PENGENALAN HAMA PADA TANAMAN PANGAN
DAN GEJALANYA
(Laporan Praktikum Pengendalian Hama Tumbuhan)
Oleh
Triono
1214121220
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tanaman pangan adalah tanaman yang mampu
menghasilkan bahan sebagai sumber energi untuk menompang kehidupan atau segala jenis
tanaman yang dapat menghasilkan karbohidrat dan protein.Tamaman pangan sendiri
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis seperti Serealia contohnya padi,
Biji-bijian contohnya kedelai dan jagung, Umbi-umbian contohnya seperti Ganyong
dan Ubi jalar. Tanaman pangan ini banyak terserang hama bahkan seluruh tubuhnya
sangat kemungkinan terjadi serangan hama, dari akar, batang, daun, dan buah.
Sedangkan hama itu sendiri
merupakan binatang perusak tanaman budi daya yang berguna
untuk kesejahteraan manusia. Akibat serangan hama produktivitas tanaman
menjadi menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya, bahkan tidak jarang terjadi
kegagalan panen.
Oleh karna itu perlu dilakukannya
praktikum pengenalan hama pada tanaman pangan dan gejalanya untuk mengetahui cara
pengendaliannya guna meningkatkan hasil produksi tanaman pangan yang sangat
dibutuhkan oleh manusia sebagai sumber bahan pangan.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini
adalah untuk mempelajari dan mengetahui beberapa jenis hama yang menyerang
tanaman pangan beserta gejalanya.
II. METODOLOGI
A.
Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
ini antara lain alat tulis, kamera dan sampel tanaman akibat diserang hama/
hama yang menyerang tanaman pangan, spesimennya antara lain daun kedelai,
padi,kepik, ulat grayak, daun jagung, pucuk daun singkong, ganyong dan daun
umbi rambat.
B.
Prosedur Kerja.
Adapun prosedur kerja dari praktikum pengenalan hama
pada tanaman pangan dan gejalanya adalah sebagai berikut:
1.
Siapkan alat dan bahan yang digunakan
seperti sampel tanaman yang diserang/ hama yang menyerang tanaman pangan.
2.
Gambar sampel tanaman pangan dan hama
yang menyerang .
3.
Amati gejala yang tampak pada daun dan
hamanya yang menyerang, tipe mulut hama
yang menyerang, dan kerusakan yang ditimbulkan.
4.
Kemudian setelah itu di gambar sampel tumbuhan
yang terserang maupun hamanya.
5.
di foto seluruhnya untuk dijadikan hasil
praktikum dalam laporan akhir.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Praktikum
Adapun hasil dari praktikum pengenalan hama
tanaman pangan dan gejalanya
antara lain sebagai berikut:
NO
|
FOTO
|
GAMBAR HAMA
|
KETERANGAN
|
1
|
|
Banyak
Terdapat kutu dompolan di ranting daun berwarna putih.
|
|
2
|
Bulir padi
yang tidak mingisi karnaa terserang penggerek batang padi
|
||
3
|
|
Ulat
Grayak pada daun padi
|
|
4
|
Penggerek
batang padi
|
5
|
|
Daun
jagung terserang oleh hama kutu pangkal daun jagung busuk.
|
|
6
|
Daun singkong
terdapat kutu dompolan di ranting daun berwarna putih
|
||
7
|
Umbi
mengalami boleng karna terserang penggerek umbi.
|
||
Daun umbi
jalar yang terserang penggerek umbi.
|
|||
8
|
|
Daun ganyong
yang terserang hama belalang tampak daun bekas gigitan dari tepi ke tengah
tulang daun.
|
B. Pembahasan
a.
Kutu
Dompolan pada daun kedelai
Ciri-ciri: Aphis sering disebut kutu daun, bewarna hijau atau hijau kekuningan, berukuran 0,8 mm, serangga dewasa dapat bersayap, berkembangbiak secara pertenogenesis (tanpa kawin dulu) dengan siklus hidup 6 hari, kotorannya mengandung gula, sehingga seringkali mengundang semut. Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan polong. Gejala serangan: sering merusak pucuk daun muda, kadang menjadi keriting dan mengkerut.
Pengendalian: (1) tanam
serentak tidak lebih dari 10 hari; (2) Pergiliran tanaman bukan inang, (3)
Penggunaan agens hayati Entomophtora sp yang serangannya dapat mecapai 100%.Selain kutu
kedelai juga terserang oleh penggerek polong. Ulat penggerek polong (Ettiella
zinchenella) Ciri-ciri: Ulat penggerek polong berupa ngengat berwarna kuning
keabu-abuan, berukuran 1,7-2,5 cm, aktif pada malam hari dan sangat menyukai
cahaya, ngengat betina dapat bertelur 73-204 butir. Telur diletakkan pada bagian
bawah kelopak bunga dan polong kedelai, bentuknya lonjong, dengan ukuran 0,6
mm. Telur muda berwarna putih mengkilap dan setelah tua menjadi jingga
berbintik-binitk merah, lama telur menetas 3-4 hari. Ulat yang menetas bergerak
menuju polong, kemudian bersembunyi diliputi benang pintal putih, setelah
menggerek polong, ulat memakan biji kedelai. Ulat berwarna hijau kekuningan
sampai merah muda dengan bagian punggung bergaris hitam. Pupa berada
dalam tanah (kedalaman 2-3 cm), berwarna coklat, bentuknya bulat lonjong dan
berukuran 1,5 cm.
Gejala serangan: ulat menggerek polong kedelai
kemudian hidup dalam polong dan memakan biji kedelai yang masih utuh. Ulat
menyebabkab kerusakan pada polong muda dan tua. Ulat juga sering merusak bunga,
yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan pembentukan buah atau polong.
Kerusakan polong muda mengakibatkan biji kedelai tidak berkembang dan polong
rontok; pada tingkat serangan tinggi, kerugian hasil mencapai > 90%.
Pengendalian : (1) tanam serempak tidak lebih dari 10
hari; (2) pergiliran tanaman bukan inang; (3) pemasangan lampu perangkap; (4)
penggunaan insektisida Atabron 50 EC, Bassa 500 EC, Buldok 25 EC, Cymbush 50
EC, Dimacide 40 EC, Dimilin 25 WP dengan ambang kendali intensitas kerusakan
polong >2 % atau terdapat 2 ekor ulat pertanaman saat umur >45 hari.
Yulia TS (PP Madya)
b. Penggerek
batang padi
Klasifikasi Penggerek Batang
Padi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Noctuidae
Genus : Sesamia
Species : S. Inferens
Di Indonesia Penggerek
batang padi atau dikenal dengan Sundep yang merupakan hama menyerang tanaman padi sebelum berbunga (fase vegetatif)
terutama pada daun yang masih muda. Padi yang terkena sundep menunjukkan gejala
yaitu daunnya berwarna kuning dimana semakin berat serangannya maka warna
kuning pada daun akan semakin merata. Selain itu pucuk batang yang digerek
menjadi kering sehingga mudah dicabut. Bila pucuk tersebut dicabut maka akan
terlihat bekas gerekan dan kadang-kadang larva masih terdapat pada pangkal
batang.
Hama yang menyebabkan gejala sundep ialah Sesamia
inferens. Sesamia inferens tersebut merusak dengan cara
meletakan telurnya pada pelepah daun bagian dalam. Setelah telur menetas maka
larva-larva tersebut mulai memakan pelepah daun, kemudian menggerek masuk
kedalam batang. Selanjutnya memakan batang bagian dalam sehingga jaringan
pembuluh batang terpotong. Hal ini menyebabkan terputusnya pasokan hara dari
dalam tanah sebagai bahan untuk fotosintesis. Daun yang berwarna kuning tersebut
sebagai akibat karena kurangnya pasokan hara.
Tindakan pengendalian hama
sundep jika
masih berada dibawah ambang ekonomi yaitu 10% / m2. Bila tingkat kerusakannya
lebih dari 10% / m2 maka diperlukan tindakan pengendalian dengan menggunakan
insektisida dan musuh alaminya seperti tabuhan parasit jenis Platytelenomus,
ulatnya diserang tabuhan Braconiol, pupanya diserang tabuhan parasit Tetrastichus
Israeli dan jenis nematoda Meoaplectana carpocapsae.
c.
Penggerek tongkol jagung
Selain pengerek
daun jagung, tanaman jagung juga terserang kutu pada pangkal daun Kutu
daun menyerang dengan cara menisap cairan tanaman di daun. Tanaman yang
terserang, daunnya akan berwarna kuning, mengering dan mati.
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Crambidae
Upafamili : Pyraustinae
Genus : Ostrinia
Spesies :
O.furnacalis
Larva yang baru menetas berwarna putih kekuningan,
makan berpindah-pindah. Larva muda memakan ujung bunga jantan/malai, dan
setelah instar lanjut akan menggerek batang jagung. Gejala serangan hama ini
berupa lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga jantan atau
pangkal tongkol sehingga batang dan tassel mudah patah.
Hama penggerek batang pada tanaman jagung manis dapat dikendalikan melalui pengendalian dengan kultur teknis, penggunaan insektisida kimiawi, pengendalian dengan menggunakan insektisida harus dilakukan secara hati-hati.
Hama penggerek batang pada tanaman jagung manis dapat dikendalikan melalui pengendalian dengan kultur teknis, penggunaan insektisida kimiawi, pengendalian dengan menggunakan insektisida harus dilakukan secara hati-hati.
Selain spesies Ostrinia furnacalis,
terdapat spesies lain walaupun jarang dilaporkan, yaitu spesies Heliceovrpa
armigera. Serangga ini meletakkan telur pada rambut jagung. Setelah
menetas larva masuk ke dalam tongkol jagung dan memakan biji jagung yang sedang
berkembang.
Untuk mengendalikannya, dilakukan dengan
penyemprotan insektisida DECIS pada tongkol jagung setelah terbentuk rambut
jagung dengan selang dua hari sampai rambut jagung berwarna coklat.
d.
Ulat Grayak Pada Padi
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Subfamili : Amphipyrinae
Genus : Spodoptera
Spesies : Spodoptera litura F
Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (1994), instar pertama tubuh larva berwarna hijau kuning, panjang 2,00 sampai 2,74 mm dan tubuh berbulu-bulu halus, kepala berwarna hitam dengan lebar 0,2-0,3 mm. Instar kedua, tubuh berwarna hijau dengan panjang 3,75-10,00 mm, bulu-bulunya tidak terlihat lagi dan pada ruas abdomen pertama terdapat garis hitam meningkat pada bagian dorsal terdapat garis putih memanjang dari toraks hingga ujung abdomen, pada toraks terdapat empat buah titik yang berbaris dua-dua. Larva instar ketiga memiliki panjang tubuh 8,0 – 15,0 mm dengan lebar kepala 0,5 – 0,6 mm. Pada bagian kiri dan kanan abdomen terdapat garis zig-zag berwarna putih dan bulatan hitam sepanjang tubuh. Instar keempat , kelima dan keenam agak sulit dibedakan. Untuk panjang tubuh instar ke empat 13-20 mm, instar kelima 25-35 mm dan instar ke enam 35-50 mm. Mulai instar keempat warna bervariasi yaitu hitam, hijau, keputihan, hijau kekuningan atau hijau keunguan.Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklat-coklatan.Ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon) berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm. Imago berupa ngengat dengan warna hitam kecoklatan. Pada sayap depan ditemukan spot-spot berwarna hitam dengan strip-strip putih dan kuning. Sayap belakang biasanya berwarna putih, (Ardiansyah, 2007).
Gejala Serangan Larva yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas/transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja dan ulat yang besar memakan tulang daun dan buahnya. Gejala serangan pada daun rusak tidak beraturan, bahkan kadang-kadang hama ini juga memakan tunas dan bunga. Pada serangan berat menyebabkan gundulnya daun. Serangan berat umumnya terjadi pada musim kemarau.
Pengendalian Serangan dapat dikendalikan
dengan beberapaa cara seperti:
1. Musuh Alami
Beberapa musuh alami yang menyerang ulat ini yaitu Apenteles sp. Telenomeus sp, Brachymeria sp, Charops longiventris, Chelonus sp, Euplecectrus platyphenae, Microplitis manilae, Nythobia sp, Tachinidae, Podomya setosa dan Harpactor sp (Sudarmo, 1987).
Beberapa musuh alami yang menyerang ulat ini yaitu Apenteles sp. Telenomeus sp, Brachymeria sp, Charops longiventris, Chelonus sp, Euplecectrus platyphenae, Microplitis manilae, Nythobia sp, Tachinidae, Podomya setosa dan Harpactor sp (Sudarmo, 1987).
2. Agen
hayati yang berperan penting sebagai pengendali hama secara alamiah adalah
Nucleopolyhedrovirus (NPV) yang merupakan agensi hayati ulat grayak. ). Virus
ini memiliki sifat yang menguntungkan, antara lain :
• memiliki inang spesifik dalam genus/famili yang sama, sehingga aman terhadap organisme bukan sasaran.
• tidak mempengaruhi parasitoid, predator dan serangga berguna lainnya.
• dapat mengatasi masalah resistensi ulat grayak terhadap insektisida kimia.
• kompatibel dengan insektisida kimiawi yang tidak bersifat basa kuat.
• memiliki inang spesifik dalam genus/famili yang sama, sehingga aman terhadap organisme bukan sasaran.
• tidak mempengaruhi parasitoid, predator dan serangga berguna lainnya.
• dapat mengatasi masalah resistensi ulat grayak terhadap insektisida kimia.
• kompatibel dengan insektisida kimiawi yang tidak bersifat basa kuat.
3. Pestisida nabati, dapat berfungsi sebagai
penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya (Dinas
Pertanian dan Kehutanan, 2007).
e.
Kepik Physomerus
grossipes
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthro poda
Class : Insecta
Ordo :
Hemiptera
Sub Ordo : Heteroptera
Fammili : Coreidae
Spesies : P. Grossipes
Kepik ini menyerupai walang sangit.
Panjang lebih dari 19-22 mm dan bergariis merah tua. Warna telurnya coklat tua
mengilap dengan garis tengah sekitar 1,5 mm. Telur diletakan berderet dengan
jumlah sekitar 60-100 butir. Daun yang sekitar diserang banyak lubang jika
batang yang terserang tanamaan bisa mati.
memiliki
antena pendek. Mereka
seragam coklat gelap, dan memiliki bau yang
tidak menyenangkan. Nimfa yang
awalnya merah, tapi menjadi coklat gelap dengan
bintik-bintik kemerahan pada kepala
dan sisi perut.
Pengendalian hama ini bisa
menggunakan Diazinon dan Basudin pengendalian kepik ini juga bisa dilakukan
dengan pengendalian biologis menggunakan Sebuah
tawon milik keluarga Eulophidae menyerang telur.
Parasitisme di lapangan mencapai setinggi 49%.
Hanya satu parasit muncul dari setiap telur. Spesies semut Unidentified memangsa nimfa instar
pertama.
f. Kutu
Dompolan Planococcus citri
Klasifikasi
Gejala
Kutu menyerang tangkai dan pangkal buah, meninggalkan bekas berwarna kuning
kemudian kering sehingga banyak buah yang gugur. Pada bagian yang terserang
tampak dipenuhi oleh kutu-kutu putih seperti kapas. Kerugian yang ditimbulkan
adalah pertumbuhan yang terhambat,
produksi menurun karena buah rontok.
Bioekologi
Kutu dewasa berbentuk oval, datar, berwarna kuning kecoklatan, kuning muda atau
kuning tua, panjang 3-4 mm, lebar 1,5-2
mm. Badan serangga lunak ditutupi lapisan lilin. Di sepanjang tepi badan kutu terdapat duri-duri dari bahan
semacam lilin yang jumlahnya 14-18 pasang. Seekor betina mampu bertelur 300 butir, diletakkan
pada bagian tanaman dan berlangsung antara 2-17 hari. Populasi kutu dompolan
meningkat pada musim kemarau, terutama bila kelembaban nisbi pada siang hari
dibawah 75%. Larva dari telur-telur yang menetas berwarna kuning pucat, hijau
atau merah tua tergantung stadiumnya, bergerak meninggalkan induknya dan
mencari tempat di bagian tanaman lain. Kutu ini menyukai tempat yang agak teduh
tetapi tidak terlalu lembab, mudah tersebar oleh angin dan hujan. Kutu yang
menyerang mengeluarkan embun madu yang
mendatangkan jamur jelaga sehingga fotosintesa terhambat. Kutu dompolan isi
sangat menyukai buah jeruk yang masih muda dan dapat pula menyerang
pucuk-pucuk. Populasi akan meningkat di musim kemarau dan akan menurun pada
musim hujan. Oleh karena itu periode tersebut merupakan fase kritis dan perlu
dilakukan pemantauan.
Pengendalian
Populasi kutu di alam dikendalikan oleh keberadaan musuh alami seperti predator
Scymnus apiciflavus, S. roepkei, Brumus suturalis, Coccinella
repanda, Coccodiplosis smithi dan parasit Anagrus greeni, dan Leptomastix
trilongifasciatus. Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan mengatur kepadatan tajuk tanaman agar
tidak terlalu rimbun dan saling menaungi sehingga cahaya matahari bisa masuk ke
dalam tajuk dan mencegah berpindahnya kutu. Pengendalian secara kimia dengan
insektisida selektif.
g. Hama
Boleng Cylas Formi Corius
Klasifikasi :
Kingdom :
Animalia
Filum :
Arthropoda
Kelas :
Insecta
Ordo :
Coleoptera
Famili :
Curculionidae
Genus :
Cylas
Spesies :
Cylas formicarius
Gejala serangan: Serangga ini banyak merusak umbi ubi
jalar dengan cara masuk dalam umbi dan memakan bagian kulitnya. Umbi yang telah
diserangnya akan timbul bau yang tidak enak. Walaupun serangannya hanya
sedikit, rasa umbi yang sudah terserang tidak enak lagi. Kadang serangan hama
ini juga diikuti oleh serangan ulat Omphisa
anastomosalis Gn., yang juga mengebor masuk ke dalam umbi. Warna ulatnya
ungu muda atau kekuningan.
Serangga ini memakan pada waktu malam. Selain memakan daun dan tangkai,
biasanya kumbang ini juga suka memakan umbi dengan cara mengebor sedalam 1-2
cm. Telurnya diletakkan dalam batang atau umbi yang ditutup dengan sisa
makanan. Setelah menetas, larvanya langsung dapat memakan umbi ditempat
menetasnya. Kumbang ini bisa hidup selama 3 bulan. Setiap harinya kumbang bisa
bertelur 2 butir dan jumlahnya bisa mencapai 200 butir. Serangan hama ini bisa
menimbulkan kerusakan sampai 50%, terutama jika disertai serangan ulat Omphisa anastomosalis. Serangan hama ini
bisa berlanjut terus sampai umbi disimpan sebab larva dan kumbangnya sudah
berada dalam umbi. Larvanya bisa menjadi pupa di dalam umbi atau di dalam
tanah. Panjang pupanya lebih kurang 6-7 mm.
Daur hidup hama ini dari telur sampai dewasa 6-7 minggu. Telurnya menetas
dalam 1 minggu. Masa larvanya lebih kurang 2-4 minggu atau lebih. Pada waktu
musim kering masa larvanya lebih pendek dan kumbang dewasanya lebih aktif dan
berlembang lebih cepat. Lama masa pupanya sekitar 1 minggu. Pada waktu musim
hujan aktivitasnya menurun.
Berbagai cara
pengendalian telah dilakukan untuk mengendalikan C. formicarius antara
lain penggunaan klon tahan, sanitasi, rotasi tanaman, pembumbunan, ketepatan
waktu panen. Pengendalian dengan insektisida insektisida tidak efektif karena
hama ini makan dan berkembang dalam umbi, di samping itu penggunaan insektisida
secara terus menerus akan mengakibatkan efek samping yang berbahaya, sehingga
perlu di cari alternatif pengendalian lain, salah satu cara yang dilakukan
adalah pengguaan patogen. Jamur Beauveria bassiana (Bals) Vuilemin
adalah salah satu jamur ento-mopatogen yang banyak digunakan untuk
mengen-dalikan berbagai jenis hama. Jamur ini mempunyai kisaran inang yang luas
dan mampu menginfeksi hama pada berbagai umur dan stadia perkembangan serta
menimbulkan epizootic alami (Ferron, 1981). Tidak semua B. bassiana dapat
membunuh semua jenis hama tetapi ada strain-strain tertentu yang virulen
terhadap jenis hama tertentu. Variasi virulensi jamur B. bassiana dipengaruhi
oleh beberapa faktor, faktor dalam yaitu asal isolat maupun faktor luar seperti
macam medium untuk perbanyakan jamur, teknik perbanyakan dan faktor lingkungan
(Sudarmadji, 1997). Penggunaan B. bassiana terhadap C. formicarius pada
umbi ubi jalar belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan pato-genisitas enam isolat jamur B. bassiana yang
diuji pada imago C. formicarius.
h. Daun
Ganyong
Ganyong merupakan
tumbuhan umbi-umbian ganyong ini terdapat bekas gigitan yang disebabkan oleh
belalang.
Klasifikasi
Filum : Arthopoda
Kelas : Hexapoda
Ordo :
Lepidoptera
Famili : Acrididae
Genus : Valanga
Spesies: Valanga nigricornis
Belalang merupakan
serangga herbivora, serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih
pendek dari tubuhnya dan memiliki ovipositor pendek. Suara yang dihasilkan oleh
beberapa spesies belalang biasanya dengan menggosokkan femur belakangnya
terhadap sayap depan atau abdomen ( disebut stridulasi ). Femur belakangnya
umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat, belalangn memiliki dua
pasang kaki, sayap lurus.
Gejala yang
disebabkan oleh hama pemakan menyebabkan daun menjadi robek atau bolong, daun
tidak utuh, hama menyerang dengan cara memakan dan mengunyah dengan jenis mulut
brgerigi, daun yang terserang hama
pemakan ini hampir sebagian telah habis termakan oleh hama jika belalang
menyerang daun bagian tepi menuju tengah daun atau tulang daun.
Pengendalian
belalang ini ada beberapa cara antara lain sebagai berikut:
Pengendalian
Hayati
Agens hayati M. anisopliae var. acridium, B. bassiana, Enthomophaga sp.dan Nosuma locustae di beberapa negara terbukti dapat digunakan padasaat populasi belum meningkat.
Pola Tanam
Di daerah pengembangan tanaman pangan yang menjadi ancaman hama belalang kembara perlu dipertimbangkan pola tanam dengan tanaman alternatif yang tidak atau kurang disukai belalang dengan sistem tumpang sari atau diversifikasi.Pada areal yang sudah terserang belalang dan musim tanam belum terlambat, diupayakan segera pena naman kembali dengan tanaman yang tidak disukai belalang seperti, kedelai, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, kacang panjang, tomat, atau tanaman yang kurang disukai belalang seperti kacang tanah, petsai, kubis, dan sawi.
Mekanis
Melakukan gerakan masal sesuai stadia populasi:Stadia telur. Untuk mengetahui lokasi telur maka dilakukan pemantauan lokasi dan waktu hinggap kelompok belalang dewasa secara intensif. Pada areal atau lokasi bekas serangan yang diketahui terdapat populasi telur,
dilakukan pengumpulan kelompok telur melalui pengolahan tanah sedalam 10 cm, kelompok telur diambil dan dimusnahkan, kemudian lahan segera ditanami kembali dengan tanaman yang tidak disukai belalang.
Stadia nimfa. Setelah dua minggu sejak hinggapnya kelompok belalang kembara mulai dilakukan pemantauan terhadap kemungkinan adanya nimfa. Nimfa dikendalikan dengan cara memukul, menjaring, membakar atau menggunakan perangkap lainnya. Menghalau nimfa ke suatu tempat yang sudah disiapkan di tempat terbuka untuk kemudian dimatikan. Nimfa yang sudah ada di tempat terbuka apabila memungkinkan juga dapat dilakukan pembakaran namun harus hati-hati agar api tidak merembet ke
tempat lain. Pengendalian nimfa berperan penting dalam menekan perkembangan belalang.
Kimiawi
Dalam keadaan populasi tinggi, perlu segera diupayakan penurunan populasi. Apabila cara-cara lain sudah ditempuh tetapi populasi masih tetap tinggi maka insektisida yang efektif dan diijinkan dapat diaplikasikan.
Jenis insektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan belalang adalah jenis yang berbahan aktif organofosfat seperti fenitrothion.
Agens hayati M. anisopliae var. acridium, B. bassiana, Enthomophaga sp.dan Nosuma locustae di beberapa negara terbukti dapat digunakan padasaat populasi belum meningkat.
Pola Tanam
Di daerah pengembangan tanaman pangan yang menjadi ancaman hama belalang kembara perlu dipertimbangkan pola tanam dengan tanaman alternatif yang tidak atau kurang disukai belalang dengan sistem tumpang sari atau diversifikasi.Pada areal yang sudah terserang belalang dan musim tanam belum terlambat, diupayakan segera pena naman kembali dengan tanaman yang tidak disukai belalang seperti, kedelai, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, kacang panjang, tomat, atau tanaman yang kurang disukai belalang seperti kacang tanah, petsai, kubis, dan sawi.
Mekanis
Melakukan gerakan masal sesuai stadia populasi:Stadia telur. Untuk mengetahui lokasi telur maka dilakukan pemantauan lokasi dan waktu hinggap kelompok belalang dewasa secara intensif. Pada areal atau lokasi bekas serangan yang diketahui terdapat populasi telur,
dilakukan pengumpulan kelompok telur melalui pengolahan tanah sedalam 10 cm, kelompok telur diambil dan dimusnahkan, kemudian lahan segera ditanami kembali dengan tanaman yang tidak disukai belalang.
Stadia nimfa. Setelah dua minggu sejak hinggapnya kelompok belalang kembara mulai dilakukan pemantauan terhadap kemungkinan adanya nimfa. Nimfa dikendalikan dengan cara memukul, menjaring, membakar atau menggunakan perangkap lainnya. Menghalau nimfa ke suatu tempat yang sudah disiapkan di tempat terbuka untuk kemudian dimatikan. Nimfa yang sudah ada di tempat terbuka apabila memungkinkan juga dapat dilakukan pembakaran namun harus hati-hati agar api tidak merembet ke
tempat lain. Pengendalian nimfa berperan penting dalam menekan perkembangan belalang.
Kimiawi
Dalam keadaan populasi tinggi, perlu segera diupayakan penurunan populasi. Apabila cara-cara lain sudah ditempuh tetapi populasi masih tetap tinggi maka insektisida yang efektif dan diijinkan dapat diaplikasikan.
Jenis insektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan belalang adalah jenis yang berbahan aktif organofosfat seperti fenitrothion.
IV.
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan diatas kita
dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1.
Hama yang menyerang tanaman pangan
sebagian besar berordo Lepidoptera dan hemiptera.
2.
Banyak cara untuk mengendalikan hama
tanaman pangan secara biologi, kimia, mekanik, musuh alami dll.
3.
Gejala serangan hama pada tanaman pangan
menimbulkan bekas gigitan, bercak, kering,busuk, boleng bahkan kematian pada
tanaman.
4.
Tanaman yang rentan terhadap hama
merupakan tanaman padi dari tumbuh sampai panen bahkan dalam penyimpananpun
dapat terserang hama.
5.
Dari praktikum mahasiswa dapat
mengetahui gejala dan hama yang menyerang tanaman, sehingga mahasiswa dapat
melakukan pengendalian yang sesuai.
DAFTAR
PUSTAKA
Denialfiyan.2011.
Hama dan penyakit
pada tanaman . http:
// denialfian. blogspot. com/2011/03/hama-dan-penyakit-pada-tanaman.
Diakses pada tanggal 26
Maret 2014 pukul 20.05 WIB.
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. 2013. Pengendalian Hama Penggerek Batang Pada Jagung Manis.http://www.litbang.deptan.go.id/
berita/one/1500/.
Diakses pada tanggal 26 Maret 2014 pukul 20.05 WIB.
Pusat Penyuluhan
Pertanian.2008.Pengendalian Hama Kutu Daun, Kumbang daun dan Ulat penggerek
polong pada tanaman kedelai.http://cybex.deptan.go.id/
penyuluhan/pengendalian-hama-kutu-daun-kumbang-daun-dan-ulat-penggerek-polong-pada-tanaman-kedelai. Diakses pada tanggal 27 Maret 2014 pukul 20.30 WIB.
Wardani,wahyu.2012.
Organisme pengganggu tanaman.http://laporan-wahyu-wardani.blogspot.com/. Diakses
pada tanggal 26 Maret 2014 pukul 09.30 WIB.
Yulia Tri.2013. Pengelolaan Hama
Belalang dan Pengendaliannya
.http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/pengelolaan-hama-belalang-dan
pengendaliannya. Diakses pada tanggal 26 Maret 2014 pukul 09.00 WIB.
LAMPIRAN
Post a Comment