnya sama (Pedigo, 1972).

Ambang Ekonomi adalah kepadatan populasi hama yang memerlukan tindakan pengendalian untuk mencegah peningkatan populasi hama berikutnya yang dapat mencapai Aras Luka Ekonomi, ALE (Economic Injury Level). Ambang Ekonomi adalah batas populasi hama atau kerusakan oleh hama yang digunakan sebagai dasar untuk digunakannya pestisida. Diatas AE populasi hama telah mengakibatkan kerugian yang nilainya lebih besar daripada biaya pengendalian (James, 1971).

Pengamatan adalah proses pengambilan data dalam penelitian di mana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Pengamatan sangat sesuai digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan kondisi/interaksi belajar mengajar, tingkah laku, dan interaksi kelompok. Pengamatan harus dilakukan secara teliti dan berulang-ulang selama masa tertentu yang ditetapkan, untuk menemukan organisme pengganggu tumbuhan berbahaya pada bibit/benih tanaman yang dikenakan tindakan pengasingan. dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya. Ilmu pengetahuan biologi dan astronomi mempunyai dasar sejarah dalam pengamatan oleh amatir (Moris, 1960).





III.             HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil Pengamatan

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka didapatlah hasil berupa kurva sebagai berikut :
▪ Kurva kasus wereng coklat pada tanaman padi



▪ Kurva kasus walang sangit pada tanaman padi



3.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil yang didapat pada kurva table 1 dan 2 bahwa semakin sedikit hama yang ada maka jumlah produksi yang dihasilkan akan semakin banyak, begitu sebaliknya.

Konsep aras ekonomi muncul dan berkembang karena pada waktu itu adanya kecenderungan penggunaan insetisida leh petani semakin berkelebihantanpa menggunakan dasar rasional. Penggunaan insektisida yang menggunakan system berjadwal menurut umur tanaman secara ekonomik dengan alasan preventif tidak efisien dan mengandung resiko besar bagi kualitas lingkungan. Oleh karena itu, perlu ditetapkan landasan ekonomi dan ekologi yang digunakan untuk memutuskan kapan dan dimana pestisida harus digunakan. Menurut stren et al (1959), kerusakan ekonomik  adalah tingkatan kerusakan tanaman akibat serangan hama yang membenarkan adanya pengeluaran biaya untuk pengendalian secara buatan seperti pengendalian  dengan pestisida. Kerusakan eonomik baru dimulai pada waktu biaya pengendalian yang diperlukan untuk menekan luka akibat serangan hama sama dengan nilai kehilangan potensial tanaman oleh karena adanya populasi hama. Besarnya nilai kehilangan hasil potensial adalah sama dengan besarnya kehilangan hasil potensial yang berupa berat berat penuruan hasil akibat serangan hama dikalikan dengan harga produksi. Pada titik impas nilai kehilangan hasil potensial sama dengan biaya pengendalian. Menurut Stone dan Pedigo (1972), kehilangan hasil potensial disebut ambang pendapatan.

Dalam perhitungan didapatkan bahwa AP (ambang pendapatan) adalah 176,47 kg/ha. Ini berarti agar perlakuan insektisida menguntungkan bag petani yang diselamatkan oleh tindakan pengendalian paling sedikit sebersar 176,47kg/ha. Nilai ambang ini penting sebagai batas penentuan manfaat  pengendalian dan krteria dalam pengambilan keputusan.

ALE sebear 5,44 melalui nilai ambang pendapatan dibagi besarnyakehilang  produksi yang ditimbulkan leh setiap satu ekor hama. Maksudnya, apabila kepadatan populasi sama atau lebih dari 5,44 per tanaman populasi tersebut berada diatas aras populasi ekonomik sehingga pengendalian dapat dilakukan. Tetapi, apabila populasi dibawah 5,44 kurva per tanaman pengendalian dengan pestisida tidak peru dilakukan Karena dbawah titik impas. Hal ini juga sama untuk ditempatkan pada hasil perhitungan untuk table 2 sebesar 2,45.
Pada perhitugan untuk table 1 didapat nilai b sebesar -32,43. Berarti setiap satu ekor hama akan kehilangan jumlah produksi sebesar angka tersebut. Sama halnya juga table 2 setiap satu ekr hama akan kehilangan produksi sebesar -71,96.




IV.             KESIMPULAN


Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini yaitu sebagai berikut :
1.        ALE yang diperoleh sebesar 2,54 pada contoh kasus walang sangit berarti bahwa hama wereng coklat sudah perlu dikendalikan ketika populasi mencapai 2,44 ekor per rumpun tanaman.
2.        AP  pada contoh kasus wereng coklat 176,47 kg/ha. Sedangkan ALE pada contoh kasus wereng coklat sebesar 5,44.
3.        persamaan nilai regresi dari contoh kasus wereng coklat sebesar  y = -32.431x + 8128.7 dan  kasus walang sangit pada tanaman padi diperoleh nilai regresi sebesar y = -71.962x + 7809.8.
4.        AP pada contoh kasus  walang sangit sebesar 176,47 kg/ha dan ALE sebesar 2,54.
5.        ALE yang diperoleh sebesar 5,44 pada contoh kasus wereng coklat berarti bahwa hama wereng coklat sudah perlu dikendalikan ketika populasi mencapai 5,44 ekor per rumpun tanaman.




DAFTAR PUSTAKA


Handoko. 1994. Pengendalian OPT. Cahaya Sentosa. Bogor.

James, C. 1971. A Manual of Assesment Keys for Plant Diseases. Canada Dept.
         Agric. Publication No. 1458.

Morris. R.F. 1960. Sampling Insect Populations. Forest Biology Lab. Frederiction.
         Canada.

Pedigo, L.P. 1972. Economic Injury Levels. Bull. Entomol.

Stern, V.M. 1959. The Integrated Control Concept. Hilgardia.

Zadok, J, C, R.D Schein. 1979. Epidemilogy and Plant Disease Management. 
         Oxford University Press.


PERHITUNGAN


Perhitungan  Kasus wereng coklat pada tanaman padi.

Sampel ke-
X
Populasi hama (ekor/tanaman)
Y
Produksi (kg/ha)
XY
X2
1
0
7400
0
0
2
40
6700
268000
1600
3
75
6000
450000
5625
4
105
5500
577500
11025
5
130
4500
585000
16900
6
155
3700
573500
24025
7
164
3000
492000
26896
8
180
1500
270000
32400
9
195
1000
195000
38025
n=9
∑X= 1044
∑Y= 39300
3411000
156496
116
 = 3466,67

b          =
          =
          =


=
            = -32,43

a          =  - b
            = 4.366,67 – (-32,43) (116)
            = 4.366,67 – (-3.761,88)
            = 4.366,67 + 3.761,88
            =8.128,55

Y = a + bx
= 8.128,55 + (-32,43) x
= 8.128,55 – 32,43 x

AP       =
          =
            = 176,47

            b= -32,43
ALE    =  x
          =
          =
            = 5,44



Nilai Y
Y1        = 8128,55 – 32,43 (0)
            = 8128,55
Y2        = 8128,55 – 32,43 (40)
            = 6831,35
Y3        = 8128,55 – 32,43 (75)
            = 5693,3
Y4        = 8128,55 – 32,43 (105)
            =4723,4
Y5        = 8128,55 – 32,43 (130)
            = 3912,65
Y6        = 8128,55 – 32,43 (155)
            = 3098,8
Y7        = 8128,55 – 32,43 (164)
            = 2810,03
Y8        = 8128,55 – 32,43 (186)
            = 2291,15
Y9        = 8128,55 – 32,43 (195)
            = 1804,7

2.    Perhitungan contoh kasus walang sangit pada tanaman padi

Sampel ke-
X
Populasi hama (ekor/tanaman)
Y
Produksi (kg/ha)
XY
X2
1
0
9200
0
0
2
5
6700
33500
25
3
20
6000
120000
400
4
34
5500
187000
1156
5
45
4000
180000
2025
6
58
3200
185600
3364
7
70
2500
175000
4900
8
85
2100
178500
7225
9
90
1800
162000
8100
n=9
∑X= 407
∑Y= 41000
1221600
27195
 = 45,22
4555,56

b          =
          =
          =
          =
            = -71,96

a          =  - b
            = 4.555,56 – (-71,96) (45,22)
            = 4.555,56 – (-3.254,03)
            = 4.555,56 + 3.254,03
            = 7.809,59
Y = a + bx
= 7.809,59 + (-71,96) x
= 7.809,59 – 71,96 x

AP       =
          =
            = 176,47

            b= -32,43
ALE    =
          =
            = 2,45

Nilai Y
Y1        = 7809,59 – 71,96 (0)
            = 7809,59
Y2        = 7809,59 – 71,96 (5)
            = 7.449,79
Y3        = 7809,59 – 71,96 (20)
            = 6370,39
Y4        = 7809,59 – 71,96 (34)
            = 5362,95
Y5        = 7809,59 – 71,96 (45)
            = 4571,39
Y6        = 7809,59 – 71,96 (58)
            = 3635,91
Y7        = 7809,59 – 71,96 (70)
            = 2772,39
Y8        = 7809,59 – 71,96 (85)
            = 1692,99
Y9        = 7809,59 – 71,96 (90)

            = 1333,19

Post a Comment

[blogger][disqus][facebook][spotim]

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

triono. Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget