PENGENALAN
INSEKTISIDA
(Laporan Komulatif Pratikum
Bioekologi Hama Tumbuhan)
Oleh:
Kelompok 9
Santia Putri 1214121201
Sidarlin 1214121205
Yongky Lavia Foda 1214121234
Yuana Ariyanti 1214121236
Yuni Dzulhia 1214121237
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2013
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam
menangani OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) saat ini petani sering menggunakan
pestisida. Pestisida adalah substansi
kimia atau bahan lain serta jasad renik yang digunakan untuk mengendalikan
berbagai OPT. Yang dimaksud hama disini sangat luas, yaitu serangga, tungau,
tumbuhan pengganggu, penyakita tanaman yang disebabkan oleh jamur (fungi), bakteria
dan virus, kemudian nematoda, siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap
merugikan. Pestisida digolongkan berdasarkan organisme sasarannya, misalnya
insektisida, rodentisida, fungisida, nematisisda, bakterisida, dan lain-lain.
Insektisida
adalah salah satu jenis pestisida yang dignakan untuk membunuh atau
mengendalikan hama seerangga. Insektisida mencakup bahan-bahan beracun sehingga
perlu berhati-hati dalam penggunaannya. Oleh karena itu, insektisida dalam
bentuk ternis perlu diformulasikan terlebih dahulu sebelum diapikasikan pada
lahan pertanian. Insektisida dapat dikelompokkan kembali berdasarkan bahan
aktif, sumber bahan, formulasi, pengaruh dan cara kerjanya. Oleh karena itu
dilakukan praktikum pengenalan insektisida kali ini agar mahasiswa dapat
mengetahui berbagai jenis insektisida dan masing-masing sifat serta maknanya.
1.2.
Tujuan
Praktikum
Adapun
tujuan dilakukannya praktikum kali ini ialah untuk memberikan pengenaln kepada
praktikan tentang jenis-jenis insektisida yang meliputi insektisida kimia,
insektisida mikroba dan insektisida botani serta cara kerja masing-masing jenis
insektisida.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pestisida adalah semua bahan racun yang digunakan
untuk membunuh organisme hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya
yang dibudidayakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Menurut PP No. 7 tahun
1973, yang dimaksud pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad
renik dan virus yang dipergunakan untuk :
·
Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit
yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.
·
Memberantas rerumputan atau tanaman pengganggu/gulma.
·
Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak
diinginkan.
·
Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman, tidak termasuk pupuk.
·
Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada
hewan-hewan peliharaan dan ternak.
·
Memberantas atau mencegah hama-hama air.
·
Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan
jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan.
·
Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan
penggunaan pada tanaman, tanah dan air (Nawas, 2013).
Ditinjau dari jenis organisme yang menjadi
sasaran penggunaan pestisida dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara
lain:
·
Akarisida, berasal dari kata akari, yang dalam bahasa
Yunani berarti tungau atau kutu. Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu.
·
Algasida, berasal dari kata alga, bahasa latinnya
berarti ganggang laut, berfungsi untuk membunuh alge.
·
Alvisida, berasal dari kata avis, bahasa latinnya
berarti burung, fungsinya sebagai pembunuh atau penolak burung.
·
Bakterisida, Berasal dari katya latin bacterium, atau
kata Yunani bakron, berfungsi untuk membunuh bakteri.
·
Fungsida, berasal dari kata latin fungus, atau kata
Yunani spongos yang artinya jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau
cendawan.
·
Herbisida, berasal dari kata lain herba, artinya
tanaman setahun, berfungsi untuk membunuh gulma.
·
Insektisida, berasal dari kata latin insectum, artinya
potongan, keratan segmen tubuh, berfungsi untuk membunuh serangga.
·
Molluskisida, berasal dari kata Yunani molluscus,
artinya berselubung tipis atau lembek, berfungsi untuk membunuh siput.
·
Nematisida, berasal dari kata latin nematoda, atau
bahasa Yunani nema berarti benang, berfungsi untuk membunuh nematoda.
·
Ovisida, berasal dari kata latin ovum berarti telur,
berfungsi untuk merusak telur. Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis,
berarti kutu, tuma, berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.
·
Piscisida, berasal dari kata Yunani Piscis, berarti
ikan, berfungsi untuk membunuh ikan.
·
Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodere, berarti
pengerat berfungsi untuk membunuh binatang pengerat.
·
Termisida, berasal dari kata Yunani termes, artinya
serangga pelubang kayu berfungsi untuk membunuh rayap (Nawas, 2013).
Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama
tanaman. Dalam konsep Pengendalian Terpadu Hama, pestisida berperan sebagai
salah satu komponen pengendalian. Prinsip penggunaannya adalah:
1. Harus
kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti komponen hayati
2. Efisien
untuk mengendalikan hama tertentu
3. Meninggalkan
residu dalam waktu yang tidak diperlukan
4. Tidak
boleh persistent, jadi harus mudah terurai
5. Dalam
perdagangan (transport, penyimpanan, pengepakan, labeling) harus memenuhi
persyaratan keamanan yang maksimum
6. Harus
tersedia antidote untuk pestisida tersebut
7. Sejauh
mungkin harus aman bagi lingkungan fisik dan biota
8. Relatif
aman bagi pemakai (LD50 dermal dan oral relatif tinggi)
9. Harga
terjangkau bagi petani (Saputra, 2012).
III.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
3.1.
Hasil Pengamatan
Dari
pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan data sebagai berikut:
No.
|
Nama Dagang
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
Pestisida Nabati
|
|
Bahan
aktif:
Ekstrak
sirsak, jeringau, gadung racun.
Kode
formulasi:
EC
(Emulsion concentrate)
Deskripsi:
Untuk
mengendalikan hama tanaman pangan dan hortikultura. Contoh hama sasaran ialah
wereng coklat pada tanaman padi. Dosis yang biasa digunakan adalah 1L/15L
air.
|
2
|
Decis 2,5 EC
|
|
Bahan
aktif:
Deltamerin
25 g/L
Kode
formulasi:
EC
(Emulsion concentrate)
Deskripsi:
Insektisida
racun kontak untuk mengendalikan hama tanaman pangan seperti ulat api pada
tanaman kelapa sawit. Dosis yang digunakan ialah 0,25-0,30 L/ha dengan volume
semprot yang sama.
|
3
|
Marshal 25 ST
|
|
Bahan
aktif:
Karbosulfan
25,53 %
Kode
formulasi:
ST
Deskripsi:
Insektisida
karbamat yang bekerja sebagai racun lambung dan kontak untuk hama lalat bibit
pada tanaman padi gogo dengan dosis penggunaan 20 g pada1 kg benih.
|
4
|
Proclaim 5 SG
|
|
Bahan
aktif:
Emamektin
benzoat 5%
Kode
formulasi:
GR
(Granular) / Butiran
Deskripsi:
Insektisia
bersifat racun perut untuk mengendalikan hama pada tanaman hortikultura
seperti tomat. Dosis pengaplikasian ialah sebanyak 1-2 g/ 10L air.
|
5
|
Trigard 75 WP
|
|
Bahan
aktif:
Siromazin
75%
Kode
formulasi:
WP
(Wettable Powder)
Deskripsi:
Insektisida
untuk menghambat pertumbuhan serangga seperti penggorok daun kentang Liriomyza spp. Dengan dosis 0,15-0,30
g/L dan volume semprot 500 L/ha.
|
6
|
Matador 25 EC
|
|
Bahan
aktif:
Lamda
sihalotrin 25 G/L
Kode
formulasi:
EC
(Emulsion concentrate)
Deskripsi:
Untuk
mengendalikan hama tanaman hortikultura seperti bawang merah, bawang putih,
tomat, cabai, dsb. Dengan dosis 25 g/L.
|
7
|
Sevin 43 FW
|
|
Bahan
aktif:
Karbaril
43%
Kode
formulasi:
EC
(Emulsion concentrate)
Deskripsi:
Insektisisda
berbentuk larutan kental untuk mengendalikan hama belalang kembara pada
jagung. Dosis pengaplikasian ialah sebanyak 6 tutup botol/ tangki semprot
15L.
|
8
|
Arrivo 30 EC
|
|
Bahan
aktif:
Sipermetrin
30g/L
Kode
formulasi:
EC
(Emulsion concentrate)
Deskripsi:
Insektisida
berbentuk larutan kental untuk mengendalikan hama tanaman hortikultura. Misal
ulat grayak ada tanaman bawang merah dengan dosis 1-2Ml dan volume semprot
sebanyak 400-600 L/ha.
|
9
|
Backtospeine WP
|
|
Bahan
aktif:
Bacillus
thuringiensis, Berliner serotype H.14 16.000 I.U/mg
Kode
formulasi:
WP
(Wettable Powder)
Deskripsi:
Untuk
mengendalikan hama kelapa sawit yaitu ulat api dan ulat perusak daun pada
kubis. Dosis yang digunakan ialah 1g/L dan volume semprotnya ialah
300-600L/ha.
|
10
|
Larvin 375 AS
|
|
Bahan
aktif:
Tiodikarb
384,83 g/L
Kode
formulasi:
EC
(Emulsion concentrate)
Deskripsi:
Untuk
mengendalikan hama penting pada tanaman bawang merah dan kapas. Dosis yang
digunakan ialah 1-2mL/L untuk bawang merah dan 1-2L/ha untuk kapas. Volume
semprot untuk bawang merah ialah sebanyak 400-900 L/ha sedangkan untuk kapas
ialah 200-600 L/ha.
|
11
|
Cascade 50 EC
|
|
Bahan
aktif:
Flufenoksuran
50g/L.
Kode
formulasi:
EC
(Emulsion concentrate)
Deskripsi:
Untuk
mengendalikan hama tanaman hortikultura. Seperti hama ulat grayak pada
kedelai. Dosis yang digunakan ialah 0,75-1,5 ml/L.
|
12
|
Marshal 200 EC
|
|
Bahan
aktif:
Karbosulfan
200,11 g/L
Kode
formulasi:
EC
(Emulsion concentrate)
Deskripsi:
Insektisida
kontak dan lambung yang sistemik untuk mengendalikan hama tanaman
hortikultura. Dosis ang digunakan ialah sebanyak 1,5-3 ml/L dengan volume
semprot 400-700 L/ha.
|
13
|
Carbavin 85 WP
|
|
Bahan
aktif:
Karbaril
85%
Kode
formulasi:
WP
(Wettable Powder)
Deskripsi:
Insektisida
kontak ang teermasuk dalam golongan karbamat yang berbentuk bubuk yang dapat
disuspensikan dalam air untuk mengendalikan hama pada tanaman hortikultura
dan perkebunan. Hama sasarannya ialah lalat dau dan wereng coklat pada
tanaman padi dan penggerek pucuk pada tembakau. Dosis yang digunakan untuk
tanaman hortikultura 2-4 g/L sedangkan untuk tanaman perkebunan sebanyak 0,5
kg/ha. Dengan volume semprot 400-600 L/ha.
|
14
|
Ambush 2 EC
|
|
Bahan
aktif:
Dernetrin
20 g/L
Kode
formulasi:
EC
(Emulsion concentrate)
Deskripsi:
|
3.2.
Pembahasan
Dalam
praktikum ppengenalan insektisida kali ini, mahasiswa dikenalkan berbagai jens
insektisida. Insektisida dapat digolongkan berdasarkan cara masuknya, pengaruh
terhadap serangga sasaran, formulasi, dan sifat bahan aktifnya. Berdasarkan
bahan aktif dan cara masuknya, pestisida dikelompokkan menjadi:
·
Racun kontak, artinya pestisida dalam hal ini senyawa
bahan aktif masuk melalui kontak atau mas uk ke tubuh serangga melalui dinding
tubuh atau kutikula.
·
Racun perut, artinya senyawafbahan aktif masuk ke
dalam tubuh serangga meialui proses makan dan masuk ke tubuh melalui
pencemaan.
·
Racun sistemik, senyawafbahan aktif terserap oleh
tanaman lalu ditransportasikan ke seluruh jaringan tanaman.
·
Fumigan, artinya senyawalbahan aktif masuk ke dalam
tubuh sasaran melalui sistem pemapasan (Nawas, 2013).
Sedangkan
sifat bahan aktif dari insektisida dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
·
Sistemik :
bahan aktifnya bersifat membunuh.
·
Non-sistemik : bahan aktifnya bersifat mengusir atau membuat pingsan,
terkadang dapat bersifat membunuh.
Berdasarkan
sumber bahannya, insektisida dikelompokkan menjadi:
·
Sintetis (buatan)
Insektisida
sintetis dibuat dengan komposisi senyawa kimia (non alami). Misalna Marsyal 25
ST yang memiliki campuran komposisi senyawa kimia salah satunya Karbosulfan
25,53%.
·
Nabati
Adalah
insektisida yang memanfaatkan tumbuhan. Insektisida ini dibuat dengan ekstrak
tumbuhan yang dapat mematikan hama. Contohnya adalah pestisida nabati ang
dibuat dari ekstrak sirsak, jeringau dan gadung racun.
·
Hayati
Adalah
insektisida yang memanfaatkan mikroorganisme untuk membunuh atau mengendalikan
hama.
Berdasarkan asal bahan aktif, pestisida dapat
digolongkan menjadi:
·
SintetikAnorganik : garam-garam beracun seperti
arsenat, flourida, tembaga sulfat dan garam merkuri
·
OrganikOrgano khlorin : DDT, SHC, endrin, dieldrin,
dll.
·
Heterosiklik : Kepone, mirexOrganofosfat :
klorpirifos, prefonofos, dll.
·
Karbamat : earbofuran, SPMC, dll.Dinitrofenol : Dinex,
dll (Nawas, 2013).
Insektisida
juga dapat dikelompokkan berdasarkan pengaruh dan cara kerjanya terhadap
serangga sasaran, yaitu:
·
Atraktan,
zat kimia yang baunya dapat menyebabkan serangga menjadi tertarik. Sehingga
dapat digunakan sebagai penarik serangga dan menangkapnya dengan perangkap.
·
Kemosterilan,
zat yang berfungsi untuk mensterilkan serangga atau hewan bertulang belakang.
·
Defoliant,
zat yang dipergunakan untuk menggugurkan daun supaya memudahkan panen,
digunakan pada tanaman kapas dan kedelai.
·
Desiccant.
zat yang digunakan untuk mengeringkan daun atau bagian tanaman lainnya.
·
Disinfektan,
zat yang digunakan untuk membasmi atau menginaktifkan mikroorganisme.
·
Zat pengatur
tumbuh. Zat yang dapat memperlambat, mempercepat dan menghentikan pertumbuhan
tanaman.
·
Repellent,
zat yang berfungsi sebagai penolak atau penghalau serangga atau hama yang
lainnya. Contohnya kamper untuk penolak kutu, minyak sereb untuk penolak
nyamuk.
·
Sterilan
tanah, zat yang berfungsi untuk mensterilkan tanah dari jasad renik atau biji gulma.
·
Pengawet
kayu, biasanya digunakan pentaclilorophenol (PCP).
·
Stiker, zat
yang berguna sebagai perekat pestisida supaya tahan terhadap angin dan hujan.
·
Surfaktan
dan agen penyebar, zat untuk meratakan pestisida pada permukaan daun.
·
Inhibitor,
zat untuk menekan pertumbuhan batang dan tunas.
·
Stimulan
tanaman, zat yang berfungsi untuk menguatkan pertumbuhan dan memastikan
terjadinya buah (Saputra, 2012).
Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi
terlebih dahulu. Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik
bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator
lain. Oleh formulator baru diberi nama. Berikut ini beberapa formulasi
pestisida yang sering dijumpai:
·
Cairan
emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates)
Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di
belakang nama dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution), WSC
(water soluble concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di
muka singkatan tersebut tercantum angka yang menunjukkan besarnya persentase
bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida
tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair biasanya terdiri dari tiga
komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida golongan ini
disebut bentuk cairan emulsi karena berupa cairan pekat yang dapat dicampur
dengan air dan akan membentuk emulsi.
·
Butiran
(granulars)
Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai
insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk melindungi
tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan
aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat.
Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran
20-80 mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila dibanding dengan
formulasi lain. Pestisida formulasi butiran di belakang nama dagang biasanya
tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible granule).
·
Debu (dust)
Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif
dan zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida formulasi debu
ini kurang banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40 persen
saja apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran
(tanaman).
·
Tepung
(powder)
Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif
dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen). Untuk
mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama dagang tercantum
singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water soluble powder).
·
Oli (oil)
Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO
(solluble concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti
xilen, karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra
low volume) dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada
tanaman kapas.
·
Fumigansia
(fumigant)
Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas, bau, asap
yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di gudang penyimpanan (Nawas,
2013).
Hal-hal teknis yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah ketepatan penentuan dosis. Dosis
yang terlalu tinggi akan menyebabkan pemborosan pestisida, di samping merusak
lingkungan. Dosis yang terlalu rendah menyebabkan hama sasaran tidak mati. Di
samping berakibat mempercepat timbulnya resistensi.
·
Dosis
Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan
untuk mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang
dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang mengartikan dosis
adalah jumlah pestisida yang telah dicampur atau diencerkan dengan air yang
digunakan untuk menyemprot hama dengan satuan luas tertentu. Dosis bahan aktif
adalah jumlah bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas
atau satuan volume larutan. Besarnya suatu dosis pestisida biasanya tercantum
dalam label pestisida.
·
Konsentrasi
Ada tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal penggunaan
pestisida:
1.
Konsentrasi
bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif suatu pestisida dalam larutan yang
sudah dicampur dengan air.
2.
Konsentrasi
formulasi, yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau gram setiap liter air.
3.
Konsentrasi
larutan atau konsentrasi pestisida, yaitu persentase kandungan pestisida dalam
suatu larutan jadi.
·
Volume Semprot
Yaitu
banyaknya cairan semprot yang digunakan
per luas lahan pertanaman.
·
Cairan semprot
Yaitu bentuk
insektisida yang telah diencerkan, dicampur atau dilarutkan (dengan air) dan
siap diaplikasikan. Untuk mendapatkan cairan semprot dapat dilakukan dengan
menyiapkan sejumlah air kemudian dimasukkan formulasi insektisida ang telah
disiapkan (Saputra, 2012).
Penggunaan
insektisida tentu dapat meninbulkan efek tersendiri pada lahan pertanian dan
lingkungan disekitar. Ada beberapa dampak positif dan negatif yang
ditimbulkannya, antara lain sebagai berikut:
Dampak positif
·
Dapat diaplikasikan dengan mudah
·
dapat diaplikasikan hampir di setiap
waktu dan setiap tempat.
·
Hasilnya dapat dirasakan dalam waktu
singkat
·
Dapat diaplikasikan dalam areal yang
luas dalam waktu singkat
·
Mudah diperoleh dan memberikan
keuntungan ekonomi terutama jangka pendek.
Dampak Negatif Pestisida
·
Keracunan pestisida
·
Keracunan terhadap ternak dan hewan
peliharaan.
·
Keracunan pada ikan dan biota lainnya.
·
Keracunan terhadap satwa liar.
·
Keracunan terhadap makanan.
·
Kematian musuh alami organisme
pengganggu
·
Kenaikan populasi pengganggu
·
Dapat menyebabkan timbulnya resistensi
·
Residu
·
Pencemaran Lingkungan
·
Menghambat Perdagangan (Nawas, 2013).
IV.
KESIMPULAN
Dari
hasil pengamata dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Insektisida adalah pestisida yang
digunakan untuk mengendalikan hama tanaman berupa serangga.
2.
Berdasarkan bahan aktif dan cara
masuknya, pestisida dikelompokkan menjadi racun kontak, racun perut, racun
sistemik dan fumigan.
3.
Berdasarkan sumber bahannya, insektisida
dikelompokkan menjadi insektisida sintetis, nabati dan hayati.
4.
Beberapa
formulasi pestisida yang sering dijumpai ialah: Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates), butiran (granulars), debu (dust), tepung (powder), oli (oil), fumigansia (fumigant).
Post a Comment