PENGARUH APLIKASI
PUPUK SP36 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN BOBOT BRANGKASAN TANAMAN JAGUNG
( LaporanAkhir Praktikum Kesuburan Tanah)
Oleh
Kelompok 6
Tri Wahyuni
Damayanti (1214121218)
Triono (1214121220)
Umi Sholikhatin (1214121222)
Yossie Linawati (1214121235)
LABORATORIUM
LAPANGAN TERPADU
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil ’alamin,
segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan sekalian
alam yang maha kuasa atas bumi, langit dan seluruh isinya, serta hakim yang
maha adil di hari akhir nanti, sebab hanya dengan kehendaknya maka penulis
dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum kesuburan tanah.. Shalawat dan
salam tak lupa semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
pembawa Rahmatan Lil’Aalaamiin.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1.
Dosen penanggung jawab Bpk. Mamat
Anwar Pulung dan Ibu. Afni Afriyanti yang telah memberikan
pengarahan kepada penulis.
2.
Asdos Kesuburan Tanah Yunda
Shinta Fitri Hanny Sengaji P. dan Yunda Wita Monica yang telah membantu penulis
dalam mengarahkan jalannya praktikum.
3.
Ketua LS-MATA Kanda Bayu Ega
Firmansyah yang telah memberikan kritik, saran, dan tempat untuk membuat
laporan penulis.
4.
Ibu dan Bapak yang telah memberi
doa restu sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan.
5.
Teman-teman AGT kelas E yang
telah memberikan semangat dan berbagi hasil laporan kelompok masing-masing.
Bandar
Lampung, 8 Mei 2014
Penulis
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesuburan Tanah adalah kemampuan
suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan, pada lingkungan
tempat tanah itu berada. Penambahan unsuh hara pada tanah mempunyai fungsinya
masing-masing, untuk memperbaiki kekurangan unsur hara didalam tanah (Rosmarkam
dkk, 2002).
Fosfor (P) merupakan unsur hara
yang diperlukan dalam jumlah besar dan termasuk dalam unsur hara makro.
Jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan Nitrogen dan Kalium.
Tetapi fosfor dianggap sebagai kunci kehidupan karena terlibat langsung hampir
pada seluruh proses kehidupan, ditemui pada biji dan titik tumbuh. Unsur Fosfor
di tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan mineral-mineral di dalam
tanah atau apatit. Unsur fosfor masih dapat diserap dalam bentuk lain, yaitu
bentuk pirofosfat dan metafosfat, bahkan kemungkinan unsur P diserap dalam
bentuk senyawa oraganik yang larut dalam air, misalnya asam nukleat dan phitin
(Elfiyati, 2005).
Permasalahan yang penting yang
harus diketahui dari fosfor adalah
sebagian fosfor di dalam tanah umumnya tidak tersedia untuk tanaman,
meskipun jumlah totalnya lebih besar dari pada nitrogen. Dalam hal ini ketersediaan
fosfor di dalam tanah sangat tergantung kepada sifat dan ciri tanah itu
sendiri, serta bagaimana pengelolaan tanah itu oleh manusia. Oleh karena itu
pada praktikum ini kita akan melihat pengaruh dari pemberian pupuk SP36 yang
mengandung unsur P dalam tanah pada tanaman jagung (Bustan, 1992).
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1. Mahasiswa dapat
mengetahui pengaruh dari penambahan pupuk SP36 dalam tanah pada tanaman jagung.
2. Mahasiswa dapat
mengetahui fungsi dari penambahan fosfor dalam tanah untuk tanaman jagung.
II.
METODOLOGI
PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul, meteran,
kayu untuk membuat tugalan dan larikan, koret, arit, gembor, sprayer, oven,
kantung kertas dan timbangan.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah benih jagung manis, furadan, pupuk
SP36 240 gram, air, tali plastikdan insektisida.
2.2 Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:
2.2.1
Cara Pengolahan Lahan
· Mengolah kembali
lahan yang telah diolah sebelumnya dengan cara membalik tanah menggunakan
cangkul agar tanah menjadi gembur dan siap ditanami.
· Mengukur luas lahan
setiap kelompok mendapatkan lahan dengan luas 3m x 4m.
2.2.2
Cara Penanaman Benih
· Menentukan jarak
tanam, dengan jarak tanam antar tanaman satu dengan yang lainnya 30cm x 75 cm.
· Membuat lubang
sebanyak 50 lubang dengan cara ditugal menggunakan kayu.
· Memasukkan benih
kedalam lubang tanam 1 lubang 1 benih, kemudian
menutupnya dengan tanah yang ada disekitar lubang.
2.2.3
Cara Pemberian Perlakuan Pupuk
· Membuat larikan
disamping lubang tanam tadi menggunakan kayu.
· Menaburkan pupuk
pada larikan yang sudah dibuat kemudian ditutup dengan tanah.
2.2.4
Cara Penyulaman
· Melubangi kembali tanah
yang tadinya telah ditanam benih tetapi tidak tumbuh dengan menggunakan kayu.
· Memasukkan furadan
kedalam lubang agar benih tidak dimakan oleh semut dan sebagainya.
· Memasukkan benih
yang sebelum nya telah direndam dengan air selama 24 jam 1 lubang 2 benih,
kemudian menutup lubang tanam tersebut.
2.2.5
Cara Penetuan sampel dan
Pengukuran Tinggi Tanaman
·
Mentukan 5 tanaman yang akan
dijadikan sebagai sampel secara acak.
·
Memberi label atau tanda pada
kelima sampel tersebut agar tidak tertukar dengan tanaman lain.
·
Mengukur tinggi tanaman
masing-masing sampel menggunakan meteran.
2.2.6
Pemeliharaan
·
Membersihkan gulma yang tumbuh
disekitar tanaman dengan menggunakan koret.
·
Membumbun tanaman agar tanah
tidak mudah roboh apabila ada angin dan hujan, serta agar drainase nya juga
baik.
·
Menyiram tanaman secara rutin.
·
Mengamati hama dan penyakit yang
menyerang tanaman jagung.
·
Menyemprot tanaman menggunakan
insektisida untuk mengendalikan hamayang menyerang tanaman jagung.
·
Mencabut tanaman yang terserang penyakit atau virus agar tidak menular ketanaman
jagung lainnya.
2.2.7
Cara Menimbang Brangkasan
·
Mencabut 5 tanaman sampel yang
akan ditimbang brangkasannya.
·
Memotong 5 tanaman jagung tersebut
dengan besar kira-kira bisa dimasukkan kedalam oven.
·
Menimbang tanaman jagung yang
telah dipotong-potong.
·
Memasukkan nya kedalam oven
selama kira-kira2x24 jam.
·
Menimbang tanaman jangung yang
telah dioven.
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
Pengamatan
Table 1. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Kelompok 1 (Blanko)
Sampel ke-
|
Minggu 1
|
Minggu 2
|
Minggu 3
|
Minggu 4
|
Minggu 5
|
1
|
14
|
19,5
|
36
|
65
|
89
|
2
|
20
|
31
|
56
|
87
|
106
|
3
|
21
|
36,5
|
61
|
89
|
124
|
4
|
15
|
24
|
31,6
|
63
|
82
|
5
|
5
|
20
|
45,2
|
60
|
64
|
Rata-rata
|
15
|
26.2
|
45.56
|
72.8
|
93
|
Tabel 2. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Kelompok 6 (Fosfor
(P))
Sampel ke-
|
Minggu 1
|
Minggu 2
|
Minggu 3
|
Minggu 4
|
Minggu 5
|
1
|
13,5
|
11
|
28
|
25
|
22,5
|
2
|
28,8
|
53
|
89
|
131
|
160
|
3
|
5,5
|
21,8
|
52
|
83,5
|
117,8
|
4
|
19
|
57,4
|
94,5
|
139
|
170
|
5
|
10
|
29,8
|
74
|
107
|
140
|
Rata-rata
|
15,36
|
34,6
|
67,5
|
97,1
|
122,6
|
Grafik 1. Perbandingan Tinggi Tanaman Kelompok 1 dan
6
Tabel 3. Data Perbandingan Bobot Basah Kelompok 1
(Blanko) dan
Kelompok 6 (Fosfor (P))
Sampel ke-
|
Bobot Basah
|
|
kelmopok 1
|
kelompok 6
|
|
1
|
34.3
|
3.3
|
2
|
93.4
|
468.6
|
3
|
171.4
|
151.5
|
4
|
30.4
|
484.5
|
5
|
22.8
|
282
|
Tabel 4. Data Perbandingan Bobot Kering Brangkasan
Kelompok 1 (Blanko) dan
Kelompok 6 (Fosfor (P))
Sampel ke-
|
Bobot Kering
|
|
kelompok 1
|
kelompok 6
|
|
1
|
4.3
|
0.8
|
2
|
14.4
|
147.9
|
3
|
20.3
|
41.7
|
4
|
3.6
|
61.6
|
5
|
2.9
|
92.9
|
Grafik 2. Perbandingan Bobot Basah Kelompok 1 dan 6
Grafik 3. Perbandingan Berat Kering Kelompok 1 dan 6
3.2
Pembahasan
Berdasarkan dari hasil pengamatan tinggi tanaman
jagung pada pada kelompok 1 (blanko) dan kelompok 6 (fosfor) didapatkan hasil
sebagai berikut, kelompok 1 (blanko) pengamatan pada minggu pertama
rata-ratanya adalah 15 cm. Kemudian pada kelompok 6 (P) pengamatan tinggi
tanaman pada minggu pertama adalah 15,36 cm. Selanjutnya pada minggu kedua data
pengamatan tinggi tanaman kelompok 1 didapatkan sebesar 26,2cm dan kelompok 6
sebesar 34,6 cm. Kemudian data pengamatan tinggi tanaman pada minggu ketiga
pada kelompok 1 adalah 45,56 cm dan kelompok 6 sebesar 67,5 cm, lalu pada
minggu keempat didapatkan data pengamatan tinggi tanaman pada kelmpok 1 sebesar
72,8 cm dan kelompok 6 adalah 97,1 . Dan pada minggu terakhir pengamatan yaitu
pada minggu kelima didapatkan data tinggi tanaman kelompok 1 adalah 93 cm dan
kelompok 6 adalah 122,6 cm. Kemudian setelah dilakukan penimbangan bobot basah
kelompok 1 didapatkan nilai rata-ratanya 70,46 g sedangkan kelompok 6 277,9 g.
Dan bobot berat kering brangkasan kelompok 1 adalah 9,1 g dan kelompok 6 adalah
68,98 g.
Berdasarkan hasil yang didapatkan penggunaan P
efektif dalam meningkatkan bobot kering brangkasan karena unsur hara P penting
dalam cadangan dan transfer energi ( ADP+ATP) serta berfungsi untuk
pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman. Jadi hal tersebut yang
menyebabkan bobot kering brangkasan kelompok 6 jauh lebih besar dibandingkan
dengan kelompok 1.
Pada sampel 1 pertumbuhan tinggi tanaman terhambat
yang disebabkan oleh Maize Dwarf Mosaic
Virus atau yang dikenal dengan penyakit virus mosaic kerdil jagung. Gejala
yang terlihat pada tanaman yang terserang virus tersebut adalah tanaman menjadi
kerdil, berwarna mosaic atau hijau dengan diselingi garis-garis kuning.
Penularan virus dapat terjadi secara mekanis atau melalui serangga Myzus percicae dan Rhopalopsiphum maydis (Sinaga, 2003).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terlihat
gejala pada warna daun berubah menjadi hijau muda kemudian menjadi kuning
sempurna, jaringan daun mati dan mengering berwarna merah kecoklatan, hal
tersebut merupakan gejala dari defisiensi unsure N (Handayanto, 2007) .
Kemudian terlihat pula gejala adanya pengerutan pada daun terutama daun tua
meski tidak merata, tepi ujung daun menguning yang kemudian menjadi bercak
coklat, bercak daun ini akhirnya gugur sehingga daun tampak bergerigi dan
akhirnya mati. Hal tersebut merupakan gejala dari defisiensi unsur K (Ali
Hanafiah, 2005).
IV.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat pada praktikum ini
adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan
P efektif dalam meningkatkan bobot kering brangkasan karena unsur hara P salah satunya penting dalam cadangan dan
transfer energi ( ADP+ATP).
2. Pada
sampel 1 pertumbuhan tinggi tanaman terhambat yang disebabkan oleh Maize Dwarf Mosaic Virus
3. Gejala
dari defisiensi unsure N salah satunya warna daun berubah menjadi hijau muda
kemudian menjadi kuning sempurna.
4. Gejala
dari defisiensi unsur K salah satunya tepi ujung daun menguning yang kemudian
menjadi bercak coklat, bercak daun ini akhirnya gugur sehingga daun tampak
bergerigi dan akhirnya mati.
5. Bobot
kering brangkasan kelompok 6 jauh lebih besar dibandingkan dengan kelompok 1.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali Hanafiah, Kemas. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta
Bustan, A. 1992. EvektivitasBakteri
Pelarut Fospat dan Kompos Terhadap
Peningkatan Serapan P dan Efisiensi Pemupukan P Pada
Tanaman Jagung. IPB. Bogor
Elfiati,
D. 2005. PeranMikroba Pelarut P Terhadap
Pertumbuhan Tanaman. Fakultas Pertanian USU. Medan.
Handayanto,
E dan Hairiyah, K. 2007. Biologi Tanah
Landasan Pengelolaan Tanah Sehat. Edisi 3. Pustaka Adipura. Jakarta.
Rosmarkam, Afandie dan Nasih Widya Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah.
Kanisius. Yogyakarta.
Sinaga, M.S. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya.
Jakarta
LAMPIRAN
FOTO KEGIATAN DAN PENGAMATAN TANAMAN JAGUNG
Lahan
kelompok 6
Pengamatan
sampel minggu ke 4
sampel
1 sampel 2 sampel 3
Sampel
4 sampel 5
Pengamatan
sampel minggu ke 8
sampel
1 sampel 2 sampel 3
Sampel
4 sampel 5
Hama
pada lahan kelompok 6
Kumbang
daun (Apogonia sp)
kumbang bubuk (Sitophilus zeamais)
Penyakit
pada lahan kelompok 6
Hawar
daun upih (Rhizoctonia solani)
hawar daun (Helminthosporium sp)
Penyakit
bulai jagung (Peronosclerospora maydis)
Penyakit
virus mosaik kerdil jagung (Maize Dwarf Mosaic Virus)
Kekurangan unsur hara
DENAH LAHAN
Kelompok 6
Perlakuan 240 gram SP36
|
||||||
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
||
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
||
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
||
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
||
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
||
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
||
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
||
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
||
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
||
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
||
KETERANGAN:
X: sampel 1 Luas lahan : 3 m x 4 m
X
: sampel 2 Jarak
tanaman : 30 cm x 75 cm
X
: sampel 3 Jumlah
tanaman : 50 tanaman
X
: sampel 4
X : sampel 5
PERHITUNGAN
PUPUK
Pupuk SP36 240gr
Kebutuhan Pupuk SP36
Post a Comment