ANALISIS
VEGETASI
(Laporan
Praktikum Ilmu dan Teknik Pengendalian Gulma)
Oleh:
Kelas C
Kelompok 3
Muhammad Pambudi Am 1214121142
Mutia Yuliandari 1214121145
Nia Afrianti 1214121149
Nova Adelina Lubis 1214121155
Rani Oktavia 1214121175
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vegetasi merupakan kumpulan
tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama
pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat
interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu
sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang
hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977).
Vegetasi, tanah dan iklim
berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang
spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat lain
karena berbeda pula faktor lingkungannya. Dari segi floristis ekologis pengambilan
sampling dengan cara random sampling hanya mungkin digunakan apabila
lapangan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman
(Marsono, 1977).
Hal yang perlu diperhatikan
dalam analisis vegetasi adalah penarikan unit contoh atau sampel. Dalam
pengukuruan dikenal dua jenis pengukuran untuk mendapatkan informasi atau data
yang diinginkan. Kedua jenis pengukuran tersebut adalah pengukuran yang
bersifat merusak (destructive measures) dan pengukuran yang bersifat
tidak merusak (non-destructive measures) (Anonim1, 2010).Untuk keperluan penelitian agar hasil datanya
dapat dianggap sah (valid) secara statistika, penggunaan kedua jenis
pengukuran tersebut mutlak harus menggunakan satuan contoh (sampling unit),
apalagi bagi seorang peneliti yang mengambil objek dengan cakupan areal yang
luas. Dengan sampling, seorang peneliti dapat memperoleh informasi atau data
yang diinginkan lebih cepat dan lebih teliti dengan biaya dan tenaga lebih
sedikit bila dibandingkan dengan inventarisasi penuh (metode sensus) pada
anggota suatu populasi (Anonim1, 2010).Teknik sampling
kuadrat ini merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering digunakan
dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Petak contoh yang dibuat dalam teknik
sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal
mungkin akan memberikan infornasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti
bersifat homogen. Adapun petak-petak contoh yang dibuat dapat diletakkan
secara random atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik sampling
(Kusmana, C, 1997).
Vegetasi merupakan kumpulan
tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama
pada suatu tempat. Vegetasi di tempat tersebut mempunyai variasi yang
berbeda antara vegetasi satu dengan vegetasi yang lain. Dengan adanya variasi
yang dimiliki oleh suatu vegetasi akan menudukung suatu kehidupan organisme
tertentu. Oleh karena itu, untuk menganalisis suatu vegetasi dalam area
tertentu dengan menggunakan variabel kerimbunan, kerapatan, dan frekuensi, maka
dilakukan analisis vegetasi menggunakan metode kuadrat.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan
dari praktikum ini antara lain :
1.
Agar mahasiswa mengerti
manfaat analisis vegetasi.
2.
Agar mahasiswa dapat
melaksanakan analisis vegetasi tersebut dengan metode yang umum digunakan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu
tempat mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai bahan
obat-obatan. Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat
diklasifikasikan sebagai gulma pada semua kondisi. Namun demikian, banyak juga tumbuhan
diklasifikasikan sebagai gulma dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut
umum tumbuh secara teratur pada lahan tanaman budidaya (Sebayang, 2005).
Konsepsi dan metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat
bervariasi, tergantung keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Misalnya
apakah ditujukan untuk mempelajari tingkat suksesi, apakah untuk evaluasi hasil
suatu pengendalian gulma. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan
struktur dan komposisi vegetasi. Untuk areal yang luas dengan vegetasi semak
rendah misalnya, digunakan metode garis (line intersept), untuk pengamatan
sebuah contoh petak dengan vegetai “tumbuh menjalar” (cpeeping) digunakan
metode titik (point intercept) dan untuk suatu survei daerah yang luas dan
tidak tersedia cukup waktu, estimasi visual (visual estimation) mungkin dapat
digunakan oleh peneliti yang sudah berpengalaman. Juga harus diperhatikan
keadaan geologi, tanah, topografi, dan data vegetasi yang mungkin telah ada
sebelumnya, serta fasilitas kerja/keadaan, seperti peta lokasi yang bisa
dicapai, waktu yang tersedia, dan lain sebagainya; semuanya untuk memperoleh
efisiensi
(Tjitrosoedirdjo,
dkk., 1984).
Kehadiran vegetasi
pada suatu landscape akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem
dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan
vegetasi dalam suatu
ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen
dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata
air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu
area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada
struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh
vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya
tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi
daerah tersebut.
Dalam komunitas
vegetasi, tumbuhan yang mempunyai hubungan di antara mereka, mungkin pohon,
semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta, tumbuh-tumbuhan ini lebih kurang
menempati strata atau lapisan dari atas ke bawah secara horizontal, ini disebut
stratifikasi. Individu yang menempati lapisan yang berlainan menunjukkan
perbedaan-perbedaan bentuk pertumbuhan, setiap lapisan komunitas kadang-kadang
meliputi klas-klas morfologi individu yang berbeda seperti, strata yang paling
tinggi merupakan kanopi pohon-pohon atau liana. Untuk tujuan ini,
tumbuh-tumbuhan mempunyai klas morfologi yang berbeda yang terbentuk dalam
“sinusie” misalnya pohon dalam sinusie pohon, epifit dalam sinusie epifit dan
sebagainya
Metodologi-metodologi
yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian,
yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan
tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis
dengan metode garis dan metode intersepsi titik (metode tanpa plot) (Syafei,
1990).
Menurut
Sastroutomo (1990), gulma memiliki definisi tertentu yang didefinisi secara
subjektif dan definisi ekologis. Beberapa definisi subjektif adalah:
1.
Merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki manusia.
2.
Semua tumbuhan selain tanaman budidayanya.
3.
Tumbuhan yang masih belum diketahui manfaatnya.
4.
Tumbuhan yang mempunyai pengaruh negatif terhadap
manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.
5.
Tumbuhan yang hidup di tempat yang tidak diinginkan.
Berdasar
sifat morfologinya, gulma dibedakan menjadi gulma berdaun sempit (grasses),
gulma teki-tekian (sedges), gulma berdaun lebar (broad leaves), dan gulma
pakis-pakisan (ferns).Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dibedakan
menjadigulma semusim (annual weeds), gulma semusim (biannual weeds), dan gulma
tahunan (prennial weeds).Berdasarkan habitat tumbuhnya gulma dapat dibedakan
menjadi gulma air (aquatic weeds) dan gulma daratan (terestrial weeds)
Berdasarkan
pengaruh terhadap tanaman dibedakan menjadi gulma kelas A, B, C, D dan E
(Emanuel. 2003).
Pengamatan parameter vegetasi
berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah
maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan
abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik
yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar
dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi
oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi
yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan
pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami
perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984).
Tujuan analisis vegetasi gulma adalah
untuk mengetahui komposisi spesies-spesies yang membentuk komunitas gulma yang
tumbuh bersama, pada suatu waktu dan tingkat pertumbuhan tertentu. Metode
analisis vegetasi gulma yang digunakan adalah metode estimasi visual (visual
estimation), yakni metode analisis dengan pandangan mata dan pencacatan macam
spesies gulma beserta skor kelebatan pertumbuhannya masing-masing atau metode
kuadrat (Sukman, 1991).
III.
BAHAN DAN METODE
A.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bambu ukuran 50 x 50 cm,
tali, alat tulis, dan kamera.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah gulma golongan rumput,
tumbuhan menjalar, herba, semak rendah, tumbuhan dalam hamparan yang luas,
teki, dan daun lebar.
B. Cara Kerja
Cara kerja dalam praktikum ini antara
lain :
1. Mempersiapkan bambu
dengan ukuran 50 x 50 cm
2. Mengikat
setiap sudut bambu dengan tali sehingga membentuk kuadran persegi.
3. Meletakkan kuadran pada tempat yang berbeda (hamparan gulma) sebanyak 3
ulangan.
4. Melakukan pengamatan visual untuk menduga penutupan masing-masing spesies
gulma.
5. Memotong gulma yang ada didalam kuadran masing-masing ulangan diatas
permukaan tanah.
6. Melakukan identifikasi gulma yang berada di lapang dengan sumber yang ada
di laboratorium.
7.
Melakukan penghitungan berdasarkan
ketiga ulangan tersebut meliputi kerapatan mutlak (KM), kerapatan nisbi (KN),
dominansi mutlak (DM),
dominansi nisbih (DN), frekuensi
mutlak (FM), frekuensi nisbih (FN), Nilai Penting (NP) dan SDR.
C. Perhitungan
Jenis Gulma
|
Kerapatan
|
Dominansi
|
KM
|
KN
|
DM
|
DN
|
FM
|
FN
|
NP
|
SDR
|
||||
Ulangan
|
Ulangan
|
|||||||||||||
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
|||||||||
Euphorbia hirta
|
2
|
10
|
2
|
0,02
|
10
|
0,04
|
1
|
0,07
|
0,13
|
0,04
|
||||
Digitaria ciliaris
|
21
|
20
|
21
|
0,18
|
20
|
0,09
|
1
|
0,07
|
0,34
|
0,11
|
||||
Mimosa pudica
|
5
|
2
|
15
|
5
|
7
|
0,06
|
20
|
0,09
|
2
|
0,13
|
0,28
|
0,09
|
||
Mikania micrantha
|
4
|
3
|
20
|
15
|
7
|
0,06
|
35
|
0,15
|
2
|
0,13
|
0,34
|
0,11
|
||
Eleusine indica
|
2
|
10
|
2
|
0,02
|
10
|
0,04
|
1
|
0,07
|
0,13
|
0,04
|
||||
Paspalum conjugatum
|
21
|
30
|
21
|
0,18
|
30
|
0,13
|
1
|
0,07
|
0,38
|
0,13
|
||||
Ageratum conyzoides
|
12
|
20
|
12
|
0,10
|
20
|
0,09
|
1
|
0,07
|
0,26
|
0,09
|
||||
Lantana camara
|
4
|
3
|
10
|
15
|
7
|
0,06
|
25
|
0,11
|
2
|
0,13
|
0,30
|
0,10
|
||
LCC (kacang-kacangan)
|
3
|
15
|
3
|
0,03
|
15
|
0,06
|
1
|
0,07
|
0,16
|
0,05
|
||||
Imperata cylindrica
|
2
|
5
|
2
|
0,02
|
5
|
0,02
|
1
|
0,07
|
0,11
|
0,04
|
||||
Cyperus rotundus
|
15
|
15
|
15
|
0,13
|
15
|
0,06
|
1
|
0,07
|
0,26
|
0,09
|
||||
Calopogonium sp.
|
17
|
26
|
17
|
0,15
|
26
|
0,11
|
1
|
0,07
|
0,33
|
0,11
|
||||
Total
|
116
|
231
|
15
|
1,00
|
Keterangan :
KM = kerapatan U1 +
Kerapatan U2 + Kerapatan U3
KN = KM / jumlah
KM’
DM = Dominansi U1 +
Dominansi U2 + Dominansi U3
DN = DM / jumlah DM
FM = banyaknya
gulma pada semua ulangan
FN = FM / jumlah FM
NP = KN+DN+FN
SDR = NP / 3
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Jenis Gulma
|
Kerapatan
|
Dominansi
|
KM
|
KN
|
DM
|
DN
|
FM
|
FN
|
NP
|
SDR
|
||||
Ulangan
|
Ulangan
|
|||||||||||||
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
|||||||||
Euphorbia hirta
|
2
|
10
|
2
|
0,02
|
10
|
0,04
|
1
|
0,07
|
0,13
|
0,04
|
||||
Digitaria ciliaris
|
21
|
20
|
21
|
0,18
|
20
|
0,09
|
1
|
0,07
|
0,34
|
0,11
|
||||
Mimosa pudica
|
5
|
2
|
15
|
5
|
7
|
0,06
|
20
|
0,09
|
2
|
0,13
|
0,28
|
0,09
|
||
Mikania micrantha
|
4
|
3
|
20
|
15
|
7
|
0,06
|
35
|
0,15
|
2
|
0,13
|
0,34
|
0,11
|
||
Eleusine indica
|
2
|
10
|
2
|
0,02
|
10
|
0,04
|
1
|
0,07
|
0,13
|
0,04
|
||||
Paspalum conjugatum
|
21
|
30
|
21
|
0,18
|
30
|
0,13
|
1
|
0,07
|
0,38
|
0,13
|
||||
Ageratum conyzoides
|
12
|
20
|
12
|
0,10
|
20
|
0,09
|
1
|
0,07
|
0,26
|
0,09
|
||||
Lantana camara
|
4
|
3
|
10
|
15
|
7
|
0,06
|
25
|
0,11
|
2
|
0,13
|
0,30
|
0,10
|
||
LCC (kacang-kacangan)
|
3
|
15
|
3
|
0,03
|
15
|
0,06
|
1
|
0,07
|
0,16
|
0,05
|
||||
Imperata cylindrica
|
2
|
5
|
2
|
0,02
|
5
|
0,02
|
1
|
0,07
|
0,11
|
0,04
|
||||
Cyperus rotundus
|
15
|
15
|
15
|
0,13
|
15
|
0,06
|
1
|
0,07
|
0,26
|
0,09
|
||||
Calopogonium sp.
|
17
|
26
|
17
|
0,15
|
26
|
0,11
|
1
|
0,07
|
0,33
|
0,11
|
||||
Total
|
116
|
231
|
15
|
1,00
|
B. Pembahasan
Berdasarkan
praktikum analisis vegetasi yang telah dilakukan dengan metode kuadran dengan
tiga kali ulangan diperoleh jenis gulma yang berbeda-beda dari golongan berdaun
lebar, golongan teki, dan golongan rumput. Pada ulangan pertama diperoleh gulma
Euphorbia hirta, Digitaria ciliaris, Mimosa pudica, Mikania micrantha dan Eleusine indica. Pada ulangan kedua
diperoleh gulma Mimosa pudica, Mikania
micrantha, Ageratum conyzoides,Paspalum
conjugatumdan lantana camara.
Pada ulangan ketiga diperoleh gulma antara lain lantana camara, LCC atau kacang-kacangan,Imperata cylindrica,Cyperus rotundusdanCalopogonium sp.. Dalam analisis vegetasi dilakukan penghitungan
setiap jenis gulma seperti Euphorbia
hirtamemiliki nilai kerapatan mutak 2 dan dominansi mutlak 10 serta hasil
SDR 0,04. Untuk Digitaria ciliarisdiperoleh
nilai kerapatan mutlak 21 dan dominansi mutlak 20 serta SDR 0,11. Mimosa pudicadiperoleh kerapatan mutlak
7 dan dominansi mutlak 20 serta SDR 0,09. Mikania
micrantha diperoleh nilai kerapatan mutlak 7 dan dominansi mutlak 35 serta
SDR 0,11. Eleusine indica mempunyai
nilai kerapatan mutlak 2 dan dominansi mutlak 10 serta SDR 0,04. Paspalum conjugatum diperoleh nilai
kerapatn mutlak 21 dan dominansi mutlak 30 serta SDR 0,13. Ageratum conyzoides diperoleh nilai kerapatn mutlak 12 dan
dominansi mutlak 20 serta SDR 0,09. Lantana
Camara diperoleh nilai kerapatan mutlak 7 dan dominansi mutlak 25 serta SDR
0,1. LCC (kacang-kacangan) diperoleh nilai kerapatan mutlak 3 dan dominansi
mutlak 15 serta SDR 0,05. Imperata
cylindrica diperoleh nilai kerapatan mutlak 2 dan dominansi mutlak 5 serta
SDR 0,04. Cyperus rotundusdiperoleh
nilai kerapatan mutlak 15 dan dominansi mutlak 15 serta SDR 0,09. Calopogonium sp. diperoleh nilai
kerapatan mutlak 17 dan dominansi mutlak 26 serta SDR 0,11.
Gulma
yang paling mendominasi pada saat melakukan analisis vegetasi adalah Paspalum conjugatum yang memiliki nilai
SDR 0,13. SDR menggambarkan kemampuan suatu jenis gulma tertentu untuk
menguasai sarana tumbuh yang ada. Semakin besar nilai SDR maka gulma tersebut
semakin dominan (Panduan Praktikum Gulma, 2014).
Manfaat
analisis vegetasi antara lain :
1. Mengetahui komposisi jenis gulma dan menetapkan
jenis yang dominan.
Biasanya
hal ini dilakukan untuk keperluan perencanaan, misalnya untuk memilih herbisida
yang sesuai.
2. Mengetahui tingkat kesamaan atau perbedaan
antara dua vegetasi.
Hal ini
penting misalnya untuk membandingkan apakah terjadi perubahan komposisi
vegetasi gulma sebelum dan setelah dilakukan
pengendalian dengan cara tertentu (Prawoto, 2008).
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Gulma yang paling dominan dalam praktikum ini
antara lain Paspalum conjugatum.
2. Manfaat analisis vegetasi antara lain
mengetahui komposisi jenis gulma dan menetapkan jenis yang dominan dan
Mengetahui tingkat kesamaan atau perbedaan antara dua vegetasi.
3. Semaikin besar nilai SDR (Summed Dominance
Ratio) maka gulma tersebut semakin dominan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1.
2010. Teknik Analisis Vegetasi Metode
dengan Petak. http://www. irwantoshut.net/analisis_vegetasi_Teknik_Analisis_Vegetasi.html.diakses 03 Oktober 2014.
Barus,
Emanuel .2003. Pengendalian Gulma Perkebunan. Kanisius: Yogyakarta.
Kusmana, C,
1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor: PT. Penerbit Institut Pertanian Bogor.
Marsono, D.
1977. Diskripsi Vegetasi dan Tipe-tipe Vegetasi Tropika. Bagian
Penerbitan
Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Universitas Gajah
Mada,
Yogyakarta.
Prawoto, A. A.,
dkk. 2008. Panduan Lengkap Kakao : Manajenem
Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta
Sebayang, H. T. 2005.
Gulma dan Pengendaliannya Pada Tanaman
Padi. Unit Penerbitan Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya, Malang
Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya dengan Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah
di Daerah Hutan Jati. Cikampek,
KPH Purwakarta, Jawa Barat. Bagian Ekologi, Departemen Botani, Fakultas Pertanian IPB.
Bogor.
Sukman, Yernelis. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya.
Rajawali Pers. Jakarta.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB. Bandung.
Tjitrosoedirdjo, S. 1984. Pengelolaan Gulma diPerkebunan. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta.
LAMPIRAN
1.
Euphorbia hirta
KM = 2
KN
= 2/116 = 0,02
DM
= 10
DN
= 10/116 = 0,04
FM
= 1
FN
= 1/15 = 0,07
NP
= 0,02 + 0,04 +0,07 = 0,13
SDR
= 0,13/3 = 0,04
2. Digitaria
ciliaris
KM = 21
KN
= 21/116 = 0,18
DM
= 20
DN
= 20/116 = 0,09
FM
= 1
FN
= 1/15 = 0,07
NP
= 0,18 + 0,09 +0,07 = 0,34
SDR
= 0,34/3 = 0,11
3.
Mimosa pudica
KM = 7
KN
= 7/116 = 0,06
DM
= 20
DN
= 20/116 = 0,09
FM = 2
FN = 2/15 = 0,13
NP = 0,06 + 0,09+0,13 = 0,28
SDR = 0,34/3 = 0,09
4.
Mikania micrantha
KM = 7
KN = 7/116 = 0,06
DM = 35
DN = 35/116 = 0,15
FM = 2
FN = 2/15 = 0,13
NP = 0,06 + 0,15 +0,13 = 0,34
SDR = 0,34/3 = 0,11
5. Eleusine
indica
KM = 21
KN = 2/116 = 0,02
DM = 10
DN = 10/116 = 0,04
FM = 1
FN = 1/15 = 0,07
NP = 0,02 + 0,04 +0,07 = 0,13
SDR = 0,13/3 = 0,04
6.
Paspalum conjugatum
KM = 2
KN = 21/116 = 0,18
DM = 10
DN = 30/116 = 0,13
FM = 1
FN = 1/15 = 0,07
NP = 0,18+ 0,13 +0,07 = 0,38
SDR = 0,38/3 = 0,13
7.
Ageratum conyzoides
KM = 12
KN = 12/116 = 0,10
DM = 20
DN = 20/116 = 0,09
FM = 1
FN = 1/15 = 0,07
NP = 0,10 + 0,09 +0,07 = 0,26
SDR = 0,26/3 = 0,09
8.
Lantana camara
KM = 7
KN = 7/116 = 0,06
DM = 25
DN = 25/116 = 0,11
FM = 2
FN = 2/15 = 0,13
NP = 0,06 + 0,11 +0,13 = 0,30
SDR = 0,30/3 = 0,10
9.
LCC
(Kacng-Kacangan)
KM = 3
KN = 3/116 = 0,03
DM = 15
DN = 15/116 = 0,06
FM = 1
FN = 1/15 = 0,07
NP = 0,03 + 0,06 +0,07 = 0,16
SDR = 0,16/3 = 0,05
10.
Imperata cylindrica
KM = 2
KN = 2/116 = 0,02
DM = 5
DN = 5/116 = 0,02
FM = 1
FN = 1/15 = 0,07
NP = 0,02 + 0,02+0,07 = 0,11
SDR = 0,11/3 = 0,0,04
11. Cyperus
rotundus
KM = 15
KN = 15/116 = 0,13
DM = 5
DN = 5/116 = 0,02
FM = 1
FN = 1/15 = 0,07
NP = 0,13 + 0,02 +0,07 = 0,26
SDR = 0,26/3 = 0,09
12. Calopogonium
sp.
KM = 17
KN = 17/116 = 0,15
DM = 26
DN = 26/116 = 0,11
FM = 1
FN = 1/15 = 0,07
NP = 0,15 + 0,11 +0,07 = 0,33
SDR = 0,33/3 = 0,11
Post a Comment