Teknik Pemuliaan Tanaman






TEKNIK PEMULIAAN TANAMAN
(Laporan Akhir Praktikum Pemuliaan Tanaman)









Oleh:
Kelompok 4
                                    Tri Saloka Destriawan             (1214121217)
                                    Tri Wahyuni Damayanti          (1214121218)
                                    Triono                                      (1214121220)





LABORATORIUM LAPANGAN TERPADU
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014




I.  PENDAHULUAN



1.1    Latar Belakang

Manusia selalu mengharapkan hasil yang terbaik dari tanaman yang ditanamnya, baik melalui pemeliharaan yang baik maupun dengan pemilihan benih yang akan ditanam pada generasi berikutnya (benih unggul).  Tidak dapat kita pungkiri bersama bahwa manusia tidak dapat lepas dari produksi tanaman.  Secara langsung manusia menggunakannya sebagai bahan makanan pakaian, dan keindahan, sedangkan secara tidak langsung manusia memanfaatkannya melalui produksi ternak, bahan bakar, bahan baku industri, dan sebagainya.  Mengingat sangat pentingnya tanaman, maka tidak heran jika manusia selalu berusaha untuk memperoleh hasil seoptimal mungkin dari tanaman yang diusahakannya.  Cara - cara tersebut diantaranya adalah dengan menggunakan teknik bercocok tanam yang baik dan peningkatan kemampuan produksi tanaman.  Peningkatan kemampuan produksi tanaman dapat diartikan  sebagai suatu usaha untuk merubah sifat tanaman agar diperoleh tanaman yang lebih unggul dari pada jenis atau varietas yang sudah ada, usaha yang demikian biasa disebut sebagai pemuliaan tanaman.

Pada dasarnya, pemuliaan tanaman penting untuk mendapatkan varietas unggul baru atau mempertahankan keunggulan suatu varietas yang sudah ada.  Metode pemuliaan berkembang seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi pada hakikatnya dapat dilakukan dengan cara pemilihan dari keragaman populasi baik yang alami, hasil persilangan, penggandaan kromosom, dan mutasi, serta yang secara konvensional dengan cara rekayasa genetika. Dalam praktek, cara-cara tersebut saling terkait satu sama lain. Metode pemuliaan yang akan dilakukan pada praktikum ini adalah melalui persilangan. Pada dasarnya, persilangan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan rekombinasi gen.  Secara teknis, persilangan dilakukan dengan cara memindahklan tepung sari kekepala putik pada tanaman yang diinginkan sebagai tetua, baik pada tanaman yang menyerbuk sendiri (self polination crop) maupun pada tanaman yang menmyerbuk silang (cross polination crop).  Keberhasilan persilangan sangat ditentukan oleh pemulia tanaman mengenai tehnik persilangan itu sendiri maupun pada pengetahuan akan bunga, misalnya stuktur bunga, waktu berbunga, saat bunga mekar, kapan bunga betina siap menerima bunga jantan (tepung sari), tipe penyerbukan.  Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan praktikum pemuliaan tanaman ini agar persilangan yang dilakukan oleh mahasiswa dapat berhasil dan akan didapatkan benih dengan varietas unggul baru atau mempertahankan keunggulan suatu varietas yang sudah ada (Bari, 1974).


1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.    Mengetahui cara persilangan pada tanaman kacang panjang, jagung, kedelai dan rampai.
2.    Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kegagaln dan keberhasilan persilangan.















II.  TINJAUAN PUSTAKA



2.1  Taxonomi
a.  Kedelai
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Spermatophyta
Sub Divisi        : Angiospermae
Kelas                : Dicotyledonae
Ordo                : Fabales
Famili               : Fabaceae
Genus               : Glycine
Species            : Glycine max (Darsono,2009).

b.  Kacang Panjang
Kingdom         : Plantae
Divisi               :
Magnoliophyta
Kelas               :
Magnoliopsida
Ordo                :
Fabales
Famili              : Fabaceae
Genus              :
Vigna
Species            :Vigna sinensis (Haryanto, 2007).

c.  Rampai
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Spermatophyta
Kelas               : Dicotyledoneae
Ordo                : Solanales (Tubiflorae)
Famili              : Solanaceae
Genus              : Lycopersicon
Species            : Lycopersicon esculentum Mill atau Solanum lycopersicum L
(Wiryanta, 2002).

d.  Jagung
Kingdom   : Plantae
Divisi        : Spermatophyta
Sub divisi  : Angiospermae
Class­          : Monocotyledoneae
Ordo          : Graminales
Famili        : Gramineae
Genus        : Zea
Spesies      : Zea mays L. (Jugenheimer, 1958)

2.2  Budidaya
a.  Kedelai
·      Pemupukan
·         Dosis pupuk yang digunakan sangat tergantung pada jenis lahan dan kondisi tanah.  Pada tanah subur atau tanah bekas ditanami padi dengan dosis pupuk tinggi, pemupukan tidak diperlukan.  Pada tanah yang kurang subur, pemupukan dapat menaikkan hasil.  Dosis pupuk secara tepat adalah sebagai berikut:
·         Sawah kondisi tanah subur: pupuk Urea=50 kg/ha.
·         Sawah kondisi tanah subur sedang: pupuk Urea=50 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan KCl=100 kg/ha.
·         Sawah kondisi tanah subur rendah: pupuk Urea=100 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan KCl=100 kg/ha.
·         Lahan kering kondisi tanah kurang subur: pupuk kandang=2000 - 5000 kg/ha; Urea=50 - 100 kg/ha, TSP=50 - 75 kg/ha dan KCl=50-75 kg/ha.
·       Panen (untuk benih)
Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul.  Panen yang terlambat akan merugikan, karena banyak buah yang sudah tua dan kering, sehingga kulit polong retak-retak atau pecah dan biji lepas berhamburan. Disamping itu, buah akan gugur akibat tangkai buah mengering dan lepas dari cabangnya.  Perlu diperhatikan umur kedelai yang akan dipanen yaitu sekitar 75-110 hari, tergantung pada varietas dan ketinggian tempat (Darsono, 2009)

b.  Kacang Panjang
·      Pemupukan
Pada saat pembentukan bedengan atau guludan tambahkan 10-20 ton/ha pupuk kandang/pupuk  organik Super TW Plus, dengan dosis 4-5 ton/ha dicampur merata dengan tanah sambil dibalikkan.
·      Pupuk Dasar
Kacang panjang tipe merambat: Urea 150 kg + TSP 100 kg + 100 kg/ha.
Kacang panjang tipe tegak: Urea 22,5 kg + TSP 45 kg + KCl 45 kg/ha. 
Kacang hibrida: 85 kg Urea + 310-420 kg TSP + 210 kg KCl/ha.
Pupuk diberikan di dalam lubang pupuk yang terletak di kiri-kanan lubang tanam.  Jumlah pupuk yang diberikan untuk satu tanaman tergantung dari jarak tanam.
·      Pupuk Susulan
Pupuk susulan tanaman kacang panjang tipe merambat, diberikan 4 minggu setelah tanam, pupuk berupa urea 150 kg/ha.  Sedangkan pupuk susulan untuk kacang panjang tipe tegak diberikan 4 minggu setelah tanam, pupuk berupa urea 85 kg/ha.
·      Panen
Panen kacang panjang dibedakan dua macam, yaitu panen polong muda dan polong tua atau biji-bijinya.
·           Panen polong muda
Dilakukan pada jenis kacang panjang lanjaran (tipe merambat) dan kacang busitao (tipe tegak).  Ciri-ciri polong yang siap dipanen adalah ukuran polong telah maksimal, mudah dipatahkan dan biji-bijinya di dalam polong tidak menonjol Waktu panen yang paling baik pada pagi/sore hari.  Umur tanaman siap panen 3,5-4 bulan
·           Panen polong tua
Dilakukan pada jenis kacang panjang tipe tegak seperti kacang tunggak dan kacang uci dan busitao.  Ciri-ciri kacang tunggak yang siap panen adalah polong-polongnya telah cukup tua, biji-biji menonjol dan kulit luar berwarna hijau kekuningan. Umur panen 3-3,5 bulan dan waktu panen pada pagi/sore hari (
Rahayu, 2007).

c.  Rampai/tomat
·      Pemupukan
·      Sebelum tanam
Sebelum bibit tomat ditanam, lahan harus diberi pupuk dasar. Pemupukan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a. Kompos atau pupuk kandang yang telah matang dan SP36 ditabur secara merata ke seluruh bedengan.Selanjutnya, tanah dicangkul sampai homogen agar kompos atau pupuk kandang dan SP36 tercampur merata dengan tanah. 
b. Pada jarak yang telah ditentukan dibuat lubang sedalam + 15 cm dan bergaris tengah + 20 cm. Lubang-lubang tersebut kemudian diberi pupuk kandang atau kompos sebanyak 0,5 kg (satu genggam besar). Lubang ditimbun tanah, kemudian diaduk-aduk sehingga kompos atau pupuk kandang dan tanah tercampur rata.
·      Setelah tanam
Pemupukan bertujuan untuk menambah unsure hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Kebutuhan pupuk anorganik untuk tanaman tomat adalah 100-180 kg N per hektar, 50-150 kg P2O5 dan 50-100 kg K2O per hektar.  Dosis akan semakin tinggi apabila budidaya dilaksanakan pada musim hujan.  Untuk tanaman tomat dan tanaman lain dari famili Solanacearum, sebaiknya tidak menggunakan pupuk yangkandungan N-nya berasal dari Urea, tetapi lebih disarankan untuk menggunakan ZA, karena tanaman ini sudah bisamengikat N dari udara.
·      Panen
Pemanenan atau pemetikan buah tomat dapat dilakukan pada tanaman yang telah berumur 60-100 hari setelah tanaman dengan ditandai kulit buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kekuning-kuningan sampai kemerah-merahan. Panen buah tomat buah dapat dilakukan beberapa kali yakni sekitar 10-15 kali pemetikan buah dengan interval waktu 2-3 hari sekali sampai seluruh tomat habis dipetik. Hasil dari satu kali panen sekitar 20 ton/ha (Astarini, 2009).

d.  Jagung
·      Pemupukan
Pupuk diberikan dengan cara ditugal sedalam ± 10 cm, pada kedua sisi tanaman dengan jarak 7 cm.  Pada jarak tanam yang rapat pupuk diberikan dengan cara larikan yang dibuat di sebelah kiri kanan barisan tanaman. Pupuk N diberikan 2 kali, yaitu sepertiga bagian pada saat tanam bersamaan dengan seluruh pupuk P dan K, kemudian dua pertiganya diberikan saat tanaman berumur 1  bulan, di dalam lubang atau larikan sedalam 10 cm pada jarak 15 cm dari barisan tanaman.
·      Panen
Jagung siap dipanen apabila dilihat dari klobotnya berwarna coklat muda dan kering serta bijinya mengkilat, dan cara lainnya yang dapat dilakukan adalah menekan dengan kuku apabila tidak berbekas maka jagungnya sudah siap panen (kadar air 35 – 40 %) (Dahlan,1992).

2.3  Hama Penyakit Serta Penanggulangannya
a.  Kedelai
·      Hama
·      Aphis SPP (Aphis glycine)
Pengendalian: 
1.      menanam kedelai pada waktunya, mengolah tanah dengan baik, bersih, memenuhi syarat, tidak ditumbuhi tanaman inang seperti: terung-terungan, kapas-kapasan atau kacangkacangan.
2.      membuang bagian tanaman yang terserang hama dan membakarnya.
3.       menggunakan musuh alami (predator maupun parasit)
4.      penyemprotan insektisida dilakukan pada permukaan daun bagian atas dan bawah.
·      Melano Agromyza Phaseoli, kecil sekali (1,5 mm)
Pengendalian: waktu tanam pada saat tanah masih lembab dan subur (tidak pada bulan-bulan kering), penyemprotan Agrothion 50 EC, Azodrin 15 WSC, Sumithoin 50 EC, Surecide 25 EC.
·      Kumbang daun tembukur (Phaedonia inclusa)
Pengendalian: penyemprotan Agrothion 50 EC, Basudin 50 EC, Diazinon 60 EC, dan Agrothion 50 EC.
·       Cantalan (Epilachana soyae)
Pengendalian: sama dengan terhadap kumbang daun tembukur.
·      Ulat polong (Etiela zinchenella)
Pengendalian: kedelai ditanam tepat pada waktunya (setelah panen padi)
sebelum ulat berkembang biak, penyemprotan obat Dursban 20 EC sampai 15 hari sebelum panen.
·      Kepala polong (Riptortis lincearis)
Pengendalian: penyemprotan Surecide 25 EC, Azodrin 15 WSC.
·      Lalat kacang (Ophiomyia phaseoli)
Pengendalian: Saat benih ditanam, tanah diberi Furadan 36, kemudian setelah benih ditanam, tanah ditutup dengan jerami . Satu minggu setelah benih menjadi kecambah dilakukan penyemprotan dengan insektisida Azodrin 15 WSC, dengan dosis 2 cc/liter air, volume larutan 1000 liter/ha. Penyemprotan diulangi pada waktu kedelai berumur 1 bulan.
·      Kepik hijau (Nezara viridula)
Pengendalian: Azodrin 15 WCS, Dursban 20 EC,
Fomodol 50 EC.
·      Ulat grayak (Prodenia litura)
Pengendalian: dengan cara sanitasi, disemprotkan pada sore/malam hari
(saat ulat menyerang tanaman) beberapa insektisida yang efektif seperti Dursban 20 EC, Azodrin 15 WSC dan Basudin 50 EC (
Aksi Agraris, 1989).

·      Penyakit
·      Penyakit layu lakteri (Pseudomonas solanacearum)
Pengendalian: biji yang ditanam sebaiknya dari varietas yang tahan layu dan kebersihan sekitar tanaman dijaga, pergiliran tanaman dilakukan dengan tanaman yang bukan merupakan tanaman inang penyakit tersebut. Pemberantasan: belum ada.
·      Penyakit layu (Jamur tanah : Sclerotium rolfsii)
Pengendalian: varietas yang ditanam sebaiknya yang tahan terhadap penyakit layu, menyemprotkan Dithane M 45, dengan dosis 2 gram/liter air.
·      Penyakit lapu (Witches broom: Virus)
Pengendalian: menyemprotkan Tetracycline atau Tokuthion 500 EC.
·      Penyakit anthracnose (Cendawan Colletotrichum glycine Mori)
Pengendalian: perhatikan pola pergiliran tanam yang tepat, penyemprotan Antracol 70 WP, Dithane M 45, Copper Sandoz.
·      Penyaklit karat (Cendawan Phakospora phachyrizi)
Pengendalian: dengan cara menanam kedelai yang tahan terhadap penyakit, menyemprotkan Dithane M 45.
·      Penyakit bercak daun bakteri (Xanthomonas phaseoli)
Pengendalian: menyemprotkan Dithane M 45 (
Andrianto, 2004).

b.  Kacang Panjang
·      Hama
·      Kutu daun (Aphis cracivora Koch)
Pengendalian hama ini dengan rotasi tanaman dengan tanaman bukan famili kacang-kacangan dan penyemprotan insektisida Furadan 3G dan Carbofuran 80 kg/ha.
·      Belalang (Valanga nigricornis)
Pengendaliannya sangat sulit di lakukan, karena sangat aktif dan tidak suka berdiam lama pada satu areal pertanaman kemudian dengan pengololahan tanah agar telur-telur belalang rusak. (Adisarwanto, 2000).


·      Penyakit
·      Hawar Daun (Helmithosporium turcicum)
Penyebab penyakit hawar daun disebabkan oleh Helminthosporium turcicum.
Pengendalian:
·      Menanam varietas tahan hawar daun, seperti : Bisma, Pioner-2, pioner-14, Semar-2 dan semar-5. 
·      Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) pada tanaman terinfeksi bercak daun.
·      Penyemprotan fungisida menggunakan bahan aktif mankozeb atau dithiocarbamate. Dosis/konentrasi sesuai petunjuk di kemasan.
·      Busuk Pelepah (Rhizoctonia solani)
Pengendalian:
·      Menggunakan varietas/galur tahan sampai agak tahan terhadap penyakit hawar pelepah seperti : Semar-2, Rama, Galur GM 27
·      Diusahakan agar penanaman jagung tidak terlalu rapat sehingga kelembaban tidak terlalu tinggi.
·       Lahan memiliki drainase baik.
·      Pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di lahan yang sama. 
·      Penyemprotan fungisida menggunakan bahan aktif mancozeb atau karbendazim. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.
·      Penyakit Bulai (Peronosclerospora maydis)
Pengendalian:
·         Menanam varietas tahan penyakit bulai seperti varietas Bima 1, Bima 3, Bima 9, Bima 14, Bima 15, Lagaligo, atau Gumarang. 
·         Melakukan periode waktu bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan.
·         Penanaman jagung secara serempak.
·         Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) pada tanaman terserang penyakit bulai.
·         Penggunaan fungisida metalaksil saat perlakuan benih dengan dosis 2 gram (0,7 g bahan aktif) per kg benih.

c.  Rampai/tomat
·      Hama
·      Ulat tanah (Agrostis ipsolon Hubner)
Pengendalian dengan memberikan insektisida Furadan dan dapat disemprot dengan Hosthation 40 EC dan Dursban 20 ES.
·      Ulat buah (Heliothis armigera Hubner)
Pengendalian dapat pula dengan rotasi tanaman serta dengan cara mekanis yaitu mengumpulkan ulat kemudian membakarnya.
·      Nematoda bisul akar (Meloydigyne javanica)
Pengendalian dengan bahan kita nematisida seperti furagan dan carater, menanam varietas tomat yang tahan hamanematode atau dengan mencabut tanaman yang terserang nematode kemudian membakar (Rukmana, 1994).

·      Penyakit
·      Penyakit layu fusarium
Pengendalian dengan cara penggunaan mulsa plastik transparan di mana bertujuan untuk menaikkan suhu tanah agar penyakit itu mati dengan kelancaran sirkulasi air pada sekitar media tanaman.
·      Penyakit busuk daun
Pengendaliannya dengan fungisida sistemik. Acylalamine, Propamocarb, dan Oxadity dan fungisida kontak ialah Cloretakni.
·      Penyakit layu bakteri
Pengendaliannya dengan menggunakan varietas unggu, memperbaiki system drainase dan irigasi dan rotasi tanaman tomat dengan tanaman yang berbeda family (Trisnawati, 2001).

d.  Jagung
·      Hama
Secara umum Hama yang menyerang tanaman jagung adalah :
·      Ulat Grayak (Spodoptera Sp.)
·      Ulat Tongkol (Heliothis armigera)
·      Ulat Pengerat (Dactylispa ba
Pengendalian hama dapat dilakukan dengan cara :
·           Pembersihan lingkungan
·           Pengamatan secara teratur
·           Pemberantasan hama secara teratur dan aman, bagi tanaman jagung.  Penyemprotan hama dilakukan setiap seminggu sekali, karena perkembangbiakan pada hama yang menyerang tanaman jagung, waktu pertumbuhan hama ialah 10 hari. Jadi, penyemprotan.hama tersebut dilakukan sebelum hama-hama tersebut menetas

·      Penyakit
Sedangkan penyakit yang menyerang pada tanaman jagung yaitu penyakit Bulai (Jamur Solerospora Maydis). Gejala penyakit ini ialah menyerang pada tanaman yang muda (14 – 21 Hst). Ciri-cirinya : Daunnya menguning, menjadi kaku, runcing dan permukaan bawah daun terdapat lapisan tepung berwarna putih (Spora Jamur). Cara pengendaliannya yaitu dengan cara mencabut batang jagung yang terserang penyakit Bulai (Dahlan, 1992).


2.4 Biologi Bunga
a. Jagung
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah dalam satu tanaman. Tiap kuntum memiliki struktur bunga yang khas. Bunga jantan tumbuh di bagian pucuk tanaman, sedangkan bunga betina ada di ketiak daun yang memiliki rambut. Bunga betina tersusun dalam tongkol yang tumbuh diantara batang dan pelepah daun. Biasanya terbungkus oleh kelopak yang jumlahnya 6-14 kelopak. Bunga jantan tidak memiliki mahkota dan kelopak.  Pada bunga jantan, masa anthesisnya biasanya pada hari ke-65 setelah tanam, sedangkan bunga betina masa reseptifnya sekitar hari ke-71 setelah tanam. Masa anthesis ditandai dengan adanya bulir berwarna merah keunguan pada tangkai malai dan terdapat serbuk sari yang berwarna kuning. Masa reseptif tongkol ditandai dengan adanya bulu-bulu rambut berwarna kuning bening kehijauan.  Emaskulasi dilakukan satu minggu sebelum bunga betina keluar. Persilangan dilakukan dengan menutup tongkol dengan kertas atau semacamnya agar tidak terjadi penyerbukan. Malai jagung ditutup dengan kantung untuk mengumpulkan serbuk sarinya. Esok harinya serbuk sari ditaburkan ke tongkol. Hasil dari persilangan buatan dapat dilihat kira-kira 1 minggu setelah dilakukan penyerbukan (Purwaningsih, 2007).

b. Kedelai
Bunga kedelai termasuk bunga sempurna dengan warna bunga ungu dan putih. Memiliki 5 buah mahkota. Bunga jantan memiliki 9 benang sari. Bunga kedelai biasanya berukuran panjang sekitar 6-7 mm dan secara keseluruhan ukurannya kecil.  Umumnya kedelai mulai berbunga pada umur 30-50 hari setelah tanam. Penyerbukan dilakukan dengan memilih terlebih dahulu kuncup yang muncul 5 hari pertama. Kemudian membuang benang sari, untuk sumber benang sari dipilih dari bunga mekar yang segar. Bila ada serbuk kuning saat ditempelkan pada kuku itu menunjukkan bahwa serbuk sari masih ada dan masih baik. Kemudian ditempelkan bunga jantan tadi pada kepala putik. Hasil persilangan dapat diketahui kira-kira 1 minggu setelah penyilangan. Apabila bunga terlihat masih segar itu menunjukkan bahwa persilangan yang dilakukan berhasil (Haryanto, 2007).
c.    Rampai/Tomat
Rampai memiliki bunga yang kecil dan berwarna kuning. Kelopak bunga berjumlah 5 buah. Mahkota bunga berjumlah 5 buah dan di atasnya terdapat 5 buah benang sari. Anthesis pada rampai terjadi pada pagi hari dimana rampai siap untuk menerima serbuk sari. Penyerbukan dilakukan dengan memilih sumber betina yang masih kuncup dengan kelopak yang sudah kuning dan terbuka walaupun hanya sedikit. Sumber jantan dipilih dari bunga yang mekar sempurna dari tanaman yang berbeda dengan sumber betina. Serbuk sari langsung ditempelkan oada kepala putik. Dan kemudian bunga ditutup menggunakan kantung. Hasil persilangan biasanya terlihat 1 minggu setelah penyilangan dengan cirri bunga terlihat masih segar (Paliwal,2000).

d. Kacang Panjang
Morfologi dari bunga kacang panjang memiliki bentuk seperti kupu-kupu. Ibu tangkai bunga keluar dari ketiak daun. Setiap ibu tangkai bunga mempunyai 3-5 bunga.  Bunga kacang panjang tidak mekar secara serentak, yaitu mekar pada pagi hari antara pukul 06.00-09.00. Jika mekar bunga kacang panjang sering didatangi oleh kumbang dan kupu-kupu. Penyerbukan dilakukan melalui udara dan serangga. Bunga mekar dan menutup selama lima hari. Waktu anthesis bunga antara pukul 06.00 hingga 07.00, sedangkan waktu reseptif antara pukul 21.00 hingga 22.00 (Pitojo,2010).

2.5 Tata Letak
a.Tata Letak Kelas E
3.5 m

Kel 4
30 cm
3.5 m

Kel 3
30 cm
3.5 m

Kel 2
30 cm
3.5 m

Kel 1






1 m


Kel 8



Kel 7



Kel 6





Kel 5

25 cm
75cm
75 cm
75 cm
75 cm
25 cm
 b. Arah Baris
Jagung A
Rampai A&B

Kedelai A&B

Kc Pj A&B

Jagung B






III. METODE


3.1 Waktu dan Tempat
Waktu dilakukannya praktikum ini adalah pada setiap hari selasa pukul 10.00-12.00 WIB dimulai pada tanggal 04 Maret 2014 hingga akhir praktikum pada tanggal 10 Juni 2014.
Tempat dilakukannya praktikum ini adalah di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung.

3.2  Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih jagung kuning, benih jagung putih, benih kedelai tanggamus, benih kedelai B3570, benih kacang panjang testa hitam, benih kacang panjang coklat bintik putih, benih rampai bulat, benih rampai lonjong.

3.3  Cara Persilangan
3.3.1  Kedelai
Adapun cara persilangan tanaman kedelai adalah sebagai berikut:
1.        Dipilih kuncup yang muncul 5 hari pertama
2.        Dipilih kuncup yang masih tertutup tetapi sudah terlihat sedikit mahkota bunganya.
3.        Dipegang kuncup pada bagian pangkal dengan jari telunjuk dan ibu jari.
4.        Dibuang kelopak dengan cara menarik kearah samping dengan pinset runcing.
5.        Dibuang mahkota, biasanya benang sari ikut terbuang, tapi jika tidak bersihkan benang sari dengan pinset.
6.        Akan nampak kepala putik berwarna putih 1-1,5 mm, jangan sampai luka.
7.        Dipilih bunga mekar segar untuk tepung sari, dibuang kelopak dan mahkotanya.
8.        Sebelum diserbukkan sentuhkan bunga jantan tersebut pada kuku, bila masih ada serbuk kuning menunjukkan serbuk sari masih ada dan masih baik.
9.        Ditempelkan bunga jantan tadi pada kepa putik yang sudah diemaskulasi tadi.
10.    Diberi tanda dengan benang warna. Dibuang bunga yang lain.
11.    Diberi labelyang terbuat dari kertas keras tahan air, atau plastik. Pada label  antara lain tertulis informasi tentang nomor yang berhubungan dengan lapangan, waktu emaskulasi, waktu penyerbukan, nama tetua jantan dan betina, kode pemulia/penyilang (Sa’diyah, 2014).
persilangan.jpg

3.3.2  Kacang panjang
Dilakukan emaskulasi pada sore hari sebelum dilakukannya persilangan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.    Dipilih kuncup bunga yang belum mekar dan diperkirakan akan mekar besok pagi harinya.
2.    Dibuang mahkota bunga dengan pinset yang runcing hingga tampak kepala putiknya.
3.    Dibuang semua tangkai sari dengan menggunakan pinset.
4.    Diperiksa dengan kaca pembesar untuk melihat bahwa semua tangkai sari telah terbuang dan kepala putik tidak rusak.
5.    Diisolasi atau ditutup bunga yang telah diemaskulasi dengan kantung kertas minyak yang telah berlabel.
6.    Dibuang bunga yang tidak diemaskulasi pada cabang yang bersangkutan
Dilakukan penyerbukan keesokan paginya dengan langkah sebagai berikut:
1.     Dikumpulkan kepala sari (anther) yang telah masak dari tetua jantan pada cawan petridish dan dipisahkan dengan pinset hingga diperoleh tepung sari.
2.    Dilakukan penyerbukan dengan kuas kecil dengan cara dicelupkan kuas pada cawan, kemudian dioleskan pada kepala putik bunga yang telah diemaskulasi.
3.    Diisolasi atau ditutup bunga yang telah diserbuki dengan kantung kertas minyak.
4.    Diberi label pada bunga yang telah mengalami penyerbukan. Laber terutama mengenai tanggal penyerbukan dan asal tetua betina dan jantan (Sa’diyah,  2014).

3.3.3  Rampai/ tomat
Adapun cara persilangan tanaman rampai adalah sebagai berikut:
1.    Sebagai sumber betina dipilih kuncup bunga yang masih kuncup tetapi kelopak sudah terlihat kuning dan sedikit terbuka.
2.    Dibuang kelopak dan mahkota, hati-hati jangan sampai kepala putik terluka.
3.    Sebagai sumber jantan dipilih bunga yang mekar sempurna ( beda varietas dengan betina). Dikumpulkan tepung sarinya kemudian diletakkan tepung sari tersebut pada kepala putik dengan menggunakan jarum atau ditempelkan langsung.
4.    Ditutup dengan kantong kertas dan diberi label yang tertulis informasi tentang nomor yang berhubungan dengan lapangan, waktu emaskulasi, waktu penyerbukan, nama tetua jantan dan betina, kode pemulia/penyilang (Sa’diyah, 2014).

3. 3.4 Jagung
Adapun cara persilangan tanaman jagung adalah sebagai berikut:
1.    Dipilih tanaman yang akan diserbuki.
2.    Diperkirakan silk (rambut) akan muncul satu atau dua hari lagi.
3.    Ditutup tongkol dengan menggunakan kertas berlilin/glassine bag/ kertas minyak pada sore hari, digunakan kantung lilin yang berukuran 7,5cm x 16 cm.
4.    Keesokan harinya pada pagi hari, ditaburkan tepung sari yang sudah terkumpul ke tongkol.
5.    Ditutup tongkol dengan menggunakan jantan tadi.
6.    Diberi label yang tertulis informasi tentang nomor yang berhubungan dengan lapangan, waktu emaskulasi, waktu penyerbukan, nama tetua jantan dan betina, kode pemulia/penyilang.
Picture4.jpgPicture6.jpg

3.4  Panen
3.4.1   Kedelai
Ciri-ciri tanaman kedelai siap panen adalah daun telah menguning dan mudah rontok dan polong biji mengering dan berwarna kecoklatan.
Kedelai dipanen dengan dua cara yaitu:
1.        Dengan cara mencabut, perlu diperhatikan keadaan tanahnya yaitu ringan dan berpasir dengan memegang batang pokok, tangan dalam posisi tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan harus hati-hati karena kedelai yang tua mudah rontok. Pada dasarnya panen dengan cara mencabut tidak dianjurkan, karena butil akar yang mengandung rezobium ikut terbuang.
2.        Dengan cara memotong, yaitu menggunakan sabit yang tajam agar pekerjaan bisa dilakukan dengan cepat dan jumlah buah yang rontok akibat goncangan bisa ditekan. Cara ini juga bisa meningkatkan kesuburan tanah karena akar dengan bintil-bintil menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut (Pustaka Pertanian, 2013).
3.4.2  Kacang panjang
1.        Ciri-ciri polong siap dipanen adalah ukuran polong telah maksimal, mudah dipatahkan dan biji-bijinya di dalam polong tidak menonjol
2.        Waktu panen yang paling baik pada pagi/sore hari. Umur tanaman siap panen 3,5-4 bulan.
3.         Cara panen pada tanaman kacang panjang tipe merambat dengan memotong tangkai buah dengan pisau tajam (Kecamatanklego, 2010).

3.4.3  Tomat/ rampai
1.      Panen dilakukan pada umur 90-100 hari setelah tanam dengan ciri; kulit buah berubah dari warna hijau menjadi kekuning-kuningan, bagian tepi daun tua mengering, batang menguning, pada pagi atau sore hari disaat cuaca cerah.
2.      Buah dipuntir hingga tangkai buah terputus. Pemuntiran buah dilakukan satu-persatu dan dipilih buah yang siap petik.
3.      Masukkan keranjang dan letakkan di tempat yang teduh 
4.      Interval pemetikan 2-3 hari sekali. 
5.      Supaya tahan lama, tidak cepat busuk dan tidak mudah memar, buah tomat yang akan dikonsumsi segar dipanen setengah matang 
6.      Wadah yang baik untuk pengangkutan adalah peti-peti kayu dengan papan bercelah dan jangan dibanting 
7.      Waspadai penyakit busuk buah Antraknose, kumpulkan dan musnahkan.
8.      Buah tomat yang telah dipetik, dibersihkan, disortasi dan di packing lalu diangkut siap untuk konsumsi ( Teknisbudidaya, 2007)

3.4.4  Jagung
1.    Ciri jagung yang siap dipanen adalah:
ü Umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam.
ü Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga.
ü Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas.     
2.  Sebelum dipanen,kelobot buah jagung dikupas dan dipangkas bagian atasnya sehingga yang tersisa dipohon adalah buah jagung yang masih berkelobot,tetapi telah terkupas.Tujuan perlakuan ini mempercepat proses pengeringan jagung.
3.  Setelah beberapa hari dipohon dan dibijinya telah mengering,barulah dilakukan pemetikan.Waktu yang tepat untuk melakukan pemetikan adalah siang hari ketika cuaca terik agar kadar air biji tidak bertambah.Kadar air yang tinggi menyebabkan buah jagung rentan terkena hama dan penyakit saat pasca panen.
4.  Pemetikan buah jagung bisa dilakukan dengan memetik buah saja (tongkolan)atau sekaligus dengan kelobotnya.
5.  Jagung yang dipanen buahnya saja lebih mudah diangkut menggunakan keranjang atau karung.Semetara itu,jagung yang dipanen dengan kelobotnya memudahkan dalam pengangkutan menggunakan pikulan (Kayadenganbertani,2007).





















DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, R. 2005. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah Kering Pasang Surut. Penerbit Swadaya.

Aksi Agraris Kanisus. 1989. Kedelai. Kanisus . Yogyakarta .

Andrianto, I. 2004. Teknologi Budidaya Intensif Tanaman Kedelai di Lahan Sawah. Jurnal Proyek Penelitian dan Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu 17(1): 1−8

Astarini, I.D. 2009. Pemuliaan Tanaman Sayuran. Kanisius. Yogyakarta.

Bari, A, S. Musa, dan E. Syamsudin, 1974. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Bag. Pemuliaan Tanaman. Dept. Agron. Fak. Pertanian, IPB, Bogor.
Dahlan M, Pembentukan benih jagung Hibrida, Risalah lokakarya produksi benih hibrida, hal 1-13 (Malang: Balai penelitian tanaman pangan, 1992)
Lamadji, M.J., L. Hakim, dan Rustidja. 1999. Akselerasi pertanian tangguh melalui pemuliaan nonkonvensional. Prosiding Simposium V Pemuliaan Tanaman. PERIPI Komda Jawa Timur. p. 28-32.

Darsono. 2009. Analisis Dampak Pengenaan Tarif Impor Kedelai bagi Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 5(1): 1-21.

Haryanto, Eko, 2007. Teknik Cara Bertanam Kacang Panjang. Semarang: Intan Persada.

Jugenheimer, R. W. 1958. Hybrid Maize Breedeng and Seed Production. FAO, Rome.

Kayadenganbertani. 2013. Panen dan Pasca Panen Budidaya Jagung.  http://www.kayadenganbertani.blogspot.com/2013/04/panen-dan-pasca-panen-budidaya-jagung.html. Diakses pada tanggal 5 April 2014 pukul 19.15 WIB.

Kecamatanklego. 2010. Cara Bertani Kacang Panjang. http://www.kecamatanklego.blogdetik.com/category/cara-bertani-kacang-panjang. html. Diakses pada tanggal 5 April 2014 pukul 19.10  WIB.
Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 5(1): 1-21.
Paliwal. R.L. 2000. Tropical maize morphology. In: tropical maize: improvement and production. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome. p 13-20.
Purwaningsih, Sri. 2007. Isolasi, Enumerasi, dan Karakterisasi Bakteri Rhizobium dari Tanah Kebun Biologi Wamena, Papua. Biodiversitas 6(2): 82-84.
Pustaka Pertanian, 2013. Pasca Panen Kedelai. http://www.pustaka-pertanian.blogspot.com/2013/08/pasca-panen-kedelai.html. Diakses pada tanggal 5 April 2014 pukul 19.00 WIB.

Rahayu, Estu, 2007. Budidaya Kacang Panjang. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rukmana, R. 1994. Tomat dan Cherry. Kanisius, Yogyakarta. 74 hal.

Sa’diyah, N.  2014. Penuntun Praktikum Pemuliaan Tanaman. Universitas Lampung. Lampung.

Teknisbudidaya. 2007. Budidaya Tomat. http://www.teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-tomat.html. Diakses pada tanggal 5 April 2014  pukul 19.30 WIB.

Trisnawati, Y. dan A.I. Setiawan. 2001. Tomat, Pembudidayaan Secara Komersil. Penebar Swadaya, Jakarta.127 hal.


Wiryanta, B. T. W. 2002. Bertanam Tomat. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Post a Comment

[blogger][disqus][facebook][spotim]

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

triono. Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget