TEKNIK PEMULIAAN TANAMAN
(Laporan Akhir
Praktikum Pemuliaan Tanaman)
Oleh:
Kelompok 4
Tri Saloka Destriawan (1214121217)
Tri Wahyuni Damayanti (1214121218)
Triono (1214121220)
LABORATORIUM LAPANGAN TERPADU
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Manusia selalu mengharapkan hasil yang terbaik dari
tanaman yang ditanamnya, baik melalui pemeliharaan yang baik maupun dengan
pemilihan benih yang akan ditanam pada generasi berikutnya (benih unggul). Tidak dapat kita pungkiri bersama bahwa
manusia tidak dapat lepas dari produksi tanaman. Secara langsung manusia menggunakannya
sebagai bahan makanan pakaian, dan keindahan, sedangkan secara tidak langsung
manusia memanfaatkannya melalui produksi ternak, bahan bakar, bahan baku
industri, dan sebagainya. Mengingat
sangat pentingnya tanaman, maka tidak heran jika manusia selalu berusaha untuk
memperoleh hasil seoptimal mungkin dari tanaman yang diusahakannya. Cara - cara tersebut diantaranya adalah
dengan menggunakan teknik bercocok tanam yang baik dan peningkatan kemampuan
produksi tanaman. Peningkatan kemampuan
produksi tanaman dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk merubah sifat
tanaman agar diperoleh tanaman yang lebih unggul dari pada jenis atau varietas
yang sudah ada, usaha yang demikian biasa disebut sebagai pemuliaan tanaman.
Pada dasarnya, pemuliaan tanaman penting untuk
mendapatkan varietas unggul baru atau mempertahankan keunggulan suatu varietas
yang sudah ada. Metode pemuliaan
berkembang seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi pada hakikatnya dapat
dilakukan dengan cara pemilihan dari keragaman populasi baik yang alami, hasil
persilangan, penggandaan kromosom, dan mutasi, serta yang secara konvensional
dengan cara rekayasa genetika. Dalam praktek, cara-cara tersebut saling
terkait satu sama lain. Metode pemuliaan yang akan dilakukan pada praktikum ini
adalah melalui persilangan. Pada dasarnya, persilangan
merupakan salah satu cara untuk menghasilkan rekombinasi gen. Secara teknis, persilangan dilakukan dengan
cara memindahklan tepung sari kekepala putik pada tanaman yang diinginkan
sebagai tetua, baik pada tanaman yang menyerbuk sendiri (self polination crop)
maupun pada tanaman yang menmyerbuk silang (cross polination crop).
Keberhasilan
persilangan sangat ditentukan oleh pemulia tanaman mengenai tehnik persilangan
itu sendiri maupun pada pengetahuan akan bunga, misalnya stuktur bunga, waktu
berbunga, saat bunga mekar, kapan bunga betina siap menerima bunga jantan
(tepung sari), tipe penyerbukan. Berdasarkan hal tersebut maka
diperlukan praktikum pemuliaan tanaman ini agar persilangan yang dilakukan oleh
mahasiswa dapat berhasil dan akan didapatkan benih
dengan varietas unggul baru atau mempertahankan keunggulan suatu varietas yang
sudah ada (Bari, 1974).
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui cara persilangan pada tanaman kacang panjang,
jagung, kedelai dan rampai.
2. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kegagaln dan
keberhasilan persilangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Taxonomi
a. Kedelai
Kingdom :
Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (Darsono,2009).
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (Darsono,2009).
b. Kacang
Panjang
Kingdom :
Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Vigna
Species :Vigna sinensis (Haryanto, 2007).
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Vigna
Species :Vigna sinensis (Haryanto, 2007).
c. Rampai
Kingdom :
Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales (Tubiflorae)
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersicon
Species : Lycopersicon esculentum Mill atau Solanum lycopersicum L
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales (Tubiflorae)
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersicon
Species : Lycopersicon esculentum Mill atau Solanum lycopersicum L
(Wiryanta,
2002).
d.
Jagung
Kingdom : Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class :
Monocotyledoneae
Ordo :
Graminales
Famili :
Gramineae
Genus :
Zea
Spesies : Zea
mays L. (Jugenheimer, 1958)
2.2 Budidaya
a. Kedelai
·
Pemupukan
·
Dosis pupuk yang
digunakan sangat tergantung pada jenis lahan dan kondisi tanah. Pada tanah subur atau tanah bekas ditanami
padi dengan dosis pupuk tinggi, pemupukan tidak diperlukan. Pada tanah yang kurang subur, pemupukan dapat
menaikkan hasil. Dosis pupuk secara
tepat adalah sebagai berikut:
·
Sawah kondisi tanah
subur: pupuk Urea=50 kg/ha.
·
Sawah kondisi tanah
subur sedang: pupuk Urea=50 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan KCl=100 kg/ha.
·
Sawah kondisi tanah
subur rendah: pupuk Urea=100 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan KCl=100 kg/ha.
·
Lahan kering kondisi
tanah kurang subur: pupuk kandang=2000 - 5000 kg/ha; Urea=50 - 100 kg/ha,
TSP=50 - 75 kg/ha dan KCl=50-75 kg/ha.
·
Panen (untuk benih)
Panen
kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan
karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari
hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan
tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Panen yang terlambat akan merugikan, karena
banyak buah yang sudah tua dan kering, sehingga kulit polong retak-retak atau
pecah dan biji lepas berhamburan. Disamping itu, buah akan gugur akibat tangkai
buah mengering dan lepas dari cabangnya.
Perlu diperhatikan umur kedelai yang akan dipanen yaitu sekitar 75-110
hari, tergantung pada varietas dan ketinggian tempat (Darsono, 2009).
b. Kacang
Panjang
·
Pemupukan
Pada
saat pembentukan bedengan atau guludan tambahkan 10-20 ton/ha pupuk
kandang/pupuk organik Super TW Plus, dengan dosis 4-5 ton/ha dicampur
merata dengan tanah sambil dibalikkan.
·
Pupuk Dasar
Kacang
panjang tipe merambat: Urea 150 kg + TSP 100 kg + 100 kg/ha.
Kacang
panjang tipe tegak: Urea 22,5 kg + TSP 45 kg + KCl 45 kg/ha.
Kacang
hibrida: 85 kg Urea + 310-420 kg TSP + 210 kg KCl/ha.
Pupuk
diberikan di dalam lubang pupuk yang terletak di kiri-kanan lubang tanam. Jumlah pupuk yang diberikan untuk satu tanaman
tergantung dari jarak tanam.
·
Pupuk Susulan
Pupuk susulan tanaman kacang panjang tipe merambat, diberikan 4 minggu setelah tanam, pupuk berupa urea 150 kg/ha. Sedangkan pupuk susulan untuk kacang panjang tipe tegak diberikan 4 minggu setelah tanam, pupuk berupa urea 85 kg/ha.
Pupuk susulan tanaman kacang panjang tipe merambat, diberikan 4 minggu setelah tanam, pupuk berupa urea 150 kg/ha. Sedangkan pupuk susulan untuk kacang panjang tipe tegak diberikan 4 minggu setelah tanam, pupuk berupa urea 85 kg/ha.
·
Panen
Panen
kacang panjang dibedakan dua macam, yaitu panen polong muda dan polong tua atau
biji-bijinya.
·
Panen polong muda
Dilakukan pada jenis kacang panjang lanjaran (tipe merambat) dan kacang busitao (tipe tegak). Ciri-ciri polong yang siap dipanen adalah ukuran polong telah maksimal, mudah dipatahkan dan biji-bijinya di dalam polong tidak menonjol Waktu panen yang paling baik pada pagi/sore hari. Umur tanaman siap panen 3,5-4 bulan
Dilakukan pada jenis kacang panjang lanjaran (tipe merambat) dan kacang busitao (tipe tegak). Ciri-ciri polong yang siap dipanen adalah ukuran polong telah maksimal, mudah dipatahkan dan biji-bijinya di dalam polong tidak menonjol Waktu panen yang paling baik pada pagi/sore hari. Umur tanaman siap panen 3,5-4 bulan
·
Panen polong tua
Dilakukan pada jenis kacang panjang tipe tegak seperti kacang tunggak dan kacang uci dan busitao. Ciri-ciri kacang tunggak yang siap panen adalah polong-polongnya telah cukup tua, biji-biji menonjol dan kulit luar berwarna hijau kekuningan. Umur panen 3-3,5 bulan dan waktu panen pada pagi/sore hari (Rahayu, 2007).
Dilakukan pada jenis kacang panjang tipe tegak seperti kacang tunggak dan kacang uci dan busitao. Ciri-ciri kacang tunggak yang siap panen adalah polong-polongnya telah cukup tua, biji-biji menonjol dan kulit luar berwarna hijau kekuningan. Umur panen 3-3,5 bulan dan waktu panen pada pagi/sore hari (Rahayu, 2007).
c. Rampai/tomat
·
Pemupukan
·
Sebelum tanam
Sebelum
bibit tomat ditanam, lahan harus diberi pupuk dasar. Pemupukan dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu:
a.
Kompos atau pupuk kandang yang telah matang dan SP36 ditabur secara merata ke
seluruh bedengan.Selanjutnya, tanah dicangkul sampai homogen agar kompos atau
pupuk kandang dan SP36 tercampur merata dengan tanah.
b.
Pada jarak yang telah ditentukan dibuat lubang sedalam + 15 cm dan bergaris
tengah + 20 cm. Lubang-lubang tersebut kemudian diberi pupuk kandang atau
kompos sebanyak 0,5 kg (satu genggam besar). Lubang ditimbun tanah, kemudian
diaduk-aduk sehingga kompos atau pupuk kandang dan tanah tercampur rata.
·
Setelah tanam
Pemupukan
bertujuan untuk menambah unsure hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Kebutuhan
pupuk anorganik untuk tanaman tomat adalah 100-180 kg N per hektar, 50-150
kg P2O5 dan 50-100 kg K2O per
hektar. Dosis akan semakin tinggi
apabila budidaya dilaksanakan pada musim hujan.
Untuk tanaman tomat dan tanaman lain dari famili Solanacearum, sebaiknya
tidak menggunakan pupuk yangkandungan N-nya berasal dari Urea, tetapi lebih
disarankan untuk menggunakan ZA, karena tanaman ini sudah bisamengikat N dari
udara.
·
Panen
Pemanenan atau pemetikan buah tomat dapat dilakukan
pada tanaman yang telah berumur 60-100 hari setelah tanaman dengan ditandai
kulit buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kekuning-kuningan sampai
kemerah-merahan. Panen buah tomat buah dapat dilakukan beberapa kali yakni
sekitar 10-15 kali pemetikan buah dengan interval waktu 2-3 hari sekali sampai
seluruh tomat habis dipetik. Hasil dari satu kali panen sekitar 20 ton/ha (Astarini, 2009).
d. Jagung
·
Pemupukan
Pupuk
diberikan dengan cara ditugal sedalam ± 10 cm, pada kedua sisi tanaman dengan
jarak 7 cm. Pada jarak tanam yang rapat
pupuk diberikan dengan cara larikan yang dibuat di sebelah kiri kanan barisan
tanaman. Pupuk N diberikan 2 kali, yaitu sepertiga bagian pada saat tanam
bersamaan dengan seluruh pupuk P dan K, kemudian dua pertiganya diberikan saat
tanaman berumur 1 bulan, di dalam lubang
atau larikan sedalam 10 cm pada jarak 15 cm dari barisan tanaman.
·
Panen
Jagung siap dipanen apabila dilihat dari
klobotnya berwarna coklat muda dan kering serta bijinya mengkilat, dan cara
lainnya yang dapat dilakukan adalah menekan dengan kuku apabila tidak berbekas
maka jagungnya sudah siap panen (kadar air 35 – 40 %) (Dahlan,1992).
2.3 Hama Penyakit Serta Penanggulangannya
a. Kedelai
·
Hama
·
Aphis SPP (Aphis glycine)
Pengendalian:
Pengendalian:
1. menanam
kedelai pada waktunya, mengolah tanah dengan baik, bersih, memenuhi syarat,
tidak ditumbuhi tanaman inang seperti: terung-terungan, kapas-kapasan atau
kacangkacangan.
2. membuang
bagian tanaman yang terserang hama dan membakarnya.
3. menggunakan musuh alami (predator maupun
parasit)
4. penyemprotan
insektisida dilakukan pada permukaan daun bagian atas dan bawah.
·
Melano Agromyza
Phaseoli, kecil sekali (1,5 mm)
Pengendalian: waktu tanam pada saat tanah masih lembab dan subur (tidak pada bulan-bulan kering), penyemprotan Agrothion 50 EC, Azodrin 15 WSC, Sumithoin 50 EC, Surecide 25 EC.
Pengendalian: waktu tanam pada saat tanah masih lembab dan subur (tidak pada bulan-bulan kering), penyemprotan Agrothion 50 EC, Azodrin 15 WSC, Sumithoin 50 EC, Surecide 25 EC.
·
Kumbang daun tembukur (Phaedonia
inclusa)
Pengendalian: penyemprotan Agrothion 50 EC, Basudin 50 EC, Diazinon 60 EC, dan Agrothion 50 EC.
Pengendalian: penyemprotan Agrothion 50 EC, Basudin 50 EC, Diazinon 60 EC, dan Agrothion 50 EC.
·
Cantalan (Epilachana soyae)
Pengendalian: sama dengan terhadap kumbang daun tembukur.
Pengendalian: sama dengan terhadap kumbang daun tembukur.
·
Ulat polong (Etiela
zinchenella)
Pengendalian: kedelai ditanam tepat pada waktunya (setelah panen padi)
sebelum ulat berkembang biak, penyemprotan obat Dursban 20 EC sampai 15 hari sebelum panen.
Pengendalian: kedelai ditanam tepat pada waktunya (setelah panen padi)
sebelum ulat berkembang biak, penyemprotan obat Dursban 20 EC sampai 15 hari sebelum panen.
·
Kepala polong (Riptortis
lincearis)
Pengendalian: penyemprotan Surecide 25 EC, Azodrin 15 WSC.
Pengendalian: penyemprotan Surecide 25 EC, Azodrin 15 WSC.
·
Lalat kacang (Ophiomyia phaseoli)
Pengendalian: Saat benih ditanam, tanah diberi Furadan 36, kemudian setelah benih ditanam, tanah ditutup dengan jerami . Satu minggu setelah benih menjadi kecambah dilakukan penyemprotan dengan insektisida Azodrin 15 WSC, dengan dosis 2 cc/liter air, volume larutan 1000 liter/ha. Penyemprotan diulangi pada waktu kedelai berumur 1 bulan.
Pengendalian: Saat benih ditanam, tanah diberi Furadan 36, kemudian setelah benih ditanam, tanah ditutup dengan jerami . Satu minggu setelah benih menjadi kecambah dilakukan penyemprotan dengan insektisida Azodrin 15 WSC, dengan dosis 2 cc/liter air, volume larutan 1000 liter/ha. Penyemprotan diulangi pada waktu kedelai berumur 1 bulan.
·
Kepik hijau (Nezara viridula)
Pengendalian: Azodrin 15 WCS, Dursban 20 EC,
Fomodol 50 EC.
Pengendalian: Azodrin 15 WCS, Dursban 20 EC,
Fomodol 50 EC.
·
Ulat grayak (Prodenia
litura)
Pengendalian: dengan cara sanitasi, disemprotkan pada sore/malam hari
(saat ulat menyerang tanaman) beberapa insektisida yang efektif seperti Dursban 20 EC, Azodrin 15 WSC dan Basudin 50 EC (Aksi Agraris, 1989).
Pengendalian: dengan cara sanitasi, disemprotkan pada sore/malam hari
(saat ulat menyerang tanaman) beberapa insektisida yang efektif seperti Dursban 20 EC, Azodrin 15 WSC dan Basudin 50 EC (Aksi Agraris, 1989).
·
Penyakit
·
Penyakit layu lakteri (Pseudomonas
solanacearum)
Pengendalian: biji yang ditanam sebaiknya dari varietas yang tahan layu dan kebersihan sekitar tanaman dijaga, pergiliran tanaman dilakukan dengan tanaman yang bukan merupakan tanaman inang penyakit tersebut. Pemberantasan: belum ada.
Pengendalian: biji yang ditanam sebaiknya dari varietas yang tahan layu dan kebersihan sekitar tanaman dijaga, pergiliran tanaman dilakukan dengan tanaman yang bukan merupakan tanaman inang penyakit tersebut. Pemberantasan: belum ada.
·
Penyakit layu (Jamur
tanah : Sclerotium rolfsii)
Pengendalian: varietas yang ditanam sebaiknya yang tahan terhadap penyakit layu, menyemprotkan Dithane M 45, dengan dosis 2 gram/liter air.
Pengendalian: varietas yang ditanam sebaiknya yang tahan terhadap penyakit layu, menyemprotkan Dithane M 45, dengan dosis 2 gram/liter air.
·
Penyakit lapu (Witches
broom: Virus)
Pengendalian: menyemprotkan Tetracycline atau Tokuthion 500 EC.
Pengendalian: menyemprotkan Tetracycline atau Tokuthion 500 EC.
·
Penyakit anthracnose
(Cendawan Colletotrichum glycine Mori)
Pengendalian: perhatikan pola pergiliran tanam yang tepat, penyemprotan Antracol 70 WP, Dithane M 45, Copper Sandoz.
Pengendalian: perhatikan pola pergiliran tanam yang tepat, penyemprotan Antracol 70 WP, Dithane M 45, Copper Sandoz.
·
Penyaklit karat
(Cendawan Phakospora phachyrizi)
Pengendalian: dengan cara menanam kedelai yang tahan terhadap penyakit, menyemprotkan Dithane M 45.
Pengendalian: dengan cara menanam kedelai yang tahan terhadap penyakit, menyemprotkan Dithane M 45.
·
Penyakit bercak daun
bakteri (Xanthomonas phaseoli)
Pengendalian: menyemprotkan Dithane M 45 (Andrianto, 2004).
Pengendalian: menyemprotkan Dithane M 45 (Andrianto, 2004).
b. Kacang
Panjang
·
Hama
·
Kutu daun (Aphis
cracivora Koch)
Pengendalian hama ini dengan rotasi
tanaman dengan tanaman bukan famili kacang-kacangan dan penyemprotan
insektisida Furadan 3G dan Carbofuran 80 kg/ha.
·
Belalang (Valanga
nigricornis)
Pengendaliannya sangat sulit di lakukan,
karena sangat aktif dan tidak suka berdiam lama pada satu areal pertanaman
kemudian dengan pengololahan tanah agar telur-telur belalang rusak.
(Adisarwanto, 2000).
·
Penyakit
·
Hawar Daun (Helmithosporium
turcicum)
Penyebab penyakit hawar daun
disebabkan oleh Helminthosporium
turcicum.
Pengendalian:
Pengendalian:
·
Menanam varietas tahan hawar daun,
seperti : Bisma, Pioner-2, pioner-14, Semar-2 dan semar-5.
·
Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai
ke akarnya (Eradikasi tanaman) pada tanaman terinfeksi bercak daun.
·
Penyemprotan fungisida menggunakan bahan
aktif mankozeb atau dithiocarbamate. Dosis/konentrasi sesuai petunjuk di
kemasan.
·
Busuk Pelepah (Rhizoctonia
solani)
Pengendalian:
·
Menggunakan varietas/galur tahan sampai
agak tahan terhadap penyakit hawar pelepah seperti : Semar-2, Rama, Galur GM 27
·
Diusahakan agar penanaman jagung tidak
terlalu rapat sehingga kelembaban tidak terlalu tinggi.
·
Lahan memiliki drainase baik.
·
Pergiliran tanaman, tidak menanam jagung
terus menerus di lahan yang sama.
·
Penyemprotan fungisida menggunakan bahan
aktif mancozeb atau karbendazim. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.
·
Penyakit Bulai (Peronosclerospora
maydis)
Pengendalian:
·
Menanam varietas tahan penyakit bulai
seperti varietas Bima 1, Bima 3, Bima 9, Bima 14, Bima 15, Lagaligo, atau
Gumarang.
·
Melakukan periode waktu bebas tanaman
jagung minimal dua minggu sampai satu bulan.
·
Penanaman jagung secara serempak.
·
Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai
ke akarnya (Eradikasi tanaman) pada tanaman terserang penyakit bulai.
·
Penggunaan fungisida metalaksil saat
perlakuan benih dengan dosis 2 gram (0,7 g bahan aktif) per kg benih.
c.
Rampai/tomat
·
Hama
·
Ulat tanah (Agrostis
ipsolon Hubner)
Pengendalian dengan memberikan
insektisida Furadan dan dapat disemprot dengan Hosthation 40 EC dan Dursban 20
ES.
·
Ulat buah (Heliothis
armigera Hubner)
Pengendalian dapat pula dengan rotasi
tanaman serta dengan cara mekanis yaitu mengumpulkan ulat kemudian membakarnya.
·
Nematoda bisul akar (Meloydigyne
javanica)
Pengendalian dengan bahan kita
nematisida seperti furagan dan carater, menanam varietas tomat yang
tahan hamanematode atau dengan mencabut tanaman yang terserang nematode
kemudian membakar (Rukmana, 1994).
·
Penyakit
·
Penyakit layu fusarium
Pengendalian dengan cara penggunaan
mulsa plastik transparan di mana bertujuan untuk menaikkan suhu tanah agar
penyakit itu mati dengan kelancaran sirkulasi air pada sekitar media tanaman.
·
Penyakit busuk daun
Pengendaliannya dengan fungisida
sistemik. Acylalamine, Propamocarb, dan Oxadity dan fungisida kontak ialah
Cloretakni.
·
Penyakit layu bakteri
Pengendaliannya dengan menggunakan
varietas unggu, memperbaiki system drainase dan irigasi dan rotasi tanaman tomat
dengan tanaman yang berbeda family (Trisnawati, 2001).
d. Jagung
·
Hama
Secara umum Hama yang menyerang tanaman
jagung adalah :
·
Ulat Grayak (Spodoptera
Sp.)
·
Ulat Tongkol (Heliothis
armigera)
·
Ulat Pengerat (Dactylispa
ba
Pengendalian
hama dapat dilakukan dengan cara :
·
Pembersihan lingkungan
·
Pengamatan secara
teratur
·
Pemberantasan hama
secara teratur dan aman, bagi tanaman jagung.
Penyemprotan hama dilakukan setiap seminggu sekali, karena
perkembangbiakan pada hama yang menyerang tanaman jagung, waktu pertumbuhan
hama ialah 10 hari. Jadi, penyemprotan.hama tersebut dilakukan sebelum
hama-hama tersebut menetas
·
Penyakit
Sedangkan penyakit yang
menyerang pada tanaman jagung yaitu penyakit Bulai (Jamur Solerospora Maydis). Gejala penyakit ini ialah menyerang pada
tanaman yang muda (14 – 21 Hst). Ciri-cirinya : Daunnya menguning, menjadi
kaku, runcing dan permukaan bawah daun terdapat lapisan tepung berwarna putih
(Spora Jamur). Cara pengendaliannya yaitu dengan cara mencabut batang jagung yang
terserang penyakit Bulai (Dahlan, 1992).
2.4
Biologi Bunga
a. Jagung
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang
terpisah dalam satu tanaman. Tiap kuntum memiliki struktur bunga yang khas.
Bunga jantan tumbuh di bagian pucuk tanaman, sedangkan bunga betina ada di
ketiak daun yang memiliki rambut. Bunga betina tersusun dalam tongkol yang
tumbuh diantara batang dan pelepah daun. Biasanya terbungkus oleh kelopak yang
jumlahnya 6-14 kelopak. Bunga jantan tidak memiliki mahkota dan kelopak. Pada bunga jantan, masa anthesisnya biasanya
pada hari ke-65 setelah tanam, sedangkan bunga betina masa reseptifnya sekitar
hari ke-71 setelah tanam. Masa anthesis ditandai dengan adanya bulir berwarna
merah keunguan pada tangkai malai dan terdapat serbuk sari yang berwarna
kuning. Masa reseptif tongkol ditandai dengan adanya bulu-bulu rambut berwarna
kuning bening kehijauan. Emaskulasi
dilakukan satu minggu sebelum bunga betina keluar. Persilangan dilakukan dengan
menutup tongkol dengan kertas atau semacamnya agar tidak terjadi penyerbukan.
Malai jagung ditutup dengan kantung untuk mengumpulkan serbuk sarinya. Esok
harinya serbuk sari ditaburkan ke tongkol. Hasil dari persilangan buatan dapat
dilihat kira-kira 1 minggu setelah dilakukan penyerbukan (Purwaningsih, 2007).
b. Kedelai
Bunga kedelai termasuk bunga sempurna dengan warna
bunga ungu dan putih. Memiliki 5 buah mahkota. Bunga jantan memiliki 9 benang
sari. Bunga kedelai biasanya berukuran panjang sekitar 6-7 mm dan secara
keseluruhan ukurannya kecil. Umumnya
kedelai mulai berbunga pada umur 30-50 hari setelah tanam. Penyerbukan
dilakukan dengan memilih terlebih dahulu kuncup yang muncul 5 hari pertama.
Kemudian membuang benang sari, untuk sumber benang sari dipilih dari bunga
mekar yang segar. Bila ada serbuk kuning saat ditempelkan pada kuku itu
menunjukkan bahwa serbuk sari masih ada dan masih baik. Kemudian ditempelkan
bunga jantan tadi pada kepala putik. Hasil persilangan dapat diketahui
kira-kira 1 minggu setelah penyilangan. Apabila bunga terlihat masih segar itu
menunjukkan bahwa persilangan yang dilakukan berhasil (Haryanto, 2007).
c. Rampai/Tomat
Rampai memiliki bunga yang kecil dan berwarna
kuning. Kelopak bunga berjumlah 5 buah. Mahkota bunga berjumlah 5 buah dan di
atasnya terdapat 5 buah benang sari. Anthesis pada rampai terjadi pada pagi
hari dimana rampai siap untuk menerima serbuk sari. Penyerbukan dilakukan
dengan memilih sumber betina yang masih kuncup dengan kelopak yang sudah kuning
dan terbuka walaupun hanya sedikit. Sumber jantan dipilih dari bunga yang mekar
sempurna dari tanaman yang berbeda dengan sumber betina. Serbuk sari langsung
ditempelkan oada kepala putik. Dan kemudian bunga ditutup menggunakan kantung.
Hasil persilangan biasanya terlihat 1 minggu setelah penyilangan dengan cirri
bunga terlihat masih segar (Paliwal,2000).
d. Kacang Panjang
Morfologi dari bunga kacang panjang memiliki bentuk
seperti kupu-kupu. Ibu tangkai bunga keluar dari ketiak daun. Setiap ibu
tangkai bunga mempunyai 3-5 bunga. Bunga
kacang panjang tidak mekar secara serentak, yaitu mekar pada pagi hari antara
pukul 06.00-09.00. Jika mekar bunga kacang panjang sering didatangi oleh
kumbang dan kupu-kupu. Penyerbukan dilakukan melalui udara dan serangga. Bunga
mekar dan menutup selama lima hari. Waktu anthesis bunga antara pukul 06.00
hingga 07.00, sedangkan waktu reseptif antara pukul 21.00 hingga 22.00
(Pitojo,2010).
2.5
Tata Letak
a.Tata Letak Kelas E
3.5
m
Kel
4
|
30 cm
|
3.5
m
Kel
3
|
30 cm
|
3.5
m
Kel
2
|
30 cm
|
3.5
m
Kel
1
|
1
m
|
||||||
Kel
8
|
Kel
7
|
Kel
6
|
Kel
5
|
25
cm
|
75cm
|
75
cm
|
75
cm
|
75
cm
|
25
cm
|
b. Arah Baris
Jagung A
Rampai A&B
Kedelai A&B
Kc Pj A&B
Jagung B
III. METODE
3.1
Waktu dan Tempat
Waktu dilakukannya
praktikum ini adalah pada setiap hari selasa pukul 10.00-12.00 WIB dimulai pada
tanggal 04 Maret 2014 hingga akhir praktikum pada tanggal 10 Juni 2014.
Tempat dilakukannya
praktikum ini adalah di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung.
3.2
Bahan
dan Alat
Bahan yang digunakan
adalah benih jagung kuning, benih jagung putih, benih kedelai tanggamus, benih
kedelai B3570, benih kacang panjang testa hitam, benih kacang panjang coklat
bintik putih, benih rampai bulat, benih rampai lonjong.
3.3 Cara
Persilangan
3.3.1 Kedelai
Adapun cara persilangan tanaman kedelai adalah
sebagai berikut:
1.
Dipilih kuncup yang
muncul 5 hari pertama
2.
Dipilih kuncup yang
masih tertutup tetapi sudah terlihat sedikit mahkota bunganya.
3.
Dipegang kuncup pada bagian
pangkal dengan jari telunjuk dan ibu jari.
4.
Dibuang kelopak dengan
cara menarik kearah samping dengan pinset runcing.
5.
Dibuang mahkota,
biasanya benang sari ikut terbuang, tapi jika tidak bersihkan benang sari
dengan pinset.
6.
Akan nampak kepala
putik berwarna putih 1-1,5 mm, jangan sampai luka.
7.
Dipilih bunga mekar
segar untuk tepung sari, dibuang kelopak dan mahkotanya.
8.
Sebelum diserbukkan
sentuhkan bunga jantan tersebut pada kuku, bila masih ada serbuk kuning
menunjukkan serbuk sari masih ada dan masih baik.
9.
Ditempelkan bunga
jantan tadi pada kepa putik yang sudah diemaskulasi tadi.
10. Diberi
tanda dengan benang warna. Dibuang bunga yang lain.
11. Diberi
labelyang terbuat dari kertas keras tahan air, atau plastik. Pada label antara lain tertulis informasi tentang nomor
yang berhubungan dengan lapangan, waktu emaskulasi, waktu penyerbukan, nama
tetua jantan dan betina, kode pemulia/penyilang (Sa’diyah, 2014).
3.3.2 Kacang
panjang
Dilakukan emaskulasi
pada sore hari sebelum dilakukannya persilangan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Dipilih
kuncup bunga yang belum mekar dan diperkirakan akan mekar besok pagi harinya.
2. Dibuang
mahkota bunga dengan pinset yang runcing hingga tampak kepala putiknya.
3. Dibuang
semua tangkai sari dengan menggunakan pinset.
4. Diperiksa
dengan kaca pembesar untuk melihat bahwa semua tangkai sari telah terbuang dan
kepala putik tidak rusak.
5. Diisolasi
atau ditutup bunga yang telah diemaskulasi dengan kantung kertas minyak yang
telah berlabel.
6. Dibuang
bunga yang tidak diemaskulasi pada cabang yang bersangkutan
Dilakukan penyerbukan
keesokan paginya dengan langkah sebagai berikut:
1. Dikumpulkan kepala sari (anther) yang telah
masak dari tetua jantan pada cawan petridish dan dipisahkan dengan pinset
hingga diperoleh tepung sari.
2. Dilakukan
penyerbukan dengan kuas kecil dengan cara dicelupkan kuas pada cawan, kemudian
dioleskan pada kepala putik bunga yang telah diemaskulasi.
3. Diisolasi
atau ditutup bunga yang telah diserbuki dengan kantung kertas minyak.
4. Diberi
label pada bunga yang telah mengalami penyerbukan. Laber terutama mengenai
tanggal penyerbukan dan asal tetua betina dan jantan (Sa’diyah, 2014).
3.3.3 Rampai/
tomat
Adapun cara persilangan tanaman rampai adalah
sebagai berikut:
1. Sebagai
sumber betina dipilih kuncup bunga yang masih kuncup tetapi kelopak sudah
terlihat kuning dan sedikit terbuka.
2. Dibuang
kelopak dan mahkota, hati-hati jangan sampai kepala putik terluka.
3. Sebagai
sumber jantan dipilih bunga yang mekar sempurna ( beda varietas dengan betina).
Dikumpulkan tepung sarinya kemudian diletakkan tepung sari tersebut pada kepala
putik dengan menggunakan jarum atau ditempelkan langsung.
4. Ditutup
dengan kantong kertas dan diberi label yang tertulis informasi tentang nomor
yang berhubungan dengan lapangan, waktu emaskulasi, waktu penyerbukan, nama
tetua jantan dan betina, kode pemulia/penyilang (Sa’diyah, 2014).
3. 3.4 Jagung
Adapun cara persilangan tanaman jagung adalah
sebagai berikut:
1. Dipilih
tanaman yang akan diserbuki.
2. Diperkirakan
silk (rambut) akan muncul satu atau dua hari lagi.
3. Ditutup
tongkol dengan menggunakan kertas berlilin/glassine
bag/ kertas minyak pada sore hari, digunakan kantung lilin yang berukuran
7,5cm x 16 cm.
4. Keesokan
harinya pada pagi hari, ditaburkan tepung sari yang sudah terkumpul ke tongkol.
5. Ditutup
tongkol dengan menggunakan jantan tadi.
6. Diberi
label yang tertulis informasi tentang nomor yang berhubungan dengan lapangan,
waktu emaskulasi, waktu penyerbukan, nama tetua jantan dan betina, kode
pemulia/penyilang.
3.4 Panen
3.4.1
Kedelai
Ciri-ciri tanaman kedelai siap panen adalah daun
telah menguning dan mudah rontok dan polong biji mengering dan berwarna
kecoklatan.
Kedelai dipanen dengan dua cara yaitu:
1.
Dengan cara mencabut,
perlu diperhatikan keadaan tanahnya yaitu ringan dan berpasir dengan memegang
batang pokok, tangan dalam posisi tepat di bawah ranting dan cabang yang
berbuah. Pencabutan harus hati-hati karena kedelai yang tua mudah rontok. Pada
dasarnya panen dengan cara mencabut tidak dianjurkan, karena butil akar yang
mengandung rezobium ikut terbuang.
2.
Dengan cara memotong,
yaitu menggunakan sabit yang tajam agar pekerjaan bisa dilakukan dengan cepat
dan jumlah buah yang rontok akibat goncangan bisa ditekan. Cara ini juga bisa
meningkatkan kesuburan tanah karena akar dengan bintil-bintil menyimpan banyak
senyawa nitrat tidak ikut tercabut (Pustaka Pertanian, 2013).
3.4.2 Kacang
panjang
1.
Ciri-ciri polong siap
dipanen adalah ukuran polong telah maksimal, mudah dipatahkan dan biji-bijinya
di dalam polong tidak menonjol
2.
Waktu panen yang paling
baik pada pagi/sore hari. Umur tanaman siap panen 3,5-4 bulan.
3.
Cara panen pada tanaman kacang panjang tipe
merambat dengan memotong tangkai buah dengan pisau tajam (Kecamatanklego, 2010).
3.4.3 Tomat/
rampai
1. Panen
dilakukan pada umur 90-100 hari setelah tanam dengan ciri; kulit buah berubah
dari warna hijau menjadi kekuning-kuningan, bagian tepi daun tua mengering,
batang menguning, pada pagi atau sore hari disaat cuaca cerah.
2. Buah
dipuntir hingga tangkai buah terputus. Pemuntiran buah dilakukan satu-persatu
dan dipilih buah yang siap petik.
3. Masukkan
keranjang dan letakkan di tempat yang teduh
4. Interval
pemetikan 2-3 hari sekali.
5. Supaya
tahan lama, tidak cepat busuk dan tidak mudah memar, buah tomat yang akan
dikonsumsi segar dipanen setengah matang
6. Wadah
yang baik untuk pengangkutan adalah peti-peti kayu dengan papan bercelah dan
jangan dibanting
7. Waspadai
penyakit busuk buah Antraknose, kumpulkan dan musnahkan.
8. Buah
tomat yang telah dipetik, dibersihkan, disortasi dan di packing lalu diangkut
siap untuk konsumsi ( Teknisbudidaya, 2007)
3.4.4 Jagung
1. Ciri
jagung yang siap dipanen adalah:
ü Umur
panen adalah 86-96 hari setelah tanam.
ü Jagung
siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai dengan
adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga.
ü Biji
kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak
membekas.
2. Sebelum dipanen,kelobot buah jagung dikupas
dan dipangkas bagian atasnya sehingga yang tersisa dipohon adalah buah jagung
yang masih berkelobot,tetapi telah terkupas.Tujuan perlakuan ini mempercepat
proses pengeringan jagung.
3. Setelah beberapa hari dipohon dan dibijinya
telah mengering,barulah dilakukan pemetikan.Waktu yang tepat untuk melakukan
pemetikan adalah siang hari ketika cuaca terik agar kadar air biji tidak
bertambah.Kadar air yang tinggi menyebabkan buah jagung rentan terkena hama dan
penyakit saat pasca panen.
4. Pemetikan buah jagung bisa dilakukan dengan
memetik buah saja (tongkolan)atau sekaligus dengan kelobotnya.
5. Jagung yang dipanen buahnya saja lebih mudah
diangkut menggunakan keranjang atau karung.Semetara itu,jagung yang dipanen
dengan kelobotnya memudahkan dalam pengangkutan menggunakan pikulan
(Kayadenganbertani,2007).
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto,
R. 2005. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah Kering Pasang
Surut. Penerbit Swadaya.
Aksi
Agraris Kanisus. 1989. Kedelai. Kanisus . Yogyakarta .
Andrianto,
I. 2004. Teknologi Budidaya Intensif Tanaman Kedelai di Lahan Sawah.
Jurnal Proyek Penelitian dan Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu 17(1): 1−8
Astarini,
I.D. 2009. Pemuliaan Tanaman Sayuran.
Kanisius. Yogyakarta.
Bari,
A, S. Musa, dan E. Syamsudin, 1974. Pengantar
Pemuliaan Tanaman. Bag. Pemuliaan Tanaman. Dept. Agron. Fak. Pertanian,
IPB, Bogor.
Dahlan
M, Pembentukan benih jagung Hibrida, Risalah lokakarya produksi benih hibrida,
hal 1-13 (Malang: Balai penelitian tanaman pangan, 1992)
Lamadji, M.J., L. Hakim, dan Rustidja. 1999. Akselerasi pertanian tangguh melalui pemuliaan nonkonvensional. Prosiding Simposium V Pemuliaan Tanaman. PERIPI Komda Jawa Timur. p. 28-32.
Lamadji, M.J., L. Hakim, dan Rustidja. 1999. Akselerasi pertanian tangguh melalui pemuliaan nonkonvensional. Prosiding Simposium V Pemuliaan Tanaman. PERIPI Komda Jawa Timur. p. 28-32.
Darsono. 2009. Analisis Dampak
Pengenaan Tarif Impor Kedelai bagi Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal
Ilmu-Ilmu Pertanian 5(1): 1-21.
Haryanto, Eko, 2007. Teknik Cara Bertanam Kacang Panjang.
Semarang: Intan Persada.
Jugenheimer, R. W. 1958. Hybrid Maize Breedeng and Seed Production.
FAO, Rome.
Kayadenganbertani. 2013. Panen dan Pasca Panen Budidaya Jagung. http://www.kayadenganbertani.blogspot.com/2013/04/panen-dan-pasca-panen-budidaya-jagung.html.
Diakses pada tanggal 5 April 2014 pukul 19.15 WIB.
Kecamatanklego. 2010. Cara Bertani Kacang Panjang. http://www.kecamatanklego.blogdetik.com/category/cara-bertani-kacang-panjang. html. Diakses
pada tanggal 5 April 2014 pukul 19.10
WIB.
Kesejahteraan
Masyarakat. Jurnal Ilmu-Ilmu
Pertanian 5(1): 1-21.
Paliwal.
R.L. 2000. Tropical maize morphology.
In: tropical maize: improvement and production. Food and Agriculture
Organization of the United Nations. Rome. p 13-20.
Purwaningsih,
Sri. 2007. Isolasi, Enumerasi, dan
Karakterisasi Bakteri Rhizobium dari Tanah Kebun Biologi Wamena, Papua. Biodiversitas 6(2):
82-84.
Pustaka Pertanian, 2013. Pasca Panen Kedelai. http://www.pustaka-pertanian.blogspot.com/2013/08/pasca-panen-kedelai.html.
Diakses pada tanggal 5 April 2014 pukul 19.00 WIB.
Rahayu,
Estu, 2007. Budidaya Kacang
Panjang. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rukmana, R. 1994. Tomat dan Cherry. Kanisius, Yogyakarta. 74 hal.
Sa’diyah, N. 2014. Penuntun
Praktikum Pemuliaan Tanaman. Universitas Lampung. Lampung.
Teknisbudidaya. 2007. Budidaya Tomat. http://www.teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-tomat.html.
Diakses pada tanggal 5 April 2014 pukul
19.30 WIB.
Trisnawati, Y. dan A.I. Setiawan.
2001. Tomat,
Pembudidayaan Secara Komersil. Penebar Swadaya, Jakarta.127 hal.
Wiryanta, B. T. W. 2002. Bertanam Tomat. Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Post a Comment