Analisis Vegetasi

ANALISIS VEGETASI
(Laporan Praktikum Ilmu dan Teknik Pengendalian Gulma)






Oleh:
Kelas C
Kelompok 3
Muhammad Pambudi Am       1214121142
Mutia Yuliandari                     1214121145
Nia Afrianti                             1214121149
Nova Adelina Lubis                1214121155
Rani Oktavia                           1214121175










JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014




I. PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Dari segi floristis ekologis pengambilan sampling dengan cara random sampling hanya mungkin digunakan apabila lapangan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman (Marsono, 1977).

Hal yang perlu diperhatikan dalam analisis vegetasi adalah penarikan unit contoh atau sampel. Dalam pengukuruan dikenal dua jenis pengukuran untuk mendapatkan informasi atau data yang diinginkan. Kedua jenis pengukuran tersebut adalah pengukuran yang bersifat merusak (destructive measures) dan pengukuran yang bersifat tidak merusak (non-destructive measures) (Anonim1, 2010).Untuk keperluan penelitian agar hasil datanya dapat dianggap sah (valid) secara statistika, penggunaan kedua jenis pengukuran tersebut mutlak harus menggunakan satuan contoh (sampling unit), apalagi bagi seorang peneliti yang mengambil objek dengan cakupan areal yang luas. Dengan sampling, seorang peneliti dapat memperoleh informasi atau data yang diinginkan lebih cepat dan lebih teliti dengan biaya dan tenaga lebih sedikit bila dibandingkan dengan inventarisasi penuh (metode sensus) pada anggota suatu populasi (Anonim1, 2010).Teknik sampling kuadrat ini merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Petak contoh yang dibuat dalam teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal mungkin akan memberikan infornasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti bersifat homogen. Adapun petak-­petak contoh yang dibuat dapat diletakkan secara random atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik sampling (Kusmana, C, 1997).

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Vegetasi di tempat tersebut mempunyai variasi yang berbeda antara vegetasi satu dengan vegetasi yang lain. Dengan adanya variasi yang dimiliki oleh suatu vegetasi akan menudukung suatu kehidupan organisme tertentu. Oleh karena itu, untuk menganalisis suatu vegetasi dalam area tertentu dengan menggunakan variabel kerimbunan, kerapatan, dan frekuensi, maka dilakukan analisis vegetasi menggunakan metode kuadrat.


B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini antara lain :
1.      Agar mahasiswa mengerti manfaat analisis vegetasi.
2.      Agar mahasiswa dapat melaksanakan analisis vegetasi tersebut dengan metode yang umum digunakan.

  


II. TINJAUAN PUSTAKA


Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu tempat mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai bahan obat-obatan. Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan sebagai gulma pada semua kondisi. Namun demikian, banyak juga tumbuhan diklasifikasikan sebagai gulma dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut umum tumbuh secara teratur pada lahan tanaman budidaya (Sebayang, 2005).


Konsepsi dan  metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat bervariasi, tergantung keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Misalnya apakah ditujukan untuk mempelajari tingkat suksesi, apakah untuk evaluasi hasil suatu pengendalian gulma. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan struktur dan komposisi vegetasi. Untuk areal yang luas dengan vegetasi semak rendah misalnya, digunakan metode garis (line intersept), untuk pengamatan sebuah contoh petak dengan vegetai “tumbuh menjalar” (cpeeping) digunakan metode titik (point intercept) dan untuk suatu survei daerah yang luas dan tidak tersedia cukup waktu, estimasi visual (visual estimation) mungkin dapat digunakan oleh peneliti yang sudah berpengalaman. Juga harus diperhatikan keadaan geologi, tanah, topografi, dan data vegetasi yang mungkin telah ada sebelumnya, serta fasilitas kerja/keadaan, seperti peta lokasi yang bisa dicapai, waktu yang tersedia, dan lain sebagainya; semuanya untuk memperoleh efisiensi
(Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984).

Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan
vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut.
Dalam komunitas vegetasi, tumbuhan yang mempunyai hubungan di antara mereka, mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta, tumbuh-tumbuhan ini lebih kurang menempati strata atau lapisan dari atas ke bawah secara horizontal, ini disebut stratifikasi. Individu yang menempati lapisan yang berlainan menunjukkan perbedaan-perbedaan bentuk pertumbuhan, setiap lapisan komunitas kadang-kadang meliputi klas-klas morfologi individu yang berbeda seperti, strata yang paling tinggi merupakan kanopi pohon-pohon atau liana. Untuk tujuan ini, tumbuh-tumbuhan mempunyai klas morfologi yang berbeda yang terbentuk dalam “sinusie” misalnya pohon dalam sinusie pohon, epifit dalam sinusie epifit dan sebagainya
Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode garis dan metode intersepsi titik (metode tanpa plot) (Syafei, 1990).

Menurut Sastroutomo (1990), gulma memiliki definisi tertentu yang didefinisi secara subjektif dan definisi ekologis.  Beberapa definisi subjektif adalah:
1.    Merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki manusia.
2.    Semua tumbuhan selain tanaman budidayanya.
3.    Tumbuhan yang masih belum diketahui manfaatnya.
4.    Tumbuhan yang mempunyai pengaruh negatif terhadap manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.
5.    Tumbuhan yang hidup di tempat yang tidak diinginkan.
Berdasar sifat morfologinya, gulma dibedakan menjadi gulma berdaun sempit (grasses), gulma teki-tekian (sedges), gulma berdaun lebar (broad leaves), dan gulma pakis-pakisan (ferns).Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dibedakan menjadigulma semusim (annual weeds), gulma semusim (biannual weeds), dan gulma tahunan (prennial weeds).Berdasarkan habitat tumbuhnya gulma dapat dibedakan menjadi gulma air (aquatic weeds) dan gulma daratan (terestrial weeds)
Berdasarkan pengaruh terhadap tanaman dibedakan menjadi gulma kelas A, B, C, D dan E (Emanuel. 2003).

Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984).

Tujuan analisis vegetasi gulma adalah untuk mengetahui komposisi spesies-spesies yang membentuk komunitas gulma yang tumbuh bersama, pada suatu waktu dan tingkat pertumbuhan tertentu. Metode analisis vegetasi gulma yang digunakan adalah metode estimasi visual (visual estimation), yakni metode analisis dengan pandangan mata dan pencacatan macam spesies gulma beserta skor kelebatan pertumbuhannya masing-masing atau metode kuadrat (Sukman, 1991). 



III. BAHAN DAN METODE


A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bambu ukuran 50 x 50 cm, tali, alat tulis, dan kamera.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah gulma golongan rumput, tumbuhan menjalar, herba, semak rendah, tumbuhan dalam hamparan yang luas, teki, dan daun lebar.


B. Cara Kerja


Cara kerja dalam praktikum ini antara lain :
1.     Mempersiapkan bambu dengan ukuran 50 x 50 cm
2.    Mengikat setiap sudut bambu dengan tali sehingga membentuk kuadran  persegi.
3.    Meletakkan kuadran pada tempat yang berbeda (hamparan gulma) sebanyak 3 ulangan.
4.    Melakukan pengamatan visual untuk menduga penutupan masing-masing spesies gulma.
5.    Memotong gulma yang ada didalam kuadran masing-masing ulangan diatas permukaan tanah.
6.    Melakukan identifikasi gulma yang berada di lapang dengan sumber yang ada di laboratorium.
7.    Melakukan penghitungan berdasarkan ketiga ulangan tersebut meliputi kerapatan mutlak (KM), kerapatan nisbi (KN), dominansi mutlak (DM),


dominansi nisbih (DN), frekuensi mutlak (FM), frekuensi nisbih (FN), Nilai Penting (NP) dan SDR.


C. Perhitungan

Jenis Gulma
Kerapatan
Dominansi
KM
KN
DM
DN
FM
FN
NP
SDR
Ulangan
Ulangan
1
2
3
1
2
3
Euphorbia hirta
2
10
2
0,02
10
0,04
1
0,07
0,13
0,04
Digitaria ciliaris
21
20
21
0,18
20
0,09
1
0,07
0,34
0,11
Mimosa pudica
5
2
15
5
7
0,06
20
0,09
2
0,13
0,28
0,09
Mikania micrantha
4
3
20
15
7
0,06
35
0,15
2
0,13
0,34
0,11
Eleusine indica
2
10
2
0,02
10
0,04
1
0,07
0,13
0,04
Paspalum conjugatum
21
30
21
0,18
30
0,13
1
0,07
0,38
0,13
Ageratum conyzoides
12
20
12
0,10
20
0,09
1
0,07
0,26
0,09
Lantana camara
4
3
10
15
7
0,06
25
0,11
2
0,13
0,30
0,10
LCC (kacang-kacangan)
3
15
3
0,03
15
0,06
1
0,07
0,16
0,05
Imperata cylindrica
2
5
2
0,02
5
0,02
1
0,07
0,11
0,04
Cyperus rotundus
15
15
15
0,13
15
0,06
1
0,07
0,26
0,09
Calopogonium sp.
17
26
17
0,15
26
0,11
1
0,07
0,33
0,11
Total
116
231
15
1,00

Keterangan :
KM = kerapatan U1 + Kerapatan U2 + Kerapatan U3
KN = KM / jumlah KM’
DM = Dominansi U1 + Dominansi U2 + Dominansi U3
DN = DM / jumlah DM
FM = banyaknya gulma pada semua ulangan
FN = FM / jumlah FM
NP = KN+DN+FN
SDR = NP / 3



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Jenis Gulma
Kerapatan
Dominansi
KM
KN
DM
DN
FM
FN
NP
SDR
Ulangan
Ulangan
1
2
3
1
2
3
Euphorbia hirta
2
10
2
0,02
10
0,04
1
0,07
0,13
0,04
Digitaria ciliaris
21
20
21
0,18
20
0,09
1
0,07
0,34
0,11
Mimosa pudica
5
2
15
5
7
0,06
20
0,09
2
0,13
0,28
0,09
Mikania micrantha
4
3
20
15
7
0,06
35
0,15
2
0,13
0,34
0,11
Eleusine indica
2
10
2
0,02
10
0,04
1
0,07
0,13
0,04
Paspalum conjugatum
21
30
21
0,18
30
0,13
1
0,07
0,38
0,13
Ageratum conyzoides
12
20
12
0,10
20
0,09
1
0,07
0,26
0,09
Lantana camara
4
3
10
15
7
0,06
25
0,11
2
0,13
0,30
0,10
LCC (kacang-kacangan)
3
15
3
0,03
15
0,06
1
0,07
0,16
0,05
Imperata cylindrica
2
5
2
0,02
5
0,02
1
0,07
0,11
0,04
Cyperus rotundus
15
15
15
0,13
15
0,06
1
0,07
0,26
0,09
Calopogonium sp.
17
26
17
0,15
26
0,11
1
0,07
0,33
0,11
Total
116
231
15
1,00






B. Pembahasan

Berdasarkan praktikum analisis vegetasi yang telah dilakukan dengan metode kuadran dengan tiga kali ulangan diperoleh jenis gulma yang berbeda-beda dari golongan berdaun lebar, golongan teki, dan golongan rumput. Pada ulangan pertama diperoleh gulma Euphorbia hirta, Digitaria ciliaris, Mimosa pudica, Mikania micrantha dan Eleusine indica. Pada ulangan kedua diperoleh gulma Mimosa pudica, Mikania micrantha, Ageratum conyzoides,Paspalum conjugatumdan lantana camara. Pada ulangan ketiga diperoleh gulma antara lain lantana camara, LCC atau kacang-kacangan,Imperata cylindrica,Cyperus rotundusdanCalopogonium sp.. Dalam analisis vegetasi dilakukan penghitungan setiap jenis gulma seperti Euphorbia hirtamemiliki nilai kerapatan mutak 2 dan dominansi mutlak 10 serta hasil SDR 0,04. Untuk Digitaria ciliarisdiperoleh nilai kerapatan mutlak 21 dan dominansi mutlak 20 serta SDR 0,11. Mimosa pudicadiperoleh kerapatan mutlak 7 dan dominansi mutlak 20 serta SDR 0,09. Mikania micrantha diperoleh nilai kerapatan mutlak 7 dan dominansi mutlak 35 serta SDR 0,11. Eleusine indica mempunyai nilai kerapatan mutlak 2 dan dominansi mutlak 10 serta SDR 0,04. Paspalum conjugatum diperoleh nilai kerapatn mutlak 21 dan dominansi mutlak 30 serta SDR 0,13. Ageratum conyzoides diperoleh nilai kerapatn mutlak 12 dan dominansi mutlak 20 serta SDR 0,09. Lantana Camara diperoleh nilai kerapatan mutlak 7 dan dominansi mutlak 25 serta SDR 0,1. LCC (kacang-kacangan) diperoleh nilai kerapatan mutlak 3 dan dominansi mutlak 15 serta SDR 0,05. Imperata cylindrica diperoleh nilai kerapatan mutlak 2 dan dominansi mutlak 5 serta SDR 0,04. Cyperus rotundusdiperoleh nilai kerapatan mutlak 15 dan dominansi mutlak 15 serta SDR 0,09. Calopogonium sp. diperoleh nilai kerapatan mutlak 17 dan dominansi mutlak 26 serta SDR 0,11.

Gulma yang paling mendominasi pada saat melakukan analisis vegetasi adalah Paspalum conjugatum yang memiliki nilai SDR 0,13. SDR menggambarkan kemampuan suatu jenis gulma tertentu untuk menguasai sarana tumbuh yang ada. Semakin besar nilai SDR maka gulma tersebut semakin dominan (Panduan Praktikum Gulma, 2014).

Manfaat analisis vegetasi antara lain :
1.    Mengetahui komposisi jenis gulma dan menetapkan jenis yang dominan.
Biasanya hal ini dilakukan untuk keperluan perencanaan, misalnya untuk memilih herbisida yang sesuai.
2.    Mengetahui tingkat kesamaan atau perbedaan antara dua vegetasi.
Hal ini penting misalnya untuk membandingkan apakah terjadi perubahan komposisi vegetasi gulma sebelum dan setelah dilakukan  pengendalian dengan cara tertentu (Prawoto, 2008).




V. KESIMPULAN


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1.    Gulma yang paling dominan dalam praktikum ini antara lain Paspalum conjugatum.
2.    Manfaat analisis vegetasi antara lain mengetahui komposisi jenis gulma dan menetapkan jenis yang dominan dan Mengetahui tingkat kesamaan atau perbedaan antara dua vegetasi.
3.    Semaikin besar nilai SDR (Summed Dominance Ratio) maka gulma tersebut semakin dominan.




DAFTAR PUSTAKA



Anonim1. 2010. Teknik Analisis Vegetasi Metode dengan Petak. http://www.            irwantoshut.net/analisis_vegetasi_Teknik_Analisis_Vegetasi.html.diakses    03 Oktober 2014.

Barus, Emanuel .2003. Pengendalian Gulma Perkebunan. Kanisius: Yogyakarta.

Kusmana, C, 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor: PT. Penerbit Institut                             Pertanian Bogor.

Marsono, D. 1977. Diskripsi Vegetasi dan Tipe-tipe Vegetasi Tropika. Bagian
Penerbitan Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta.

Prawoto, A. A., dkk. 2008. Panduan Lengkap Kakao : Manajenem Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta

Sebayang, H. T. 2005. Gulma dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi. Unit     Penerbitan  Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang

Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya     dengan Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati.   Cikampek, KPH  Purwakarta, Jawa Barat. Bagian Ekologi, Departemen             Botani, Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Sukman, Yernelis. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Rajawali Pers.          Jakarta.

Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB. Bandung.

Tjitrosoedirdjo, S. 1984. Pengelolaan Gulma diPerkebunan. Penerbit PT.   Gramedia, Jakarta.








LAMPIRAN



Perhitungan


1.    Euphorbia hirta
KM = 2
KN = 2/116 = 0,02 
DM = 10
DN = 10/116 = 0,04
FM = 1
FN = 1/15 = 0,07
NP = 0,02 + 0,04 +0,07 = 0,13
SDR = 0,13/3 = 0,04

2.    Digitaria ciliaris
KM = 21
KN = 21/116 = 0,18
DM = 20
DN = 20/116 = 0,09
FM = 1
FN = 1/15 = 0,07
NP = 0,18 + 0,09 +0,07 = 0,34
SDR = 0,34/3 = 0,11

3.    Mimosa pudica
KM = 7
KN = 7/116 = 0,06
DM = 20
DN = 20/116 = 0,09


FM = 2
FN = 2/15 = 0,13
NP = 0,06 + 0,09+0,13 = 0,28
SDR = 0,34/3 = 0,09

4.    Mikania micrantha
KM = 7
KN = 7/116 = 0,06
DM = 35
DN = 35/116 = 0,15
FM = 2
FN = 2/15 = 0,13
NP = 0,06 + 0,15 +0,13 = 0,34
SDR = 0,34/3 = 0,11

5.    Eleusine indica
KM = 21
KN = 2/116 = 0,02
DM = 10
DN = 10/116 = 0,04
FM = 1
FN = 1/15 = 0,07
NP = 0,02 + 0,04 +0,07 = 0,13
SDR = 0,13/3 = 0,04

6.    Paspalum conjugatum
KM = 2
KN = 21/116 = 0,18
DM = 10
DN = 30/116 = 0,13
FM = 1
FN = 1/15 = 0,07
NP = 0,18+ 0,13 +0,07 = 0,38
SDR = 0,38/3 = 0,13

7.    Ageratum conyzoides
KM = 12
KN = 12/116 = 0,10
DM = 20
DN = 20/116 = 0,09
FM = 1
FN = 1/15 = 0,07
NP = 0,10 + 0,09 +0,07 = 0,26
SDR = 0,26/3 = 0,09

8.    Lantana camara
KM = 7
KN = 7/116 = 0,06
DM = 25
DN = 25/116 = 0,11
FM = 2
FN = 2/15 = 0,13
NP = 0,06 + 0,11 +0,13 = 0,30
SDR = 0,30/3 = 0,10

9.    LCC (Kacng-Kacangan)
KM = 3
KN = 3/116 = 0,03
DM = 15
DN = 15/116 = 0,06
FM = 1
FN = 1/15 = 0,07
NP = 0,03 + 0,06 +0,07 = 0,16
SDR = 0,16/3 = 0,05
10.    Imperata cylindrica
KM = 2
KN = 2/116 = 0,02
DM = 5
DN = 5/116 = 0,02
FM = 1
FN = 1/15 = 0,07
NP = 0,02 + 0,02+0,07 = 0,11
SDR = 0,11/3 = 0,0,04

11.    Cyperus rotundus
  KM = 15
KN = 15/116 = 0,13
DM = 5
DN = 5/116 = 0,02
FM = 1
FN = 1/15 = 0,07
NP = 0,13 + 0,02 +0,07 = 0,26
SDR = 0,26/3 = 0,09

12.    Calopogonium sp.
KM = 17
KN = 17/116 = 0,15
DM = 26
DN = 26/116 = 0,11
FM = 1
FN = 1/15 = 0,07
NP = 0,15 + 0,11 +0,07 = 0,33
SDR = 0,33/3 = 0,11

Post a Comment

[blogger][disqus][facebook][spotim]

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

triono. Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget