Pengenalan Hama pada Tanaman Pangan dan Gejalanya

PENGENALAN HAMA PADA TANAMAN PANGAN DAN GEJALANYA
 (Laporan Praktikum Pengendalian Hama Tumbuhan)





Oleh

Triono
1214121220








JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014



I.     PENDAHULUAN



A.      Latar Belakang

Tanaman pangan adalah tanaman yang mampu menghasilkan bahan sebagai sumber energi untuk menompang kehidupan atau  segala jenis tanaman yang dapat menghasilkan karbohidrat dan protein.Tamaman pangan sendiri dapat dibedakan menjadi beberapa jenis seperti Serealia contohnya padi, Biji-bijian contohnya kedelai dan jagung, Umbi-umbian contohnya seperti Ganyong dan Ubi jalar. Tanaman pangan ini banyak terserang hama bahkan seluruh tubuhnya sangat kemungkinan terjadi serangan hama, dari akar, batang, daun, dan buah.

Sedangkan hama itu sendiri merupakan binatang perusak tanaman budi daya yang berguna untuk kesejahteraan manusia.  Akibat serangan hama produktivitas tanaman menjadi menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya, bahkan tidak jarang terjadi kegagalan panen.

Oleh karna itu perlu dilakukannya praktikum pengenalan hama pada tanaman pangan dan gejalanya untuk mengetahui cara pengendaliannya guna meningkatkan hasil produksi tanaman pangan yang sangat dibutuhkan oleh manusia sebagai sumber bahan pangan.


B.       Tujuan


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui beberapa jenis hama yang menyerang tanaman pangan beserta gejalanya.

II.      METODOLOGI



A.      Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain alat tulis, kamera dan sampel tanaman akibat diserang hama/ hama yang menyerang tanaman pangan, spesimennya antara lain daun kedelai, padi,kepik, ulat grayak, daun jagung, pucuk daun singkong, ganyong dan daun umbi rambat.


B.       Prosedur Kerja.

Adapun prosedur kerja dari praktikum pengenalan hama pada tanaman pangan dan gejalanya adalah sebagai berikut:
1.        Siapkan alat dan bahan yang digunakan seperti sampel tanaman yang diserang/ hama yang menyerang  tanaman pangan.
2.        Gambar sampel tanaman pangan dan hama yang menyerang .
3.        Amati gejala yang tampak pada daun dan hamanya yang menyerang,  tipe mulut hama yang menyerang, dan kerusakan yang ditimbulkan.
4.        Kemudian setelah itu di gambar sampel tumbuhan yang terserang  maupun hamanya.
5.        di foto seluruhnya untuk dijadikan hasil praktikum dalam laporan akhir.





III.   HASIL DAN PEMBAHASAN



A.      Hasil Praktikum

Adapun hasil dari praktikum pengenalan  hama  tanaman  pangan dan gejalanya antara lain sebagai berikut:
NO
FOTO
GAMBAR HAMA
KETERANGAN
1


Banyak Terdapat kutu dompolan di ranting daun berwarna putih.
2



Bulir padi yang tidak mingisi karnaa terserang penggerek batang padi
3


Ulat Grayak pada daun padi
4



Penggerek batang padi


5


Daun jagung terserang oleh hama kutu pangkal daun jagung busuk. 
6



Daun singkong terdapat kutu dompolan di ranting daun berwarna putih
7



Umbi mengalami boleng karna terserang penggerek umbi.



Daun umbi jalar yang terserang penggerek umbi.
8


Daun ganyong yang terserang hama belalang tampak daun bekas gigitan dari tepi ke tengah tulang daun.
B.  Pembahasan

a.    Kutu Dompolan pada daun kedelai

Ciri-ciri: Aphis sering disebut kutu daun, bewarna hijau atau hijau kekuningan, berukuran 0,8 mm, serangga dewasa dapat bersayap, berkembangbiak secara pertenogenesis (tanpa kawin dulu) dengan siklus hidup 6 hari, kotorannya mengandung gula, sehingga seringkali mengundang semut.  Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan polong.  Gejala serangan: sering merusak pucuk daun muda, kadang menjadi keriting dan mengkerut. 

Pengendalian: (1) tanam serentak tidak lebih dari 10 hari; (2) Pergiliran tanaman bukan inang, (3) Penggunaan agens hayati Entomophtora sp yang serangannya dapat mecapai 100%.Selain kutu kedelai juga terserang oleh penggerek polong. Ulat penggerek polong (Ettiella zinchenella) Ciri-ciri: Ulat penggerek polong berupa ngengat berwarna kuning keabu-abuan, berukuran 1,7-2,5 cm, aktif pada malam hari dan sangat menyukai cahaya, ngengat betina dapat bertelur 73-204 butir. Telur diletakkan pada bagian bawah kelopak bunga dan polong kedelai, bentuknya lonjong, dengan ukuran 0,6 mm.  Telur muda berwarna putih mengkilap dan setelah tua menjadi jingga berbintik-binitk merah, lama telur menetas 3-4 hari. Ulat yang menetas bergerak menuju polong, kemudian bersembunyi diliputi benang pintal putih, setelah menggerek polong, ulat memakan biji kedelai. Ulat berwarna hijau kekuningan sampai merah muda dengan bagian punggung bergaris hitam.  Pupa berada dalam tanah (kedalaman 2-3 cm), berwarna coklat, bentuknya bulat lonjong dan berukuran 1,5 cm. 
Gejala serangan: ulat menggerek polong kedelai kemudian hidup dalam polong dan memakan biji kedelai yang masih utuh. Ulat menyebabkab kerusakan pada polong muda dan tua. Ulat juga sering merusak bunga, yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan pembentukan buah atau polong. Kerusakan polong muda mengakibatkan biji kedelai tidak berkembang dan polong rontok; pada tingkat serangan tinggi, kerugian hasil mencapai > 90%.

Pengendalian : (1) tanam serempak tidak lebih dari 10 hari; (2) pergiliran tanaman bukan inang; (3) pemasangan lampu perangkap; (4) penggunaan insektisida Atabron 50 EC, Bassa 500 EC, Buldok 25 EC, Cymbush 50 EC, Dimacide 40 EC, Dimilin 25 WP dengan ambang kendali intensitas kerusakan polong >2 % atau terdapat 2 ekor ulat pertanaman saat umur >45 hari. Yulia TS (PP Madya)

b.    Penggerek batang padi
Klasifikasi Penggerek Batang Padi
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Class                : Insecta
Ordo                : Lepidoptera
Family             : Noctuidae
Genus              : Sesamia
Species            : S. Inferens

Di Indonesia Penggerek batang padi atau dikenal dengan Sundep  yang merupakan hama menyerang tanaman padi sebelum berbunga (fase vegetatif) terutama pada daun yang masih muda. Padi yang terkena sundep menunjukkan gejala yaitu daunnya berwarna kuning dimana semakin berat serangannya maka warna kuning pada daun akan semakin merata. Selain itu pucuk batang yang digerek menjadi kering sehingga mudah dicabut. Bila pucuk tersebut dicabut maka akan terlihat bekas gerekan dan kadang-kadang larva masih terdapat pada pangkal batang.

Hama yang menyebabkan gejala sundep ialah Sesamia inferensSesamia inferens tersebut merusak dengan cara meletakan telurnya pada pelepah daun bagian dalam. Setelah telur menetas maka larva-larva tersebut mulai memakan pelepah daun, kemudian menggerek masuk kedalam batang. Selanjutnya memakan batang bagian dalam sehingga jaringan pembuluh batang terpotong. Hal ini menyebabkan terputusnya pasokan hara dari dalam tanah sebagai bahan untuk fotosintesis. Daun yang berwarna kuning tersebut sebagai akibat karena kurangnya pasokan hara.
Tindakan pengendalian hama sundep jika masih berada dibawah ambang ekonomi yaitu 10% / m2. Bila tingkat kerusakannya lebih dari 10% / m2 maka diperlukan tindakan pengendalian dengan menggunakan insektisida dan musuh alaminya seperti tabuhan parasit jenis Platytelenomus, ulatnya diserang tabuhan Braconiol, pupanya diserang tabuhan parasit Tetrastichus Israeli dan jenis nematoda Meoaplectana carpocapsae.

c.    Penggerek tongkol jagung

Selain pengerek daun jagung, tanaman jagung juga terserang kutu pada pangkal daun  Kutu daun menyerang dengan cara menisap cairan tanaman di daun. Tanaman yang terserang, daunnya akan berwarna kuning, mengering dan mati.


Kerajaan          : Animalia
Filum               : Arthropoda
Kelas               : Insecta
Ordo                : Lepidoptera
Famili              : Crambidae
Upafamili        : Pyraustinae
Genus              : Ostrinia
Spesies            : O.furnacalis
Larva yang baru menetas berwarna putih kekuningan, makan berpindah-pindah. Larva muda memakan ujung bunga jantan/malai, dan setelah instar lanjut akan menggerek batang jagung. Gejala serangan hama ini berupa lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga jantan atau pangkal tongkol sehingga batang dan tassel mudah patah.

Hama penggerek batang pada tanaman jagung manis dapat dikendalikan melalui pengendalian dengan kultur teknis, penggunaan insektisida kimiawi, pengendalian dengan menggunakan insektisida harus dilakukan secara hati-hati.
Selain spesies Ostrinia furnacalis, terdapat spesies lain walaupun jarang dilaporkan, yaitu spesies Heliceovrpa armigera. Serangga ini meletakkan telur pada rambut jagung. Setelah menetas larva masuk ke dalam tongkol jagung dan memakan biji jagung yang sedang berkembang.
Untuk mengendalikannya, dilakukan dengan penyemprotan insektisida DECIS pada tongkol jagung setelah terbentuk rambut jagung dengan selang dua hari sampai rambut jagung berwarna coklat.
d.        Ulat Grayak Pada Padi

Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Filum               : Arthropoda
Kelas               : Insekta
Ordo                : Lepidoptera
Famili              : Noctuidae
Subfamili         : Amphipyrinae
Genus              : Spodoptera
Spesies            : Spodoptera litura F

Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (1994), instar pertama tubuh larva berwarna hijau kuning, panjang 2,00 sampai 2,74 mm dan tubuh berbulu-bulu halus, kepala berwarna hitam dengan lebar 0,2-0,3 mm. Instar kedua, tubuh berwarna hijau dengan panjang 3,75-10,00 mm, bulu-bulunya tidak terlihat lagi dan pada ruas abdomen pertama terdapat garis hitam meningkat pada bagian dorsal terdapat garis putih memanjang dari toraks hingga ujung abdomen, pada toraks terdapat empat buah titik yang berbaris dua-dua. Larva instar ketiga memiliki panjang tubuh 8,0 – 15,0 mm dengan lebar kepala 0,5 – 0,6 mm. Pada bagian kiri dan kanan abdomen terdapat garis zig-zag berwarna putih dan bulatan hitam sepanjang tubuh. Instar keempat , kelima dan keenam agak sulit dibedakan. Untuk panjang tubuh instar ke empat 13-20 mm, instar kelima 25-35 mm dan instar ke enam 35-50 mm. Mulai instar keempat warna bervariasi yaitu hitam, hijau, keputihan, hijau kekuningan atau hijau keunguan.Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklat-coklatan.Ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon) berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm. Imago berupa ngengat dengan warna hitam kecoklatan. Pada sayap depan ditemukan spot-spot berwarna hitam dengan strip-strip putih dan kuning. Sayap belakang biasanya berwarna putih, (Ardiansyah, 2007).

Gejala Serangan Larva yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas/transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja dan ulat yang besar memakan tulang daun dan buahnya. Gejala serangan pada daun rusak tidak beraturan, bahkan kadang-kadang hama ini juga memakan tunas dan bunga. Pada serangan berat menyebabkan gundulnya daun. Serangan berat umumnya terjadi pada musim kemarau.

Pengendalian Serangan dapat dikendalikan dengan beberapaa cara seperti:
1. Musuh Alami
Beberapa musuh alami yang menyerang ulat ini yaitu Apenteles sp. Telenomeus sp, Brachymeria sp, Charops longiventris, Chelonus sp, Euplecectrus platyphenae, Microplitis manilae, Nythobia sp, Tachinidae, Podomya setosa dan Harpactor sp (Sudarmo, 1987). 
2.  Agen hayati yang berperan penting sebagai pengendali hama secara alamiah adalah Nucleopolyhedrovirus (NPV) yang merupakan agensi hayati ulat grayak. ). Virus ini memiliki sifat yang menguntungkan, antara lain :
• memiliki inang spesifik dalam genus/famili yang sama, sehingga aman terhadap organisme bukan sasaran.
• tidak mempengaruhi parasitoid, predator dan serangga berguna lainnya.
• dapat mengatasi masalah resistensi ulat grayak terhadap insektisida kimia.
• kompatibel dengan insektisida kimiawi yang tidak bersifat basa kuat.
3. Pestisida nabati, dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya (Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2007).
e.    Kepik Physomerus grossipes

Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthro poda
Class                : Insecta
Ordo                : Hemiptera
Sub Ordo        : Heteroptera
Fammili           : Coreidae
Spesies            : P. Grossipes

Kepik ini menyerupai walang sangit. Panjang lebih dari 19-22 mm dan bergariis merah tua. Warna telurnya coklat tua mengilap dengan garis tengah sekitar 1,5 mm. Telur diletakan berderet dengan jumlah sekitar 60-100 butir. Daun yang sekitar diserang banyak lubang jika batang yang terserang tanamaan bisa mati.
memiliki antena pendek. Mereka seragam coklat gelap, dan memiliki bau yang tidak menyenangkan. Nimfa yang awalnya merah, tapi menjadi coklat gelap dengan bintik-bintik kemerahan pada kepala dan sisi perut.

Pengendalian hama ini bisa menggunakan Diazinon dan Basudin pengendalian kepik ini juga bisa dilakukan dengan pengendalian biologis menggunakan Sebuah tawon milik keluarga Eulophidae menyerang telur. Parasitisme di lapangan mencapai setinggi 49%. Hanya satu parasit muncul dari setiap telur. Spesies semut Unidentified memangsa nimfa instar pertama.

f.     Kutu Dompolan  Planococcus citri

Klasifikasi
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Class                : Insecta
Order               : Hemiptera
Suborder         : Sternorrhyncha
Superfamily     : Coccoidea
Family             : Pseudococcidae
Genus              : Planococcus Species: P. Citri

Gejala Kutu menyerang tangkai dan pangkal buah, meninggalkan bekas berwarna kuning kemudian kering sehingga banyak buah yang gugur. Pada bagian yang terserang tampak dipenuhi oleh kutu-kutu putih seperti kapas. Kerugian yang ditimbulkan adalah pertumbuhan yang terhambat,  produksi menurun karena buah rontok.

Bioekologi Kutu dewasa berbentuk oval, datar, berwarna kuning kecoklatan, kuning muda atau kuning tua,  panjang 3-4 mm, lebar 1,5-2 mm. Badan serangga lunak ditutupi lapisan lilin. Di sepanjang tepi  badan kutu terdapat duri-duri dari bahan semacam lilin yang jumlahnya 14-18 pasang. Seekor  betina mampu bertelur 300 butir, diletakkan pada bagian tanaman dan berlangsung antara 2-17 hari. Populasi kutu dompolan meningkat pada musim kemarau, terutama bila kelembaban nisbi pada siang hari dibawah 75%. Larva dari telur-telur yang menetas berwarna kuning pucat, hijau atau merah tua tergantung stadiumnya, bergerak meninggalkan induknya dan mencari tempat di bagian tanaman lain. Kutu ini menyukai tempat yang agak teduh tetapi tidak terlalu lembab, mudah tersebar oleh angin dan hujan. Kutu yang menyerang mengeluarkan embun  madu yang mendatangkan jamur jelaga sehingga fotosintesa terhambat. Kutu dompolan isi sangat menyukai buah jeruk yang masih muda dan dapat pula menyerang pucuk-pucuk. Populasi akan meningkat di musim kemarau dan akan menurun pada musim hujan. Oleh karena itu periode tersebut merupakan fase kritis dan perlu dilakukan pemantauan.

Pengendalian Populasi kutu di alam dikendalikan oleh keberadaan musuh alami seperti predator Scymnus apiciflavus, S. roepkei, Brumus suturalis, Coccinella repanda, Coccodiplosis smithi dan parasit Anagrus greeni, dan Leptomastix trilongifasciatus. Pengendalian secara mekanis dilakukan  dengan mengatur kepadatan tajuk tanaman agar tidak terlalu rimbun dan saling menaungi sehingga cahaya matahari bisa masuk ke dalam tajuk dan mencegah berpindahnya kutu. Pengendalian secara kimia dengan insektisida selektif.
g.    Hama Boleng Cylas Formi Corius

Klasifikasi :
Kingdom         : Animalia
Filum               : Arthropoda
Kelas               : Insecta
Ordo                : Coleoptera
Famili              : Curculionidae
Genus              : Cylas
Spesies            : Cylas formicarius

Gejala serangan: Serangga ini banyak merusak umbi ubi jalar dengan cara masuk dalam umbi dan memakan bagian kulitnya. Umbi yang telah diserangnya akan timbul bau yang tidak enak. Walaupun serangannya hanya sedikit, rasa umbi yang sudah terserang tidak enak lagi. Kadang serangan hama ini juga diikuti oleh serangan ulat Omphisa anastomosalis Gn., yang juga mengebor masuk ke dalam umbi. Warna ulatnya ungu muda atau kekuningan.

Serangga ini memakan pada waktu malam. Selain memakan daun dan tangkai, biasanya kumbang ini juga suka memakan umbi dengan cara mengebor sedalam 1-2 cm. Telurnya diletakkan dalam batang atau umbi yang ditutup dengan sisa makanan. Setelah menetas, larvanya langsung dapat memakan umbi ditempat menetasnya. Kumbang ini bisa hidup selama 3 bulan. Setiap harinya kumbang bisa bertelur 2 butir dan jumlahnya bisa mencapai 200 butir. Serangan hama ini bisa menimbulkan kerusakan sampai 50%, terutama jika disertai serangan ulat Omphisa anastomosalis. Serangan hama ini bisa berlanjut terus sampai umbi disimpan sebab larva dan kumbangnya sudah berada dalam umbi. Larvanya bisa menjadi pupa di dalam umbi atau di dalam tanah. Panjang pupanya lebih kurang 6-7 mm.
Daur hidup hama ini dari telur sampai dewasa 6-7 minggu. Telurnya menetas dalam 1 minggu. Masa larvanya lebih kurang 2-4 minggu atau lebih. Pada waktu musim kering masa larvanya lebih pendek dan kumbang dewasanya lebih aktif dan berlembang lebih cepat. Lama masa pupanya sekitar 1 minggu. Pada waktu musim hujan aktivitasnya menurun.
Berbagai cara pengendalian telah dilakukan untuk mengendalikan C. formicarius antara lain penggunaan klon tahan, sanitasi, rotasi tanaman, pembumbunan, ketepatan waktu panen. Pengendalian dengan insektisida insektisida tidak efektif karena hama ini makan dan berkembang dalam umbi, di samping itu penggunaan insektisida secara terus menerus akan mengakibatkan efek samping yang berbahaya, sehingga perlu di cari alternatif pengendalian lain, salah satu cara yang dilakukan adalah pengguaan patogen. Jamur Beauveria bassiana (Bals) Vuilemin adalah salah satu jamur ento-mopatogen yang banyak digunakan untuk mengen-dalikan berbagai jenis hama. Jamur ini mempunyai kisaran inang yang luas dan mampu menginfeksi hama pada berbagai umur dan stadia perkembangan serta menimbulkan epizootic alami (Ferron, 1981). Tidak semua B. bassiana dapat membunuh semua jenis hama tetapi ada strain-strain tertentu yang virulen terhadap jenis hama tertentu. Variasi virulensi jamur B. bassiana dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor dalam yaitu asal isolat maupun faktor luar seperti macam medium untuk perbanyakan jamur, teknik perbanyakan dan faktor lingkungan (Sudarmadji, 1997). Penggunaan B. bassiana terhadap C. formicarius pada umbi ubi jalar belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pato-genisitas enam isolat jamur B. bassiana yang diuji pada imago C. formicarius.

h.    Daun Ganyong
Ganyong merupakan tumbuhan umbi-umbian ganyong ini terdapat bekas gigitan yang disebabkan oleh belalang.
Klasifikasi

Filum   : Arthopoda
Kelas   : Hexapoda
Ordo    : Lepidoptera
Famili  : Acrididae
Genus : Valanga
Spesies: Valanga nigricornis

Belalang merupakan serangga herbivora, serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan memiliki ovipositor pendek. Suara yang dihasilkan oleh beberapa spesies belalang biasanya dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen ( disebut stridulasi ). Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat, belalangn memiliki dua pasang kaki, sayap lurus.
Gejala yang disebabkan oleh hama pemakan menyebabkan daun menjadi robek atau bolong, daun tidak utuh, hama menyerang dengan cara memakan dan mengunyah dengan jenis mulut brgerigi, daun  yang terserang hama pemakan ini hampir sebagian telah habis termakan oleh hama jika belalang menyerang daun bagian tepi menuju tengah daun atau tulang daun.
Pengendalian belalang ini ada beberapa cara antara lain sebagai berikut:
Pengendalian Hayati
Agens hayati M. anisopliae var. acridium, B. bassiana, Enthomophaga sp.dan Nosuma locustae di beberapa negara terbukti dapat digunakan padasaat populasi belum meningkat.
Pola Tanam
Di daerah pengembangan tanaman pangan yang menjadi ancaman hama belalang kembara perlu dipertimbangkan pola tanam dengan tanaman alternatif yang tidak atau kurang disukai belalang dengan sistem tumpang sari atau diversifikasi.Pada areal yang sudah terserang belalang dan musim tanam belum terlambat, diupayakan segera pena naman kembali dengan tanaman yang tidak disukai belalang seperti, kedelai, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, kacang panjang, tomat, atau tanaman yang kurang disukai belalang seperti kacang tanah, petsai, kubis, dan sawi.
Mekanis
Melakukan gerakan masal sesuai stadia populasi:Stadia telur. Untuk mengetahui lokasi telur maka dilakukan pemantauan lokasi dan waktu hinggap kelompok belalang dewasa secara intensif. Pada areal atau lokasi bekas serangan yang diketahui terdapat populasi telur,
dilakukan pengumpulan kelompok telur melalui pengolahan tanah sedalam 10 cm, kelompok telur diambil dan dimusnahkan, kemudian lahan segera ditanami kembali dengan tanaman yang tidak disukai belalang.
Stadia nimfa. Setelah dua minggu sejak hinggapnya kelompok belalang kembara mulai dilakukan pemantauan terhadap kemungkinan adanya nimfa. Nimfa dikendalikan dengan cara memukul, menjaring, membakar atau menggunakan perangkap lainnya. Menghalau nimfa ke suatu tempat yang sudah disiapkan di tempat terbuka untuk kemudian dimatikan. Nimfa yang sudah ada di tempat terbuka apabila memungkinkan juga dapat dilakukan pembakaran namun harus hati-hati agar api tidak merembet ke
tempat lain. Pengendalian nimfa berperan penting dalam menekan perkembangan belalang.
Kimiawi
Dalam keadaan populasi tinggi, perlu segera diupayakan penurunan populasi. Apabila cara-cara lain sudah ditempuh tetapi populasi masih tetap tinggi maka insektisida yang efektif dan diijinkan dapat diaplikasikan.
Jenis insektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan belalang adalah jenis yang berbahan aktif organofosfat seperti fenitrothion.















IV.   KESIMPULAN



Dari hasil pengamatan diatas kita dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1.        Hama yang menyerang tanaman pangan sebagian besar berordo Lepidoptera dan hemiptera.
2.        Banyak cara untuk mengendalikan hama tanaman pangan secara biologi, kimia, mekanik, musuh alami dll.
3.        Gejala serangan hama pada tanaman pangan menimbulkan bekas gigitan, bercak, kering,busuk, boleng bahkan kematian pada tanaman.
4.        Tanaman yang rentan terhadap hama merupakan tanaman padi dari tumbuh sampai panen bahkan dalam penyimpananpun dapat terserang hama.
5.        Dari praktikum mahasiswa dapat mengetahui gejala dan hama yang menyerang tanaman, sehingga mahasiswa dapat melakukan pengendalian yang sesuai.







DAFTAR PUSTAKA



Denialfiyan.2011. Hama dan penyakit pada tanaman . http: // denialfian. blogspot. com/2011/03/hama-dan-penyakit-pada-tanaman. Diakses pada tanggal 26
Maret 2014 pukul 20.05 WIB.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2013. Pengendalian Hama Penggerek Batang Pada Jagung Manis.http://www.litbang.deptan.go.id/
berita/one/1500/. Diakses pada tanggal 26 Maret 2014 pukul 20.05 WIB.

Pusat Penyuluhan Pertanian.2008.Pengendalian Hama Kutu Daun, Kumbang daun dan Ulat penggerek polong pada tanaman kedelai.http://cybex.deptan.go.id/

penyuluhan/pengendalian-hama-kutu-daun-kumbang-daun-dan-ulat-penggerek-polong-pada-tanaman-kedelai. Diakses pada tanggal 27 Maret 2014 pukul 20.30  WIB.


Wardani,wahyu.2012. Organisme pengganggu tanaman.http://laporan-wahyu-wardani.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 26 Maret 2014 pukul 09.30 WIB.

Yulia Tri.2013. Pengelolaan Hama Belalang dan Pengendaliannya

.http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/pengelolaan-hama-belalang-dan pengendaliannya. Diakses pada tanggal 26 Maret 2014 pukul 09.00 WIB.












LAMPIRAN


Post a Comment

[blogger][disqus][facebook][spotim]

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

triono. Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget