PERBANYAKAN METARHIZIUM ANISOPLIAE
( Laporan
Bioekologi Hama Tumbuhan)
Oleh Kelompok 4:
Trio Fajar S 1214121219
Triono 1214121220
Ulfah Lutfia 1214121221
Umi Solikhatin 1214121222
Vany Unjunan Sari 1214121223
LABORATORIUM
HAMA PENYAKIT TUMBUHAN
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2013
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Rendahnya
produktifitas tanaman terutama perkebunan rakyat antara lain disebabkan oleh
petani yang belum memperhatikan budidaya tanaman, agroekosistem, dan penerapan
PHT pada areal kebun. Penggunaan pestisida sintetis yang kurang bijaksana dalam
pengendalian OPT masih banyak digunakan oleh petani perkebunan hal ini
mengakibatkan timbulnya beberapa masalah yang kurang menguntungkan, diantaranya
timbul resistensi OPT terhadap pestisida sintetis. Oleh karna itu sangatlah
bijaksana apabila dalam pengendalian OPT dilakukan dengan menggunakan musuh
alami atau agen hayati.
Penggunaan
agen hayati dapat mengurangi jumlah inokulum/aktifitas produksi penyakit dari
patogen yang disebabkan oleh satu atau beberapa organisme selain manusia.
Pengendalian hayati dapat berupa kultur teknis sehingga membuat lingkungan
mendukung untuk pertumbuhan antagonis, penggunaan tanaman inang yang resisten
atau keduanya, persilangan tanaman untuk meningkatkan ketahanan terhadap
patogen atau keadaan tanaman inang yang mendukung untuk aktifitas antagonis.
Oleh
karena itu, dilakukan praktikum ini untuk mengetahui keefektifan agen hayati
terutama metarhizium anisopliae.
1.2
Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari cara perbanyakan Metarhizium anisopliae.
II.
METODOLOGI
PRAKTIKUM
2.1 Bahan dan Alat
Adpun
bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain yaitu air, beras,
beras ketan Hitam,jagung dan serangga ( belalang, walang sangit, ulat mati dan
hidup) dan jamur metarhizium anisopliae. Sedangkan
alat antara lain alat memasak(kukus) dan plastik mika dan kertas label.
2.2 Prosedur Kerja
Adapun
prosedur kerja yang dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut:
1. Bahan
yang digunakan seperti beras, beras ketan hitam dan jagung dicuci bersih,
kemudian untuk jagung di hancurkan.
2. Kemudian
dikukus hingga beras, ketan hitam dan jagung stengah matang.
3. Setelah
itu angkat dan tiriskan, kemudian di masukan ke wadah plastik mika.
4. Setelah
itu taburkan jamur Metarhizium anisopliae
kemudian tutup plastik mikanya beri label sesuai perlakuan.
5. Setelah
itu diamati selama satu minggu, amati pertumbuhan jamur Metarhizium anisopliae.
III.
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Metarhizium anisopliae
Taksonomi dan morfologi
Kingdom : Fungi
Divisi : Eumycota
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Moniliaceae
Genus : Metarhizium anisopliae (Ainsworth, 1973).
Taksonomi dan morfologi
Kingdom : Fungi
Divisi : Eumycota
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Moniliaceae
Genus : Metarhizium anisopliae (Ainsworth, 1973).
Metarhizium
anisopliae dapat ,menembus ke jaringan atau kutikula serangga,
mekanisme penetrasi metarhizium anisopliae pada kultikulah serangga dapat di
golongkan menjadi 4 tahap sebagai berikut.
1. Kontak antara propagul
cendawan dengan tubuh serangga.
2. Proses
penenmpelan dan perkecambahan propagul cendawan pada integumen serangga.
3. Enetrasi dan
infasi. Saat penetrasi menembus integumen, cendawan dapat menembus tabung
kecambah (appresorium). Titik penetrasi sanggat di penggarui oleh konfigurasi
morfologi integumen. Penembusan di lakukan dengan cara mekanis atau
kimiawi dengan mengeluarkan enzim dan toksin.
4. Dextruksi di
titik penetrasi dan terbentuknya blastospora. Setelah itu, spora akan ber edar
ke dalam haemolymph dan membentuk hifa sekunder untuk menyerang
jaringan lainnya (Thomas Matthew b,2007)
Jamur M. anisopliae telah dikenal sebagai patogen pada
berbagai jenis serangga hama dan dapat diproduksi secara komersial sebagai bioinsektisida.
Walaupun jamur ini dapat menginfeksi begitu banyak serangga, ternyata
intensitas serangan terbesar dan inang yang terbaik untuk berkembang biak
adalah larva O. rhinoceros. Semua stadia O.
rhinoceros kecuali telur dapat diinfeksi oleh jamur ini. Sifat jamur
ini yang dapat menginfeksi hampir semua stadia O. rhinoceros itulah
yang menjadi dasar untuk memanfaatkan jamur ini sebagai agens
hayati hama tersebut (Sambiran dan Hosang, 2007).
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan
Metarhizium anisopliae dan Beauveria bassiana
Metarhizium anisopliae dan Beauveria bassiana
Suhu Dan Kelembaban
Pertumbuhan dan
perkembangan Metarhizium anisopliae sangat dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan antara lain suhu, sinar matahari, pH dan kelembaban (Soenardi,
1978).
Suhu dan kelembaban sangat
mempengaruhi pertumbuhan jamur Metarhizium terutama
untuk pertumbuhan dan perkecambahan konidia serta patogenesitasnya.
Batasan suhu untuk pertumbuhan jamur antara 5-35oC, pertumbuhan optimal terjadi
pada suhu 23-25oC. Konidia akan tumbuh dengan baik dan maksimum pada
kelembaban 80-92 persen (Burges dan Hussey, 1971).
Sinar Matahari
Perkembangan
konidia jamur M. anisopliae dapat terhambat apabila terkena sinar
matahari secara langsung. Konidia tidak akan mampu berkecambah apabila
terkena sinar matahari langsung selama satu minggu, sedangkan konidia yang
terlindung dari sinar matahari mempunyai viabilitas yang tinggi meskipun
disimpan lebih dari tiga minggu (Storey dan Garner, 1988).
Pada
suhu 8oC konidia yang disimpan pada kondisi gelap selama 3-5 hari masih mampu
berkecambah 90%, sedangkan pada keadaan terang hanya 50% (Clerk dan
Madelin dalam Wiryadiputra, 1985).
Derajat Keasaman (pH)
Dalam beberapa
penelitian pH media berpengaruh tehadap pertumbuhan jamurMetarhizium.
Tingkat pH yang sesuai berkisar antara 3,3-8,5, sedangkan pertumbuhan optimal
terjadi pada pH 6,5 (Burges, 1981).
Kebutuhan Nutrisi
Jamur Metarhizium anisopliae dan Beauveria bassiana, sumber
nutrisi dapat berpengaruh pada pertumbuhan jamur entomopatogen Ferron
(1981).
Media jamur harus mengandung subtansi organik
sebagai sumber C, sumber N, ion anorganik dalam jumlah yang cukup sebagai
pemasok pertumbuhan dan sumber vitamin. Metarhizium anisopliaejuga
memerlukan karbohidrat sebagai sumber karbon dalam pertumbuhannya Inglod (1962).
Sejumlah penelitian
menurut (Bilgrami dan Verma (1981) menunjukkan bahwa penggunaan karbohidrat
tinggi mendorong pertumbuhan vegetatif jamur.
Pembentukan konidia
jamur dipengaruhi oleh kandungan protein dalam media. Protein diperlukan
untuk pembentukan organel yang berperan dalam pembentukan apikal hifa dan
sintesis enzim yang diperlukan selama proses tersebut dan enzim juga berperan
dalam aktivitas perkecambahan dan protein yang diserap dalam bentuk asam amino
(Garraway dan Evans, 1984).
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
KELOMPOK
|
FOTO
|
KETERANGAN
|
KELOMPOK 1
|
|
U1: Terdapat kontaminanjamur lain berwarna orange
|
|
U2: Kontaminan nampak lebih jelas
|
|
KELOMPOK 2
|
|
U1: Hifa mulai tumbuh, semakin menyebar banyak
|
|
U2: Adanya kontaminan namun jamur matarhizium
anisopliae juga tumbuh
|
|
KELOMPOK 3
|
|
U1: Terlihat pertumbuhan jamurnya
|
|
U2: Pertumbuhan jamur tampak jelas, namun terkontaminan. jamur berwarna
putih
|
KELOMPOK 4
|
|
U1: Terlihat media terkontaminan warna kuning
|
|
U2: Jamur lebih berhasil diperbanyak
|
|
KELOMPOK 5
|
|
U1: Jamur sudah tampak menyebar
|
|
U2: Jamur muncul betung dan terkontaminan
|
|
KELOMPOK 6
|
|
U1: Jamur berwarna hijau ada belatung
|
|
U2: Jamur berwarna hijau
|
KELOMPOK 7
|
|
U1: Belalang belum ditumbuhi jamur
|
|
U2: Belalang menjadi busuk dan mengeluarkan bau tidak enak
|
|
KELOMPOK 8
|
|
U1: Mengalami kematian 1 ekor
|
|
U2: Semua walang sangit mati
|
|
KELOMPOK 9
|
|
U1: Tidak ditemukan jamur tumbuh
|
|
U2: Ulat menjadi busuk dan mengeluarkan bau
|
4.2 Pembahasan
Metarhizium anisopliae merupakan
annggota dari kelas hypomycetes
dengan katagori jamur muscaridine hijau karna berwarna hijau muncul dari
koloni. Penggunaan jamur ini sebagai agen mikroba terhadap serangga sejak tahun
1879. Morfologi dari metarhizium telah banyak diketahui yaitu konidiofor tumbuh tegak, spora berbentuk silinder atau
lonjong dengan panjang 6-16 mm, warna hialin, bersel satu, massa spora berwarna
hijau zaitun. Metarhizium sp.
tumbuh pada pH 3,3-8,5 dan memerlukan kelembaban tinggi. Radiasi sinar
matahari dapat menyebabkan kerusakan pada spora. Suhu optimum bagi
pertumbuhan dan perkembangan spora berkisar pada 25-30oC. Metarhiziummempunyai miselia yang bersepta, dengan
konidia yang berbentuk lonjong. Metarhizium anisopliae bersifat saprofit pada media buatan,
awal mula pertumbuahannya adalah tumbuhnya konidium yang membengkak dan
mengeluarkan tabung-tabung kecambah. Metarhizium anisopliae diisolasi dari
serangga coleoptera oleh metchnikof pada tahun 1878. Jamur ini biasanya ada di
seluruh dunia dalam fase yang berbeda , yaitu diantara fase saprofit tanah dan
fase patogen pada serangga. Perkembangan konidia jamur metarhizium anisopliae dapat terhambat apabila terkena sinar
matahari secara langsung. Konidia tidak akan mampu berkecambah apabila terkena
sinar matahari selaama satu minggu. Sedangkan konidia yang terlindungi dari
sinar matahari mempunyai viabilitas yang tinggi meskipun disimpan lebih dari
tiga minggu. Pada suhu 80 c konidia yang disimpan pada kondisi gelap
selama 3-5 hari mampu berkecambah 90% daripada cahaya terang yang hanya mampu
50% (Burges, 1981).
Berberapa jenis jamur
yang bersifat entomopatogen adalah Beauveria
bassiana, nomuraca rileyi, metarhizium anisopliae, paecilomyces fomosoroseus,
aspergillus parasiticus, dan leacaniccillium lecanii ( wikipedia, 2013).
Berdasarkam praktikum yang
telah dilakukan diperoleh bahwa pada ulangan k3-1, tubuh jamur lain yang
berwarna orange sedangkan pada ulangan ke-2 terlihat adanya jamur metarhizium anisopliae yang berwarna
hijau tua. Pada ulangan 1 tidak tumbuh jamur metarhizium anisopliae dikarenakan
terjadi kontaminan yang terjadi karena tempat penyimpanan yang tidak bersih,
selain itu faktor cahaya juga mempengaruhi tidak atau tumbuhnya jamur. Ulangan
ke-1 diletakan pada tempat terang yang menyebabkan hasil yang kurang maksimal.
Ulangan ke-2 diletakan pada tempat rendah cahaya sehingga jamur dapat tumbuh
merata pada seluruh media.
Jamur metarhizium
anisopliae sapat tumbuh dalam waktu yang relatif singkat, yaitu 1 x 24 jam
setelah penempelan pada beras ketan dengan syarat semua faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan berada pada kondisi optimum. Hal ini juga terbukti pada hasil
percobaan menunjukan bahwa pada hari kedua jamur tumbuh.
Berdasarkan hasil
percobaanyang telah didapatkan terlihat bahwa warna ketan hitam dan beras
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan jamur metarhizium anisopliae.
V. KESIMPULAN
Dari hasil
praktikum didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1.
Pada ulangan
ke-1 terjadi kontaminan dan tumbuh jamur lain, sedangkan ulangan ke-2 jamur metarhizium
anisopliae tumbuh sempurna pada
seluruh media.
2.
Jamur metarhizium anisopliae terlihat berwarna
putih atau orange.
3. Jamur yang
bersifat etomopatogen adalah Beauveria
bassiana, nomuraca rileyi, metarhizium anisopliae, paecilomyces fomosoroseus,
aspergillus parasiticus, dan leacaniccillium lecanii.
4. Media ketan hitam dan
beras adalah media yang baik untuk poertumbuhan jamur metarhizium anisopliae.
5.
Pertumbuhan jamur metarhizium
anisopliae pada ulangan ke 1, lebih berkembang dibandingkan ulangan ke -1.
DAFTAR PUSTAKA
Burges,H.D.1981. Pest and Plant
Diseas.Academy Press New York.
P2aph.2013.
http://p2aph.wordpress.com/2010/01/21/jamur-metarhizium-anisopliae/.
Diunggah pada tanggal 21 januari 2010 pukul 10.02.
Wikipedia.2013.Entomopatogen.http://wikipedia.org.diunggah pada tanggal 14 April 2013 pukul
02.13.
Wildia, chusnia.2012. http://wildablog.blogspot.com/2012/04/uji-toksisitas-jamur-metarhizium.html.
di unggah
pada tanggal 14 April 2012 pukul 04.04.
Post a Comment