TANAMAN PERKEBUNAN KARET
(Laporan Praktikum Produksi Tanaman Perkebunan)
Oleh Kelompok IV:
Riajeng Hanum Amalia 1214121184
Triono 1214121220
Wiwik Ferawati 1214121229
Yeni Sofialita 1214121232
Yuana Arianti 1214121236
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Komoditi perkebunan
penting salah satunya merupakan tanaman karet, baik sebagai sumber pendapatan,
kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru
di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan
sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih
menghadapi beberapa kendala, yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet
rakyat yang merupakan mayoritas (91%) areal karet nasional dan ragam produk
olahan yang masih terbatas, yang didominasi oleh karet remah (crumb rubber).
Karet juga termasuk
dalam komoditas ekspor yang mampu memberikan kontribusi peningkatan devisa bagi
Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan
adanya peningkatan dari 1 juta ton tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton tahun 1995
dan 1,9 juta ton tahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun
2004 mencapai US$ 2,25 milyar, merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas.
Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman
karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan (Ardi,2009).
Selain sebagai sumber
devisa negara non-migas,karet juga menjadi sumber penghasilan hidup bagi para
petani. Sumber devisa ini dikembangkan melalui peningkatan efisiensi pengolahan
dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam, tenaga kerja, modal dan
teknologi yang tersedia. Maka dari itu dari uraian diatas, penting dilakukannya
praktikum ini agar mengetahui penerapan teknologi budidaya tanaman perkebunan
khususnya karet yang baik dan tepat.
1.2
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari
praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Mahasiswa mendapatkan keterampilan
tentang teknik budidaya tanaman karet dan perawatan tanaman karet.
2.
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang
teknik budidaya tanaman karet.
3.
Mahassiswa mengetahui salah satu jenis
tanaman perkebunan dan perawatan tanaman perkebunan tersebut.
BAB II. METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Alat dan
Bahan
Adapun alat dan bahan
yang digunakan dalam praktikum ini seperti areal tanam/ plot-plot tanaman
karet, alat-alat pertanian koret atau cangkul, sabit serta alat penyiraman
sederhana seperti gembor atau selang untuk pengairan tanaman perkebunan karet
yang masih belum menghasilkan.
2.2 Prosedur
Kerja
Adapun prosedur kerja
dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
Prosedur pertama karna tanaman karet
sudah ditanam maka praktikan hanya melakukan perawatan seperti:
a. Pertama
kali areal tanam dibersihkan dari gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan tanaman karet dengan alat sederhana koret, cangkul maupun sabit
khususnya disekitar areal tanaman karet tersebut.
b. Setelah
bersih dari gulma tanam karet disiram, jika jauh dari sumber air bisa
menggunakan selang panjang, namaun bisa juga menggunakan gembor untuk menyiram
tanaman karet tersebut.
c. Melakukan
perawatan selama satu minggu sekali tanaman karet tersebut.
d. Melakukan
pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun.
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan praktikum ini diperoleh data adalah
sebagai berikut:
Tabel 1. Tinggi Tanaman Karet
Plot
|
Tinggi
Tanaman Sampel ( cm )
|
||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
|
Plot 1
|
80
|
120
|
90
|
100
|
72
|
Plot 2
|
110
|
80
|
87
|
96
|
80
|
Plot 3
|
75
|
82
|
100
|
90
|
75
|
Plot 4
|
90
|
110
|
80
|
120
|
90
|
Tabel 2. Jumlah Daun
Plot
|
Jumlah Daun Sampel ( cm )
|
||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
|
Plot 1
|
15
|
19
|
17
|
18
|
14
|
Plot 2
|
18
|
15
|
15
|
18
|
15
|
Plot 3
|
15
|
15
|
18
|
17
|
17
|
Plot 4
|
17
|
18
|
18
|
19
|
12
|
3.2 Pembahasan
Praktikum produksi tanaman perkebunan ini dilakukan pada tanaman karet yang
sudah tumbuh sekitar rata-rata tinggi tanaman
± 80, jadi praktikum dilakukan untuk perawatan seperti pengendalian
gulma secara mekanis dengan menggunakan koret, cangkul maupun sabit serta
menyiram tanaman karet tersebut mengunakan gembor maupun selang yang ada.
Dari praktikum produksi tanaman perkebunan ini di dapatkan tinggi tanaman
yang paling tinggi pada plot 1 sampel ke II dan plot 4 sampel ke IV yaitu tinggi tanaman 120 cm, dan tanaman yang
terendah terdapat pada plot 1 sampel ke V yaitu 72 cm. Untuk jumlah daun yang
paling banyak terdapat pada plot 1 sampel ke II dan plot 4 sampel ke III yaitu
sebanyak 19 daun, dan yang paling sedikit jumlah daun pada plot 4 sampel ke 4
sebanyak 12 daun.
Botani Tanaman
Menurut
Steenis (1975), kedudukan tanaman karet dalam sistematika:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea
brassiliensis Muell. Arg.
Sistem
perakarannya kompak. Akar karet termasuk akar tunggang yang dapat menghujam
tanah hingga kedalaman 1-2 m. Akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m
(Andoko dan Setiawan, 1997).
Tangkai
daun utama 3-20 cm. Daun berbentuk elips memanjang dengan ujung runcing atau
lancip. Tepinya rata. Pada tiap tangkai tumbuh 3 helai daun. Daunnya tersusun
melingkar batang (spiral), berambut. Bunganya bergerombol muncul dari ketiak
daun (aksilar), individu bunga bertangkai pendek, bunga betina tumbuh di
ujung (Sadjad, 1993).
Bunga
tanaman karet tumbuh bergerombol dari ketiak daun. Bunga betina terletak di
ujung proporsi bunga jantan lebih banyak dari bunga betina. Bunga jantan mekar
selama 1 hari lalu langsung luruh, sedangkan bunga betina mekar selama 3-4 hari
(Sianturi, 2001).
Biji
karet berwana coklat. Berbentuk bulat sampai lonjong. Warna putih pada biji
karet mengandung banyak air (Hartman, dkk., 1981).
Syarat Tumbuh
Iklim Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis.
Luasan tanaman karet 150 LU-100 LS. Ketinggian
tempat yang sesuai untuk tanaman karet adalah 100-600 mdpl. Curah hujan yang
diinginkan berkisar antara 2.000-2.500 mm/thn (Syamsulbahri, 1996).
Tanaman karet tmbuh optimal di dataran rendah, yakni
pada ketinggian sampai 200 m dpl. Makin tinggi tempat, perumbuhannya semakin lambat
dan hasilnya lebih rendah. Ketinggian lebih dari 600 m dari permukaan laut
tidak cocok lagi untuk tanaman karet. Jika dalam waktu yang lama suhu rata-rata
kurang dari 200c, maka tempat tersebut tidak cocok untuk budidaya
karet, demikian sebaliknya (Setyamidjaja, 1993).
Pertumbuhan tanaman karet optimal adalah pada suhu
antar 15-300C. Di pulau Jawa, (>200m dpl), sedangkan di Sumatera
umumnya di dataran rendah (Tim Penulis PS, 2008).
Tanaman
karet tidak tahan terhadap hembusan angin yang terlalu kencang. Hembusan angin
yang terlalu kencang dapat membuat pohon karet roboh. Makin tinggi tempat,
perumbuhannya semakin lambat dan hasilnya lebih rendah. Ketinggian lebih dari
600 m dari permukaan laut tidak cocok lagi untuk tanaman karet (Sadjad, 1993).
Tanah
Tanaman
karet bukanlah tanaman manja, dapat tumbuh pada tanah yang mempunyai sifat
fisik baik atau sifat fisiknya dapat diperbaiki. Tanah yang dikehendaki adalah
bersolum dalam, permukaan air tanah rendah yaitu 1 m (Musa, 2006).
Jika
lahan untuk budidaya karet tidak berkontur rata, tetapi memiliki kemiringan
lebih dari 100 sebaiknya dibuat teras dengan lebar minimum 3 m.
Teras ini dibuat untuk mencegah terjadinya erosi (Sutanto, 2005).
Jenis
tanah tanaman karet mulai dari vulkanis muda, tua dan aluvial sampai tanah
gambut dengan drainase dan aerase yang baik, tidak tergenang air. pH tanah yang
bervariasi dari 3,0-8,0. Tanaman karet rekasi tanah yang umunya di tanam yang
mempunyai pH antara 3-8. pH tanah di bawak 3 atau diatas 3 dapat menyebabkan
tanaman akan terhambat ( Sianturi, 2001).
Media Tanam
Tanah
untuk media tanam ini harius subur dan humus yang bisa diambil dari tanah
permukaan (top soil) dengan kedalaman maksimum 15 cm. tanah tidak perlu
dicampur dengan pupuk kandang, pair atau bahan lainnya. Setelah itu, kecambah
karet ditanam dengan cara yang sama dengan menanam kecambah karet di persemaian
lahan (Sutanto, 2005).
Media
tanam karet dapat dikombinasikan dari top soil, humus dan pukan. Humus
merupakan ikatan atau gabungan senyawa organik yang tidak mudah terurai
(resisten berwarna coklat sampai hitam), berkemampuan mengikat atau menahan
air, memegang atau menyimpan unsur hara (Andoko dan Setiawan, 1997).
Kompos
merupakan kotoran ternak yang dicampurkan dengan media tanam yang lain. Secara
kimia, kompos dapat meningkatkan kapasitas tukar kation, ketersediaan unsur
hara dan ketersediaan asam humat. Asam humat akan membantu meningkatkan proses
pelapukan bahan mineral secara biologi. Kompos merupakan sumber makanan
(energi) bagi mikroorganisme tanah (Simamora dan Saludik, 2006).
Cara Pengajiran Menurut Kontur
Bibit sebelum ditanam terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit untuk
memperoleh bahan tanam yang memeliki sifat-sifat umum yang baik antara lain :
berproduksi tinggi, responsif terhadap stimulasi hasil, resitensi terhadap
serangan hama dan penyakit daun dan kulit, serta pemulihan luka kulit yang
baik.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi bibit siap tanam adalah antara lain:
1.
Bibit karet di
polybag yang sudah berpayung dua.
2.
Mata okulasi
benar-benar baik dan telah mulai bertunas
3.
Akar tunggang
tumbuh baik dan mempunyai akar lateral
4.
Bebas dari
penyakit jamur akar (Jamur Akar Putih) (Hanspari,2010).
Cara-cara penanaman karet yang benar, antara lain:
1.
Penanaman karet
dilakukan pada musim hujan besar.
2.
Bibit yang
polibegnya robek harus diikat dengan tali agar tidak pecah ketika diangkut ke
lapangan.
3.
Bibit yang
didistribusikan ke lapangan diletakkan di samping lubang tanam dalam lubang
disesuaikan dengan tinggi polibeg.
4.
Dasar polibag
disayat dengan pisau dan bibit diletakkan dalam lubang tanam. Bagian samping
plastik disayat dan dilepaskan dari bibit, diletakkan di atas pancang sebagai
tanda bahwa palstik sudah dibuka.
5.
Arah mata
okulasi diseragamkan menghadap gawangan pada tanah rata, sedangkan pada tanah
yang berlereng mata okulasi diarahkan bertolak belakang dengan dinding teras.
Saat penanaman, pertautan okulasi diatur sedemikian rupa sehingga setelah
ditimbun tanah, pertautan okulasi akan tertimbun sekitar 10 cm di bawah
permukaan tanah. Setelah persyaratan dipenuhi, tanah sub
soil ditutupkan terlebih dahulu kemudian disusuk dengan tanah top
soil. Pemadatan tanah dilakukan dengan tangan mulai dari bagian pnggir ke
arah tengah atau diinjak pelan-pelan tetapi jangan sampai mengenai tanah
polibeg. Tanah pada bagian tanaman dibuat cembung untuk menghindari air hujan
yang menggenang (Pakpahan,2009).
Jarak tanam 7 m x 3 m (untuk tanah landai), diperlukan bibit tanaman karet
untuk penanaman sebanyak 476 bibit, dan cadangan untuk penyulaman sebanyak 47
(10%) sehingga untuk setiap hektar kebun diperlukan sebanyak
523 batang bibit karet (Hanspari,2010).
523 batang bibit karet (Hanspari,2010).
Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari untuk
menghindari stress di lapangan. Pengangkutan kecambah menggunakan ember yang
berisi air. Penanaman kecambah dilakukan dengan cara menugal tanah sedalam 5 cm
dengan menggunakan kayu atau benda yang runcing. Akar harus berada seluruhnya
di dalam tanah dan permukaan biji rata dengan tanah (biji jangan dilepas dari
kecambah). Kemudian tanah di sekitar lubang di padatkan dengan hati-hati agar
tidak merusak akar tanaman, lalu di siram untuk melembabkan. Penyiraman bibit
harus dilakukan pada setiap pagi hari terutama pada musim kemarau
(Pakpahan,2009) .
Umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada musim penghujan yakni
antara bulan September sampai Desember dimana curah hujan sudah cukup banyak,
dan hari hujan telah lebih dari 100 hari. Saat penanaman, tanah penutup
lubang dipergunakan top soil yang telah dicampur dengan pupuk
RP 100 gram per lubang, disamping pemupukan dengan urea 50 gram dan SP - 36
sebesar 100 gram sebagai pupuk dasar (Anwar,2001).
IV. KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan diatas dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Karet juga termasuk dalam komoditas
ekspor yang mampu memberikan kontribusi peningkatan devisa bagi Indonesia
2.
Karet merupakan komoditi tanaman
perkebunan sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong
pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet
maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati.
3.
Dari hasil dan
pengamatan didapatkan tinggi tanaman yang paling tinggi pada plot 1 sampel ke
II dan plot 4 sampel ke IV yaitu tinggi
tanaman 120 cm, dan tanaman yang terendah terdapat pada plot 1 sampel ke V yaitu 72 cm.
4.
Untuk jumlah
daun yang paling banyak terdapat pada plot 1 sampel ke II dan plot 4 sampel ke
III yaitu sebanyak 19 daun, dan yang paling sedikit jumlah daun pada plot 4
sampel ke 4 sebanyak 12 daun.
5.
Praktikum yang
dilakukan adalah perawatan tanaman perkebunan karat yang meliputi pengendalian
gulma atau penyiangan, penyiraman tanaman dan serta mengukur tinggi tanaaman
dan jumlah daun tanaman karet tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Andoko,
A dan Setawan. 1997. Petujuk Lengkap
Budidaya Karet. Penebar Swadaya, Jakarta.
Anwar,Chairil.2001.Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet.Pusat
Penelitian
Karet,Medan.
Ardi,Rio.2009.Karet
(Havea brasiliensis) Budi DayaDan Penanamannya.
Hanspari,Christ.2010.Karet. Diakses tanggal 08 Desember 2014 pukul
19.40 WIB.
Hartman,
H, W.Kracker., M.Anton.1981. Plant
Science. Prentice and Hall.Inc, Mew Jersey.
Musa,
L. 2006. Dasar Ilmu Tanah. USU Press,
Medan.
Pakpahan,Effendi.2009.Teknis Budidaya Tanaman Karet.Disampaikan
pada :Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pengawalan Peremajaan Karet Non
Revitalisasi Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara Tanggal 21 November 2008.Medan.
Sadjad,
M. 1993. Budidaya Tanaman Perkebunan.
Rajawali Press, Jakarta.
Setyamidjaya,Djohana.1993.Karet
Budidaya dan Pengolahannya.Kanisius,
Yogyakarta.
Sianturi,
H. 2001. Budidaya Tanaman Karet. USU
Press, Medan.
Simamora
dan Salundik. 2006. Menigkatakan Kualitas
Kompos. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sutanto,
R. 2005. Dasar- Dasar Ilmu Tanah.
Kanisius, Yogyakarta.
Syamsulbahri.1996.
Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan.
UGM Press, Yogyakarta.
Tim
Penulis PS. 2008. Panduan Lengkap Karet.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Post a Comment