Pengenalan Penyakit Tanaman Pangan dan Hortikultura

PENGENALAN PENYAKIT TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
 (Laporan Praktikum Pengendalian Penyakit Tumbuhan)



Oleh

Triono
1214121220
Kelompok 2









JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014


I. PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang

Tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari.Secara singkat penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal.Penyebab sakit bermacam-macam antara lain cendawan, bakteri, virus, kekurangan air, kekurangan atau kelebihan unsur hara (Pracaya, 1999).

Virus gemini penyebab penyakit kriting pada cabai virus ini sangant merugikan, tingkat kerugiannya mencapai 50%-70% biasanya seluruh daun kriting dan berwarna kuning daan tanaman kerdil.

Antraknosa disebabkan oleh dua cendawan yaitu colletotrichum capsici dan colletrotichum gloesporioides Serangan dapat terjadi pada biji, buah, batang dan daun. Biasanya serangan tertinggi terjadi pada buah yang telah matang. Kerugian dan penurunan produksi akibat serangan dapat mencapai 20-65 %.

Cercospora purpurea menyebabkan bercak pada daun alpukat bercaknya coklat pada permukaannya tingkat kerusakan mencapai 20-60%.

Bakteri Xanthomona campetris pv. Manihotis menyebabkan hawar bakteri pada umbi kayu besarnya kerugian tergantung pada keadaan setempat, termasuk ketahanan tanaman. Pada tanaman rentan jika keadaan membantu, kerugian dapat mencapai 90%-95%.

Karat merah ( red rust) pada daun alpukat disebabkan oleh cephaleuros virescens tingkat kerusakan yang disebabkan oleh patogen ini mencapai 10-50 % akibatnya daun bercak-bercak, permukaan daun  berbintik dll.


Untuk itu perlu dilakukan praktikum ini aagar tingkat kerusakan yang terjadi tidak besar dan tidak mempengaruhi produksi dari tanaman tersebut, serta dapat mengendalikan penyakit tersebut dengan tepat.


1.2  Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.        Mengetahui dan mempelajari jenis-jenis hama pada tanaman pangan dan hortikultura.
2.        Mahasiswa ddapat mengendalikan penyakit pada tanaman pangan dan horti secara tepat dan benar.
3.        Mengetahui faktor pendukung perkembangan penyakit masing-masing spesimen serta mengetahui karekteristik masing-masing penyakit.





II. METODOLOGI



2.1 Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini antara lain mikroskop, kaca preparat, kaca penutup preparat, kamera serta alat-alat tulis yang dibutuhkan. Sementara bahan yang digunakan dalam praktikum antara lain  tissue, bagian-
bagian tanaman yang terserang penyakit seperti cabai, daun alpukat, daun ubi kayu dan daun jambu bol.


2.2 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.        Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini.
2.        Mengambil dan mengamati bagian tanaman yang sakit baik gejala, penyyebab maupun tanda terus menfoto tanaman yang sakit terssebut.
3.        Mengambil bagian tanaman yang sakit dengan meneteskan air kemudian gosok pada bagian tanaman yang sakit.
4.        Setelah itu mengambil air hasil gosokan tersebut dengan pipet tetes, dan memiindahkan ke atas  permukaan kaca preparat kemudian tutup dengan penutup kaca preparat.
5.        Meletakan kaca preparat pada meja microskop, mengamati hasil tersebut dibawah microskop sampai didapatkan bayangan dari jamur yang menyerang tanaman tersebut.




III. HASIL DAN PEMBAHASAN



3.1    Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan praktikum ini adalaah sebagai berikut:

NO
FOTO
DISKRIPSI
1


Penyakit kriting pada cabai
Patogen: virus gemini
Vektor: kutu kebul dan wereng daun
Gejala: tanaman kriting berwarna kuning dan kerdil
2


Antraknosa pada cabai
Patogen : Colletotrichum capsici dan Colletotrichum gloesporioides
Gejala : bercak coklat sampai hitam pada buah, lama kelamaan bercak membentuk cekung,sehingga buah busuk.
3


Bercak Cercospora pada daun alpukat
Patogen : Cercospora purpurea
Gejala : terdapat bercak bulat berwarna coklat pada permukaan daun.
4


Hawar bakteri pada ubi kayu
Patogen : bakteri Shanthomoonas campetris pv. Manihotis
Gejala: bercak basah dengan bentuk yang teratur disekeliling bercak berwarna hijau kekuningn dan daun layu.


5

Karat merah ( red rust) pada jambu bol
Patogen : jamur Cephaleuros virescens
Gejala: daun bercak bulat berwarna coklat permukaan atas daun berbintik –bintik lembut.  
 6



Antraknosa pada cabai Colletotrichum gloessporioides tampak pada microskop 
 7


 Karat Merah ( red rust ) pada daun jambu bol
Jamur Cephaleuros virescens



3.2    Pembahasan


v  Virus Gemini

Pada gambar pertama yaitu cabai kriting akibat virus gemini atau disebut juga dengan virus kuning,  gejalanya daun keriting dan berwarna kuning dan tanaman menjadi kerdil.

Klasifikasi virus gemini:
Group  : Group II (ssDNA)
Family : Geminiviridae
Genus  : Begomovirus

Gemini virus dicirikan dengan bentuk partikel kembar berpasangan (geminate) dengan ukuran sekitar 30 x 20 nm. Gemini virus termasuk dalam kelompok virus tanaman dengan genom berukuran 2,6-2,8 kb berupa utas tunggal DNA yang melingkar dan terselubung dalam virion ikosahendra kembar (geminate).
Replikasi virus terjadi dalam bagian nukleus tanaman melalui pembentukan utas ganda DNA. Kelompok virus gemini dibedakan dalam 3 subgrup, pertama memiliki genom yang monopartit, menginfeksi tanaman monokotiledon dan ditularkan oleh vektor wereng daun (leafhopper); subgrup kedua ditularkan vektor wereng daun dan memiliki genom monopartit tetapi menginfeksi tanaman dikotiledon; subgrup ketiga memiliki anggota paling banyak dan beragam dengan genom bipartit yang menginfeksi tanaman dikotiledon dan ditularkan oleh serangga vektor kutu kebul (Bemicia tabaci Genn.).
 Klasifikasi serangga vektor kutu kebul (Bemisia tabaci)
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Class                : Insecta
Order               : Hemiptera
Family             : Aleyrodidae
Genus              : Bemisia
Species            : Bemisia tabaci

Variasi gejala yang mungkin timbul pada cabai adalah sebagai berikut:
1.        Tipe -1. Gejala diawali dengan pucuk mengkerut cekung berwarna mosaik
hijau pucat, pertumbuhan terhambat, daun mengkerut dan menebal disertai tonjolan berwarna hijau tua.
2.        Tipe-2. Gejala diawali dengan mosaik kuning pada pucuk dan daun muda,
gejala berlanjut pada hampir seluruh daun menjadi bulai.
3.        Tipe-3. Gejala awal urat daun pucuk atau daun muda berwarna pucat atau
kuning sehingga tampak seperti jala, gejala berlanjut menjadi belang kuning, sedangkan bentuk daun tidak banyak berubah.
4.        Tipe-4. Gejala awal daun muda/pucuk cekung dan mengkerut dengan warna mosaik ringan, gejala berlanjut dengan seluruh daun berwarna kuning cerah, bentuk daun berkerut dan cekung dengan ukuran lebih kecil, serta pertumbuhan terhambat.

Usaha pengendalian penyakit virus kuning (khususnya dengan pestisida) terutama ditujukan kepada serangga vektornya, karena sampai saat ini tidak ada pestisida yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian yang dapat mematikan virus. Langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit virus kuning pada tanaman cabai, antara lain ;
1.        Melakukan upaya preventif dengan penggunaan benih tahan virus kuning,
penggunaan benih yang tahan virus kuning akan meminimalisir serangan virus.
2.        Mengolah lahan dengan baik dan pemupukan yang berimbang, yaitu 150-200
kg Urea, 450-500 kg Za, 100-150 kg TSP, 100-150 KCL, dan 20-30 ton pupuk organik per hektar.
3.        Pembibitan dengan cara penyungkupan tempat semaian dengan kain kasa atau plastik yang telah dilubangi. Dan membuat rak pembibitan setinggi lebih kurang 1 m.
4.        Tempat persemaian yang terisolasi jauh dari lahan yang terserang penyakit.
5.        Menanam varietas yang agak tahan atau toleran terhadap virus maupun serangga penular, misalnya cabai keriting jenis Bukittinggi.
6.        Menggunakan bibit tanaman yang sehat (tidak mengandung virus) atau bukan berasal dari daerah terserang.
7.        Mengatur waktu tanam agar tidak bersamaan dengan tingginya populasi serangga penular, jarak tanam yang tidak terlalu rapat, dan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inang dari virus maupun serangga (terutama bukan dari famili solanaceae seperti tomat, cabai, kentang, tembakau, dan famili cucurbitaceae seperti mentimun). Rotasi tanaman akan lebih berhasil apabila dilakukan paling sedikit dalam satu hamparan, tidak perorangan, dilakukan serentak tiap satu musim tanam, dan seluas mungkin.
8.        Eradikasi tanaman sakit, yaitu tanaman yang menunjukkan gejala segera dicabut dan dimusnahkan supaya tidak menjadi sumber penularan ke tanaman lain yang sehat. Namun pada daerah-daerah yang telah terserang berat, tanaman muda yang terserang tidak dimusnahkan, tetapi dibuang bagian daun yang menunjukkan gejala kuning keriting dan kemudian disemprotkan pupuk daun.
9.        Melakukan sanitasi lingkungan, terutama mengendalikan tumbuhan pengganggu/ gulma berdaun lebar dari jenis babadotan, gulma bunga kancing, dan ciplukan yang dapat menjadi tanaman inang virus.
10.    Penggunaan mulsa perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi serangga pengisap daun.
11.    Menanam pembatas/barrier jagung sebanyak 4-5 baris disekeliling pertanaman cabai serta penanaman tagetes (bunga tai ayam) terutama dipinggir pertanaman cabai.
12.    Pelepasan predator Menochillus sexmaculatus, mampu memangsa sebanyak  200-400 ekor B. tabaci per hari, 12 ekor thrips per hari, 200 ekor aphids per hari, Siklus hidup 18-24 hari, satu ekor betina menghasilkan telur sekitar 3.000 butir.

Untuk mendukung keberhasilan usaha pengendalian penyakit virus kuning pada tanaman cabai, diperlukan peran aktif para petani dalam mengamati/memantau kutu kebul dan pengendaliannya mulai dari pembibitan sampai di pertanaman agar diketahui lebih dini timbulnya gejala penyakit dan penyebarannya dapat dicegah.

Faktor pendukung  atau faktor yang memicu perkembangan virus gemini antara lain:
·           sejak bibit
·           banyak terjadi di musim
·            kemarau (pembibitan dan penanaman)
·           populasi kutu kebul tinggi


v  Antraknosa pada cabai

Penyakit antraknosa pada cabai disebabkan oleh dua cendawan coletotrichum capsici dan colletotrichuum gloesporioides menyebabkan bercak coklat sampai hitam pada buah, bahkan lama-kelamaan akan busuk.

A.      Klasifikasi colletotrichum capsici
Kingdom         : Fungi
Filum               : Ascomycota
Kelas               : Sodariomycetes
Ordo                : Phyllachorales
Famil               : Phyllachoraceae
Genus              : Colletotrichum
Spesies            : C. capsici

Gejala serang dari colletotrichum capsici:
        Pada permukaan buah mulanya terbentuk bercak cokelat kehitaman, lalu meluas menjadi busuk lunak.
        Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang merupakan kelompok seta dan konidium jamur.
        Serangan meluas dan membuat seluruh buah mengering dan mengerut (keriput).

Morfologi dari jamur colletotrichum capsici
        Memiliki banyak aservulus di bawah kutikula atau pada permukaan garis tengah, berwarna hitam dengan banyak seta.
        Seta berwarna coklat tua, bersekat, kaku, meruncing ke atas, 75-100 x 2-6,2 µm.
        Konidium hialin berbentuk silindris, ujung tumpul atau bengkok seperti sabit.
        Jamur membentuk banyak sklerotium dalam jaringan.

B.  Klasifikasi Colletotrichum Gloeosporium
Kingdom         : Fungi
Filum               : Ascomycota
Kelas               : Sordariomycetes
Ordo                : Glomerellales
Famili              : Glomerellaceae
Genus              : Colletotrichum
Spesies            : Gloeosporium piperatum
Gejala serang colletotrichum Gloeosporium
        Buah mati ujung (die back).
        Terlihat bintik-bintik kecil berwarna kehitaman dan berlekuk.
        Bintik-bintik memiliki tepi berwarna kuning, membesar dan memanjang.
        Pada kondisi lembab, cendawan memiliki lingkaran memusat berwarna merah jambu.
        Daun berwarna coklat kehitaman pada bagian tengahnya, mengeriputnya lembaran, timbul busuk kebasahan pada bagian yang terinfeksi kemudian gugur.

Morfologi colletotrichum Gloeosporium
·           Aservulus dalam sel-sel epidermal atau subepidermal terbuka, bulat atau panjang, berwarna kuning jingga atau merah jambu.
·           Konidium bersel satu
·           Hialin, berbentuk batang dengan ujung membulat.

Faktor pendukung perkembangan jamur yang menyebabkan antraknosa antara lain:
        Penggunaan pupuk N yang terlalu banyak menyebabkan tanaman menjadi rimbun sehingga kelembaban meningkat.
        Kelembaban iklim mikro akibat jarak tanam yang terlalu rapat.
        Drainase yang buruk sehingga muncul genangan air di sekitar tanaman.
        Percikan air hujan atau air siraman yang mengenai buah cabai.

Cara pengendalian penyakit antak nosa antara lain:
a.         Kultur Teknis
1.      Merendam benih pada air panas atau fungisida sebelu ditanam.
2.      Melakukan pemangkasan.
3.      Eradikasi.
4.      Penggunaan mulsa hitam perak.
5.      Mengatur jarak tanam.
6.      Mengurangi dosis pupuk nitrogen (N).
7.      Mengelola drainase terutama di musim penghujan.
b.        Kimia
1.      Menggunakan fungisida dengan bahan aktif Mancozeb, Difenokozanol, Asibensolar-S-metil, Karbendazim, dll.
2.      Penggunaan biofungisida, salah satunya dengan ekstrak daun nimba (Azadirachta indica).

v  Bercak cercospora pada daun alpukat

Penyebabnya adalah cercospora purpurea daun terdapat bercak bulat berwarna coklat pada permukaan daun.

Gejala penyakit bercak daun pada daun alpokat yaitu Bercak cokelat muda dengan tepi cokelat tua di permukaan daun atau buah. Bila cuaca lembab, bercak cokelat berubah menjadi bintik-bintik kelabu. Bila dibiarkan, lama-kelamaan akan menjadi lubang yang dapat dimasuki organisme lain.
Klasifikasi Jamur Cercospora purpurea
Raya                            : Jamur
Filum                           : Ascomycota
Kelas                           : Dothideomycetes
Subclass                      : Dothideomycetidae
Order                           : Capnodiales
Keluarga                      : Mycosphaerellaceae
Genus                          : Pseudocercospora
Spesies                        : Purpurea P.
Binomial nama            : Purpurea Pseudocercospora
Sinonim                       : Cercospora purpurea

Struktur Patogen Konidiofor pucat berwarna kuning langsat berwarna cokelat gelap, gelap dalam massa, seragam dengan lebar dan warna, multiseptate, tidak atau jarang bercabang, sedikit geniculate, lurus untuk berombak-ombak, bekas spora kecil di ujung membulat, 3-4,5 x 20-200 pM, beberapa koleksi menampilkan konidiofor divergen hanya pendek dan yang lain hanya yang panjang, muncul terutama panjang ketika konidia gigih; konidia obclavato-berbentuk silindrik, berwarna kuning langsat pucat, panjang obconically dasar truncate, tumpul untuk subakut ujung, tak jelas 1-9 septate, langsung ke melengkung, 2-4,5 x 20-100 pM.

Pengendalian dengan Penyemprotan fungisida Masalgin 50 WP yang mengandung benomyl, dengan dosis 1-2 gram/liter atau dapat juga dengan mengoleskan bubur Bordeaux.
Faktor pendukung dari jamur Cercospora purpurea adalah faktor lingkungnan seperti kelembaban, dan temperatur sekitar tanaman alpukat, faktur lain juga dapat mempengaruhi seperti segitiga penyakit.


v  Hawar Bakteri pada ubi kayu

Disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv manihotis
(Berthet et Bondar 1915) Dye 1978

Klasifikasi xanthomonas campetris:
Kingdom         : bacteria
Phylum            : Proteobacteria
Class                : Gamma Proteobacteria
Order               : xanthomonadales
Family             : xanthomonas
Spesies            : Xanthomonass campetris
                      
Gejala serangan. Pada daun terdapat bercak kebasah-basahan
dengan bentuk tidak teratur dan bersudut, dikelilingi oleh warna hijau tua.
Gejala meluas dengan cepat dan warna bercak berubah menjadi coklat
muda, berkerut dan layu, selanjutnya seluruh daun layu dan rontok.

Xanthomonas adalah bakteri yang berbentuk batang dengan kedua ujung membulat, berukuran pendek, dengan panjang  berkisar antara 0,7-2.0 µm dan lebar antara  0,4-0,7 µm, memiliki satu flagel, tanpa spora, Ciri khas genus Xanthomonas adalah koloninya berlendir, dan menghasilkan pigmen berwarna kuning yang merupakan pigmen xanthomonadin(Bradbury, 1984; Liu et al., 2006).  Bentuk koloni pada medium biakan adalah bulat, cembung dan berdiameter 1-3 mm (Ou, 1985).

Faktor pendukung perkembangan bakteri ini  tergantung dengan Suhu optimum untuk pertumbuhan Xanthomonas antara 250C- 300C dan suhu minimum berkisar antara 5-100C. Suhu yang cocok untuk pertumbuhan awal adalah 200C pada suspensi yang agak encer. Derajat keasaman (pH) untuk menumbuhkan bakteri ini berkisar antara 6,2-6,4 atau yang berbeda tergantung strain bakteri dan medium yang dipakai (Ou, 1985).

Pengendalian penyakit. Menurut Lozano dkk (1981) beberapa upaya
pengendalian yang dapat dilakukan adalah : menanam jenis tahan,
menanam stek yang berasal dari tanaman sehat, melakukan rotasi,
memangkas tanaman terinfeksi, dan membuat bibit sehat dengan jalan
mengakarkan ujung batang yang masih sehat.

v  Karat Merah ( red rust ) pada daun jambu bol

Disebabkan oleh jamur cephaleuros virescens gejalanya daun bercak bulat berwarna coklat permukaan atas daun berbintik lembut.

Klasifikasi
Kingdom         : Plantae
Philum             : Chlorophyta
Class                : Ulvophyceae
Order               : Trentepohliales
Family             : Trentepohliaceae
Genus              : cephaleuros
Species            : C. Virescens

Penyakit karat merah (Cephaleuros virescens) berwarna merah jingga muncul karena adanya hormone hematokrom yang muncul saat kotak spora siapberproduksi. Gejalanya yaitu muncul bintik orange kecoklatan berbentuk cakram di permukaan atas daun yang lama-kelamaan melebar dan tampak hangus. Ini dikarenakan alga memproduksi filament yang menjadi tempat berkembangnya zoosporangium. Zoosporangium kemudian menghasilkan zoospora yang menyebar lewat angin, percikan air, dan hujan. Zoospora biasanya menginfeksi daun muda, tunas, dan buah. Penanggulangannya secara mekanis yaitu cabang yang terinfeksi biasanya ternaungi, pangkas atau hilangkan naungannya. Memperbaiki drainase agar kelembabannya berkurang. Secara kimiawi dapat menyemprotkan pestisida berbahan aktif tembaga dan senyawanya. Budidaya yang dapat dilakukan yaitu mencegah tanaman stress dengan mencukupi kebutuhan air dan pupuk. Pangkas secara teratur agar sinar matahari mengenai semua bagian tanaman (Sinulingga, 2001).
Gejala: daun berbercak-bercak bulat berwarna coklat, permukaan atas daun berbintik-bintik lembut.
Pengendalian dengan pemangkasan daun yang sakit dan sanitasi kebun serta fungisida Antracol 70 WP dan Dithane M-45.









IV. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.        Penyakit pada tanaman pangan dan horti tingkat kerusakan dan kerugian bisa mencapai 50% lebih untuk itu penyakit tanaman ini perlu diperhatikan dan perlu dilakukan pengendalian.
2.        Penyakit keriting pada tanaman cabai disebabkan oleh kutu kebul yang membawa virus Gemini.
3.        Gejala penyakit yang disebabkan kutu kebul adalah daun menguning cerah/pucat, daun keriting (curl), daun kecil-kecil, tanaman kerdil, bunga rontok, tanaman tinggal ranting dan batang saja, kemudian mati.
4.        Secara umum, pengendalian yang dapat dilakukan untuk menanggulangi bakteri dan virus dapat melalui Sanitasi, Penggunaan bibit sehat, pergiliran tanaman, memperbaiki pengairan, mengatur jarak tanam yang baik, Mencuci alat  pertanian dan menjaga tanaman agar terhindar dari luka. Menanam benih
yang  bebas virus, Mencabut dan memusnahkan tanaman yang terinfeksi.
5.        Penyakit pada tanaman umumnya disebabkan oleh virus jamur dan bakteri.





DAFTAR PUSTAKA

Bagus,Isnan. 2012.Virus Kuning.http://mikrokasi.blogspot.com/2012/09/virus-kuning.html.Diakses pada tanggal 5 April 2014 pukul 19.04 WIB.
Empep Sanusi. 1998. Jambu Bol “Si Mojang” berumur Genjah. Trubus no. 341.
Hardaningsih,Sri.2011.http://www.peipfi-komdasulsel.org/wp-content/uploads/2011/06/23-SRI-HARDANINGSIH-Penyakit-Ubikayu-219-224.pdf. Diakses pada tanggal 5 April 2014 pukul 19.47 WIB.

Puspita, egi.2012. INTENSITAS PENYAKIT MIK OLEH Cephaleuros virescens PADA TANAMAN TEH. http://egipuspita.blogspot.com/2012/10/ilmu-penyakit-tumbuhan-dasar-intensitas.html. Diakses pada tanggal 5 April 2014 pukul 21.08 WIB.

Ramdan, Evan P.2011.xanthomonas. http://z47d.wordpress.com/2011/10/24 /xanthomonas/. Diakses pada tanggal 5 April 2014 pukul 20.15 WIB.
Rahmat Rukmana, 1998. Ir. Budidaya Jambu Bol. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Wantypristiarini.2012.PENGENALAN GEJALA DAN STRUKTUR PATOGEN.http://wanty-pristiarini.blogspot.com/2012/10/laporan-1-penyakit-penting-tanaman.html. Diakses pada tanggal 5 April 2014 pukul 19.20 WIB.








LAMPIRAN






Post a Comment

[blogger][disqus][facebook][spotim]

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

triono. Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget